ALFA

נכתב על ידי uchihacia

6.4M 117K 3.8K

Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adal... עוד

PROLOG
1. AWAL KESIALAN
3. EMANG LO SIAPA?
4. CRAZY THING
5. KETAKUTAN GABY
6. MANTRA ATAU SIHIR CINTA?
7. KETAHUAN
8. FALLING IN LOVE
9. MERINDU
10. PROMISE
11. JEALOUSY

2. LION GENG

204K 10.6K 517
נכתב על ידי uchihacia

Stop Comparing Your Self With Other People.
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.


Kok diulang???!!
Sengaja aku ngelakuin karna dalam waktu dekat ceritanya bakal dihapus beberapa part guna kepentingan penerbit. Jadi mohon hargai keputusanku ya manteman terimakasih♡

Bantu follow sosmed aku gengzz biar gak ketinggalan berbagai info seru lainnya
Instagram @wp.uchihacia
Tiktok ➡ @uchihacia_

HAPPY READING ( ˘ ³˘)♥

Di koridor yang menghadap langsung ke lapangan basket Alfa menghentikan sejenak langkahnya. Mata elangnya menatap jauh ke bawah ring dimana semua temannya sedang bermain bola. Kebiasaan mereka setiap pagi atau jam kosong berlangsung.

“Woi Alfa buruan ke sini elah lama amat lo!” teriak salah satu dari mereka.

Dengan gaya bak model yang sedang berjalan di Red Carpet, Alfa menghampiri teman-temannya lalu merebut begitu saja bola yang sedang Ben mainkan.

“Bola gue, Sat!” umpat Ben—anggota inti Lion yang terkenal polos dalam berpikir namun, si paling bar-bar tingkahnya itu menatap sengit ke arah Alfa ketika bolanya di rampas begitu saja.

Alfa berbalik, tersenyum miring setelah bola basket yang ia lempar berhasil masuk ke dalam ring dengan mulus.

“Apa? Ngambek?”

Ben berdecak kesal tanpa menjawab lalu mendekati Adit. Wakil ketua Lion yang terkenal pendiam namun, sekalinya di medan perang bisa amat beringas mematikan. Selain itu dia anaknya juga jarang ketawa. Buset, boro-boro ketawa senyum aja pelitnya minta di kasarin dulu bro.

“Kusut amat muka lo. Btw, abis maen berapa ronde cuy?” goda Ervans cengengesan.

Anggota inti Lion yang terkenal playboy sebelas duabelas sama seperti ketuanya itu baru saja caper sama adek kelas yang terkenal cantik-cantik di kelasnya.

“Kali ini maen sama anak mana lagi?” tanya Bagas tidak mau kalah. Anggota inti Lion yang paling tajir melintir tapi kelakuan mirip orang miskin itu menelan roti di mulutnya cepat.

“Diem lo, kambing! Gak usah pada bacot mau gue bantai?!” tanya Alfa dengan wajah sangar.

Adit diam menonton. Hitung-hitung melihat ketuanya dibully seperti itu sudah cukup membuatnya terhibur.

“Muka elit pacar sulit buahahaaa...” ejek Ben. Tidak lama dia bergerak gesit merampas kembali bola basketnya dari tangan Alfa secara kasar.

Shit!” umpat Alfa tertahankan kemudian menunjuk seluruh teman-temannya bergantian. “Dua lawan dua.”

Sebelah alis Ervans terangkat. “Pemenangnya?” tanyanya to the point.

Mereka sudah terbiasa mendapatkan tawaran-tawaran kecil dari Big Bos si anak CEO terkenal di Jakarta setiap harinya. Maka tidak heran jika mereka langsung menanyakan hadiahnya.

Adit, Bagas serta Ben hanya menyimak atau lebih tepatnya menebak kemungkinan apa yang bakal seorang Alfarezin berikan untuk taruhan kali ini.

“Mobil gue sebulan.”

“Busett! Serius cuk?” Ben tidak percaya.

“Muka gue kelihat ngelawak nggak?!”

Bagas geleng-geleng masih tidak percaya. “Gila. Demi apa mobil yang bahkan belum ada seminggu di Indonesia udah lo jadiin bahan taruhan gitu aja?”

