๐‘๐ž๐ ๐ซ๐ž๐ญ - ๐‰๐ฎ๐ฃ๐ฎ๐ญ๐ฌ๐ฎ...

By _agriagata

167K 26.4K 1.9K

Seorang gadis kecil yang selama 7 tahun hidup dalam sangkar emas dilepas begitu saja pada dunia bebas oleh or... More

00. Prolog
02. Sekolah
03. Penguntit
04. Bicara
05. Racun?
06. Muncul
07. Senpai
08. Pusaka terkutuk
09. Sukuna
10. Familiar
11. Murid baru
12. Merajuk
13. Peduli
14. Kerjasama
15. Bercanda
16. Salah
17. Wanita baik
18. Eksekusi
19. Pantas
20. Ingatan
21. Orang bodoh
22. Raja
23. Daun
24. Tidak peduli
25. Yang dirindukan
26. Festival
27. Dimodifikasi
28. Bolos
29. Nilai nyawa
30. Mimpi aneh
31. Fana
32. Takdir
33. Pertarungan Persahabatan
34. Takut
35. Dehidrasi
36. Monster
37. Tak peduli
38. Bagaimana jika
39. "Maaf"
40. Mati
41. Ephemeral
42. Bukan lagi
Pengumuman
Info

01. Kutukan

9.3K 977 72
By _agriagata

Ia tak punya arah.

Hanya ingin berjalan. Mungkin akan berhenti jika menemukan tempat yang cocok untuknya bersantai.

Cahaya jingga dari matahari sore mengenai kulit putihnya yang sayangnya tidak terawat, menimbulkan kesan hangat yang membuat ia tidak nyaman.

Ssshhh....

Segera ia menoleh ke samping, di mana ia meyakini suara itu berasal. Tapi sepi. Gang kecil tempat pembuangan sampah itu terlihat kosong. Hanya ada tumpukan plastik sampah yang siap diangkut.

Gadis itu meyakini ada sesuatu di dalam sana. Sebab, suara barusan bukan suara manusia. Tak sekali dua kali ia mendengar suara aneh tersebut.

"Abaikan."

Maka ia lanjutkan langkah kakinya. Menuruti kata hati dan pikirannya adalah satu-satunya pilihan karena memastikan rasa penasaran adalah hal tak berguna.

Ia tak suka mengambil risiko. Itu hanya akan menimbulkan masalah bagi ia yang hanya ingin bertahan hidup.

Angin tipis menerpa wajah pucatnya, membuat ia menoleh ke arah sumber angin. Sebuah irigasi tenang ia temui, tak ada siapapun di sekitar sana. Tanpa pikir panjang ia menuruni tangga yang mengarah ke tepi sungai irigasi.

Tepian sungai itu cukup luas, hanya dihiasi oleh rumput liar pendek, kurang dari mata kaki.

Sepertinya ia bisa bersantai dan menghabiskan sisa harinya di sini sebelum bulan menggantikan matahari menjalankan tugas.

Ia melepas sendal jepitnya, lalu mendudukkan tubuh lelahnya. Ketika menjuntaikan kaki, sebuah sensasi sejuk menghampiri kulit yang masuk ke dalam air jernih.

Ia menatap air itu dan menemukan pantulan dirinya yang agak buram.

"Wajahku..."

Kemudian kedua sudut bibirnya melengkung tipis, membuat keindahan wajahnya makin bertambah.

Sangat jarang baginya bisa melihat pantulan wajahnya sendiri. Walau pantulan pada air tidak jelas, tetap saja itu sedikit membahagiakan. Setidaknya ia tahu dan tidak melupakan wajahnya sendiri.

Sang gadis kemudian mendongak. Menatap langit jingga yang membuatnya silau, tapi itu indah.

Sudah tak terhitung berapa kali ia menatap pemandangan ini, tapi kesan itu tidak pernah berubah baginya. Matahari tenggelam dari negeri Matahari Terbit ini selalu membagikan sensasi berbeda, seperti menenangkan hati setiap penikmat kemegahannya.

Sekitar sejam ia habiskan hanya dengan duduk di tempat awal. Lalu ia bangkit berdiri ketika matahari sudah tenggelam. Tak ada lagi hal istimewa yang bisa memanjakan matanya.

"Ke mana?"

Kembali ia berjalan tanpa arah.

Ini hal biasa baginya, tapi tetap saja dia mengharapkan kelayakan.

"Nak!"

Ia berhenti dan langsung menoleh pada sumber suara.

"Ah, syukurlah kau belum pergi dari daerah sini." Sang pemanggil tersenyum lega. "Tunggu sebentar, ya!" lembutnya yang kemudian tergesa masuk ke rumahnya.