Ervans manggut-manggut lalu menjentikkan jarinya dan menunjuk Bagas. “Gue setuju sama lo. Ini si anying serius ngomong gitu apa cuma nge-prank kita doang? Itu mobil bukan sembarang mobil anjing. Bahkan sekalipun gue jual ginjal belum tentu tuh mobil bisa ke beli sumpah.”

“Lebay,” cibir Alfa amat santuy. “B aja kali gak usah heboh kayak orang susah.”

“Sombong amat!” maki Ben.

“Sadar Al, sadar di luar sana banyak orang jauh di bawah kita. Mereka mau makan nasi aja harus pontang panting ke sana kemari kerja sedangkan lo? Udah di beri kehidupan enak, berkecukupan harusnya bersyukur bukan malah FOMO.”

Seluruh orang di sana terpukau nyaris melongo mendengar bagaimana seorang Ben Leander Melvin berkata sedemikian kerennya. Bahkan seorang Adit yang dingin kayak kulkas berjalan bisa menarik sedikit bibirnya.

Amazing, Man. Jaman sekarang setan bisa kerasukan setan juga ya?” ejek Ervans sambil cengengesan.

“Temen bangsat. Gue pinter salah, goblok apalagi dasar anjing!”

“Nggak usah lo dengerin mulutnya Ervans emang suka lemes kalo ngomong.” Bagas menepuk pundak Ben di sampingnya. “Padahal menurut gue lo tadi keren sih.”

Ben menyugar rambutnya ke belakang bergaya sok di depan teman-temannya. “Udah seharusnya lo semua kagum sama gue.”

“Najis!” komentar pedas itu keluar dari mulut Adit setelah diam dari tadi.

“Mampus.”

“Udah selesai ngebacot?” tanya Alfa dengan wajah galak. “Lo semua jadi tanding nggak?!”

Ervans menoleh ke arah Alfa karena kaget dengan teriak pemuda di depannya. “Bjir, tuh anak napa dah sensi amat?”

“Butuh sensodyne, kayaknya.”

“Odol gak tuh?”

Tanpa membuang waktu lagi Bagas juga Ervans segera berlari mengambil posisi masing-masing di ikuti Ben dan Adit. Namun tiba-tiba Alfa menginterupsi langkah Ben sebelum cowok itu berlari lebih jauh lagi.

“Lo pengecualian,” ujar Alfa memperingati.

Ben langsung cemberut. “Emang kenapa sih? Lo takut kalah dari gue?”

Alfa terkekeh ringan. Ia menepuk pundak Ben pelan. “Gue khawatir sama kaki lo.”

Pandangan Alfa beralih sejenak melirik kedua kaki Ben yang terlihat sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Sadar dengan hal itu Ben meringis kecil. Ia masih ingat betul kejadian sebulan yang lalu, dimana dirinya harus masuk IGD akibat kecelakaan hebat dalam acara balap liar yang biasa teman-temannya lakukan setiap malam minggu. Siapa sangka jika waktu itu rival nya akan berbuat curang. Dia sengaja menendangnya saat laju motornya dalam kecepatan tinggi hingga Ben terjatuh dan terpental jauh sampai menabrak pembatas jalan.

“Turuti kemauanya,” kata Adit menyenggol lengan Ben.

Ben membuang napas pelan sambil mengangguk pasrah. Hilang sudah impiannya memiliki mobil keluaran terbaru milik Alfa. Fine, Lo menang.”

Alfa mengangguk kemudian berjalan menjauh meninggalkan Ben untuk bergabung bersama Bagas dan Ervans yang sudah siap menguras tenaga mereka.

Lepas setengah jam mereka tanding Bagas dan Ervans tampak kelelahan dengan keringat yang membanjiri seluruh badannya. Mengejar poin yang Alfa dan Adit cetak ternyata susah sekali pikir keduanya. Apalagi poin timnya sendiri terpaut jauh, 12-20 membuat posisi Bagas dan Ervans semakin terancam.

Berbeda dengan sang ketua Adit malah lemparkan bola basketnya ke sembarang arah bahkan terkadang sampai keluar dari lapangan. Alasannya karena ia malas melakukan kegiatan yang membosankan hanya untuk membantu Alfa menang.

“Woi Kambing! Goblok banget mainnya!” seru Alfa tidak terima saat lemparan demi lemparan yang Adit lalukan terus saja gagal.

Adit mah cuek sama sekali tidak tersinggung. “Tangan gue licin.”

Alfa mengumpat pelan lalu dengan cepat berlari dan  merebut bola yang sedang Bagas giring ke daerahnya.

“SIALAN BOLA GUE BANGSAT!!”

“Woi Dit buruan ambil posisi!” perintah Alfa sambil terus mendribel bolanya mendekati daerah lawan.

Sebenarnya Alfa bisa-bisa aja melakukan shooting dengan gerakan two hand shot, tapi kemungkinan berhasilnya kecil. Ia tak ingin membuat kesalahan jadi pilihannya adalah melakukan shot pass melalui sudut samping ring, salah satu gaya andalannya.

“Budeg! Buruan ambil posisi Adit!” teriak Alfa kembali memenuhi indra pendengaran seluruh teman-temannya.

“Ck, tuh bocah kenapa ngegas mulu perasaan dari tadi?” tanya Ervans heran. Pasalnya dari awal pertandingan mulut ketuanya terus mengomel sampai membuat telinganya panas.

Tepat ketika Alfa siap untuk melakukan shooting ke dalam ring, tiba-tiba saja keseimbangannya oleng. Dirinya terjatuh dan membuat bolanya terpental jauh keluar dari lapangan. Pemandangan itu pun tidak luput dari olok-olokan para sahabatnya.

“KASIAN MAMPUS RASAIN LO ANJING!!” teriak Bagas dari sudut lapangan di barengi oleh gelak tawa yang menggelegar.

“Sakit sekali Everybody,” ujar Ben ikut mengejek. Entah sejak kapan cowok itu sudah berada ditengah-tengah lapangan bersama Bagas dan Evans.

Shit!” Alfa segera bangkit lalu menatap tajam seluruh teman-temannya.

Ervans berdehem mencoba menghentikan tawanya. “Sakit, Bos?”

“Sakitlah masa enggak.”

Bagas kembali tertawa kencang mendengar jawaban Ben hingga matanya menyipit. “Sialan perut gue sakit ketawa mulu dari tadi.”

Adit diam tidak peduli ketika ketuanya kembali di bully. Hingga tidak sengaja ia menajamkan pengelihatannya ketika melihat ada yang tersungkur di sudut lapangan. Peka terhadap keadaan dia pun segera berlari menghampiri siapa yang terjatuh.

Alfa mengangkat sebelah alisnya bingung saat melihat kepergian Adit begitu saja. “Abang lo mau kemana?”

“Alamak lupa gue!” Ben tiba-tiba saja menepuk jidat nya sendiri. “Lo bikin anak orang jatoh Al.”

Hening beberapa saat sampai akhirnya Bagas menggeplak kepala Ben amat keras. “Goblok dipelihara. Kenapa baru ngomong?”

Sambil meringis Ben mengelus kepalanya. “Sakit cuk! Namanya juga lupa.”

“Tolol! Sampai tuh orang kenapa-kenapa lo orang pertama yang gue salahin.”

“Sukurin.”

Ben mengerutkan keningnya. “Kenapa jadi gue yang salah?”

•••🦋•••

Gaby berjalan santai melewati koridor yang lumayan sepi karena memang masih jam pelajaran. Guru botak pengampu bidang sejarah memergokinya terlambat masuk kelas, jadi dirinya di hukum untuk merangkum satu bab penuh materi membosankan itu di perpustakaan sendirian.

Sialan, pikirnya.

Gaby berbelok memasuki kawasan anak IPS sebab perpustakaannya berada di tengah-tengah dua jurusan di sekolahnya. Tepat ketika ia berbelok dirinya tidak sengaja berpapasan dengan Kugy, teman sekelasnya yang sedang menebar keuwuan dengan Rehan—pacarnya.

“Gue tanya pantes nggak mereka begituan di depan jomblowati kayak gue?” cibir Gaby iri hati.

Dengan langkah yang sengaja dia percepat serta merapalkan berbagai macam doa agar couple bucin di depannya tidak melihat atau bahkan memanggilnya.

“—GABY!!”

Sethan!

Dengan sangat terpaksa Gaby pun berhenti dan menoleh. “Apa?!”

“Weh, santai dong.”

Gaby manyun, “Lo mau apa sebenarnya?”

Mengingat akan hal yang akan di bicarakan Kugy langsung membuka mulutnya cepat. “Nanti malem si Raras ngajak kita nonton.”

Mendapat tawaran yang menggiurkan Gaby hampir mengiyakan sebelum akhirnya ia terdiam sejenak seraya berpikir. “Kayaknya nggak bisa deh,” putusnya.

“Ha?—Tapi Why?Kugy menatap sahabatnya kecewa. “Alasannya apa Aretha Gaby Kymberly?”

Oh shit! Lihat gadis di depannya marah. Gaby paham ketika nama lengkapnya dipanggil penuh penekanan artinya ia sedang dalam masalah.

Gaby menghela napas panjang. “Ada patroli berjalan di rumah gue.”

Kugy meringis, “Opss, gue lupa Bang Sat.”

Gaby memutar bola matanya. “Dah lah gue cabut dulu.”

“Eh..., t-tunggu dulu lo beneran nggak bisa—Woi Babi! Gue belum selesai ngomong sama lo, Gaby!” kesal Kugy melihat sahabatnya yang sudah berlari meninggalkannya.

Tidak peduli dengan teriakan yang menggema di belakangnya gadis dengan rambut panjang itu terus berlari tanpa melihat keadaan sekitar. Lalu tanpa Gaby sadari dari arah depan sebuah bola tiba-tiba menghantam mukanya amat keras.

Anjing. Bangsat. Sialan. Setan, dan semua kata ajaib yang ada di kepala Gaby.

Sekarang ia benar-benar ingin nangis, sumpah. Kalian bayangin aja bagaimana sakitnya muka lo kalau kena lemparan bola basket sekenceng itu.

Ya Allah, orang goblok mana yang tega ngelakuin hal itu kepadanya?

“Lo gapapa?” tanya Adit.

“Sakit?”

Adit langsung menoleh begitu mendengar suara di belakangnya. Alfa datang dengan wajah penuh keringat dan berjongkok di sampingnya.

“Nggak dijawab.”

Alfa menghela napas panjang lantas memegang bahu cewek di depannya. “Gue tanya lo gapapa?”

Mendengar suara yang tidak asing Gaby langsung mendongak. Seketika itu juga emosinya naik begitu melihat siapa manusia yang sekarang ada di hadapannya.

“Muka gue sakit anjing!” murka Gaby tanpa malu. Persetan jika mereka menjadi tontonan semua orang.

Adit sempat tercengang mendengar umpatan kasar yang gadis itu tunjukkan untuk Alfa. Sejenak arah pandangannya bergulir melirik Gaby. Jika boleh jujur ini pertama kalinya dia melihat secara langsung bagaimana seorang gadis tidak terpesona sama kharismatik yang Alfa tebarkan.

“Gue gak sengaja.”

Mendengar itu Gaby malah menangis sejadi-jadinya. Entah karena jawaban sepele Alfa atau rasa sakit yang masih membekas di wajahnya.

“Jahat banget sih lo muka gue sakit tau hiks...,” ujar Gaby sambil menangis.

"Lo nangis?" Alfa menatap gadis di depannya dengan dahi mengkerut.

Tidak ada jawaban lain yang Alfa dengar kecuali suara sesegukan orang menangis di telinganya. Hal itu membuatnya iba, tanpa berpikir panjang Alfa segera mengangkat tubuh kecil Gaby. Menggendongnya ala Bridal Style.

“Gue duluan.” Alfa menatap Adit sebelum beranjak. “Kasih tau anak-anak kumpul di rooftop sepulang sekolah.” 

Cowok dengan wajah lempeng itu mengangguk lantas pergi bersamaan dengan langkah Alfa yang berlawanan arah dengannya.

Gaby yang sadar dengan posisinya bergerak gelisah walaupun tautan kedua tangannya tidak lepas sedikitpun dari leher cowok yang tidak dirinya kenali.

“T-tunggu lo mau bawa gue kemana?”

OYO,” jawab Alfa sembarang.

Gaby melotot mendengarnya.

“—UKS, oke?” potong Alfa cepat ketika ada sepasang mata bulat menatapnya tajam.

Gaby menunduk dalam. Dia sangat canggung dengan suasana yang awkward. “Terus ini? Kenapa lo gendong gue segala?”

Alfa berhenti sejenak dengan sebelah alisnya yang terangkat. “Lo mau gue jatuhin?” tanyanya sambil menunduk, melihat lawan bicaranya.

Gaby menggeleng cepat. “B-bukan gitu yang sakit kan muka gue.”

“Terus?”

Bibir Gaby mengerucut. “Ya—”

“Lo mau gue jatuhin?”

Gadis itu berdecak sebal. Terlalu lelah berbicara dengan makhluk yang saat ini tengah menggendongnya. Untung saja sekarang masih jam pelajaran jadi tidak ada para penggosip yang berkeliaran.

Alfa kembali berjalan dan tidak ada lagi pembicaraan di antara keduanya hingga langkahnya berhenti di depan pintu UKS. Tanpa sopan santun, dan dengan sekali gerakan ia begitu saja menendang pintu sampai terbuka lebar.

Kaget karena ulah Alfa yang tiba-tiba membuatnya hampir jantungan Gaby tidak segan-segan memukul dada cowok itu kencang.

“Lo bisa gak sih bertingkah normal? Itu fasilitas sekolah jangan di rusak emangnya lo mau tanggungjawab?”

Alfa tidak menjawab dan memilih untuk melanjutkan langkahnya. Mengabaikan segala ocehan yang gadis itu katakan padanya.

“Cerewet banget jadi cewek.” Alfa mengangkat dagu Gaby setelah menurunkannya di salah satu ranjang kosong. Dan percayalah hal sepele itu berhasil membuat jantung Gaby berdegup kencang.

“S-salah sendiri punya kelakuan mirip berandal,” ujar Gaby sedikit terbata. Pandangan matanya beralih kemana saja asal jangan sampai menatap manik laki-laki di depannya.

“Lo itu pelajar bukan preman kalem dikit jadi orang.”

Sudut bibir Alfa terangkat meski sangat tipis bahkan mungkin jika saat itu Gaby menatapnya gadis itu tidak bisa melihat senyumnya.

Memutuskan untuk memisahkan diri Alfa mundur perlahan kemudian berbalik. Pemuda itu mengambil baskom berisi air hangat lalu berjalan ketempat semula.

“Madep sini,” titah Alfa.

Gaby berdecak karena merasa terganggu. “Apalagi?”

Alfa ikut berdecak, “Budeg! Madep sini gue kompres muka lo.”

Dengan malas dan sebelum mulut jahanam laki-laki berwajah datar itu mengeluarkan lahar panas Gaby segera menurut. Dia duduk dengan gelisah menghadap lekat wajah orang yang tidak dikenalinya meski mereka satu sekolahan.

Gaby berdeham saat merasa waktu berjalan begitu lambat. “Udah belum sih perasaan muka gue gak lebar-lebar amat dah. Lo ngapain sebenarnya? Mau modus hah?!”

“Cerewet. Lo mau gue modusin beneran?” Bola mata Alfa bergulir menatap tepat bola mata Gaby.

“A-awas sampe—”

Cup

“Asu!”

“Mata gue ternodai juangkriikk.”

“OH MAYGAT KITA DIMANA INI GUYS?!”

“Sopankah begitu mas??”

Mata Gaby membulat sempurna. Rasa kesal dan malu bercampur menjadi satu tak kala melihat kedatangan para makhluk jadi-jadian yang tiba-tiba saja masuk ke dalam UKS tengah memergoki dirinya.

Well, selamat datang di kehidupan barumu—
Aretha Gaby Kymberly.

***
Tbc

Ada yang kepo sama teman-temannya Alfa?

Kenalan dulu yukk kenalan 🥳🥳


Alfarezin Keano Adibaskara.

Bagas Labharainn Gaelan

Ben Leander Melvin

Ervans Kaelan Wildan

Aditya Harry Zerouh

Cie, ada yang tiba-tiba jatuh cinta sama mereka??

Kalau aku sih jelas, Bagas lucu banget sumpah😭😭

Ada yang setuju??

Well,

JANGAN LUPA VOTE!!

המשך קריאה

You'll Also Like

251K 17K 38
"Yakali manusia kembaran dugong macem dia jadi suami gue."
1.4K 51 8
Hay nama gua Geby geralio aldrige bisa di panggil geby umur gua sekarang baru 17 Kebayang ga lu di jodohin sama cowo ngeselin ga tau diri juga kek a...
1.7M 57.8K 26
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.3M 106K 87
[Part di privat, Follow akun sebelum membaca] Kalian pernah berpikir memiliki pengalaman SMA yang sangat berkesan sampai tidak bisa dilupakan. ini te...