Sang gadis hanya diam. Menuruti perintah karena bisa menebak apa yang akan ia dapatkan.

Sungguh ia tak sabar, namun tak bisa berekspresi.

"Ini! Aku sengaja memasaknya untukmu. Semoga kau suka."

Ah, ternyata ada orang sebaik ini.

"Kau bisa makan di rumahku, aku tak masalah." Wanita itu menunjuk ke dalam rumahnya.

Gadis di hadapannya menggeleng pelan, lalu menerima bungkusan plastik di tangannya dengan sedikit perasaan ragu.

"Terimakasih banyak." Suara pelan terdengar saat gadis itu membungkuk hormat.

Wanita yang baru saja memberinya makanan tersenyum manis dan mengangguk tulus.

Walau wajah sang gadis datar, tapi suara tulus itu bisa terdengar halus masuk indera pendengarannya.

"Aku pergi dulu."

Setelah diiyakan, sang gadis lanjut melangkah.

Ia berhenti dan memasuki taman bermain yang dia temui di tengah perjalanan tanpa arahnya.

Ia memutuskan untuk membuka plastik itu dan makan di dalam perosotan beratap. Dalam plastik itu terdapat sebungkus makanan dan juga minuman kecil cukup untuknya.

"Itadakimasu," gumamnya pelan.

Melahap pelan-pelan makanan itu agar terasa lambat habisnya. Ia sudah sangat lapar setelah seharian tak ada makanan satupun yang masuk ke dalam lambungnya.

Bersyukur sekali di daerah ini ia menemukan wanita barusan. Ia sampai tidak menyangka dan awalnya tidak percaya, ada orang sebaik itu.

Sudah hampir sebulan ia berkeliaran di daerah sini, dan di hari keduanya-lah wanita itu mulai memberinya makanan tanpa meminta imbalan.

Di daerah sebelumnya acak. Ada yang memberi, lalu tidak lagi, kemudian berganti orang lain yang memberi, lalu tidak lagi, dan seterusnya.

Setelah membuang sisa sampah, ia tidur di perosotan itu. Masih menyisakan air yang tadinya ia minum. Hendak ia simpan untuk besok, jikalau haus.

Sambil memejamkan mata, ia berdoa agar malam ini tidak hujan.

•••

Kali ini ia duduk di kursi pinggir jalan kecil.

Di pagi hari ini ia hanya bisa menyaksikan para siswa berjalan menuju sekolah mereka. Tak sedikit para siswa siswi yang menatapnya heran ketika melihat anak seusia mereka hanya duduk dengan baju biasa tanpa ada niatan berangkat sekolah.

"Kenapa malas begitu? Padahal ada orang yang ingin berada di posisimu," batin sang gadis ketika melihat beberapa orang yang dengan malasnya berangkat sekolah.

Ssshhh....

Ia menoleh cepat ke semak di kirinya. Tak ada pergerakan di semak itu. Akhirnya ia menoleh ke kanan, tapi juga sama.

"Suara itu lagi," keluhnya dalam hati.

"Aku masih belum terbiasa dan harus tetap waspada."

Pasalnya, sudah sangat sering suara itu memasuki indera pendengarannya, namun tentu saja rasanya masih mengejutkan.

Sejak umurnya menginjak usia tujuh tahun, ia mulai kerap mendengar suara tersebut. Sampai sekarang usianya menginjak lima belas tahun.

Tidak setiap hari mendengarnya, tapi karena terlalu sering rasanya jadi aneh.

Ia merasa seperti ia diikuti sesuatu. Tapi untuk apa? Dirinya bahkan tak ada gunanya sama sekali.

"Ohayo!"

"He!"

Lagi-lagi ia dikagetkan oleh suara yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Tentu saja itu juga membuat ia segera menoleh dengan cepat ke arah suara, tapi malah makin terkejut ketika mendapati wajah seseorang sedekat itu.

"Kaget, ya?" tanya orang itu dengan senyumnya sambil berjalan dan duduk di sampingnya.

Gadis itu tidak menjawab dan hanya kembali menatap ke arah jalanan yang mulai sepi di depannya.

"Pasti hanya orang tidak jelas yang iseng," pikirnya.

"Saat dekat begini energinya makin terasa sangat kuat," pikir yang lain.

"Balas sapaanku, dong!"

"He?" heran, sang gadis menoleh ke samping.

"Salam selamat pagi dariku barusan." Orang itu memperjelas.

"O-oh, Ohayo (?)" ragunya.

"Pintar."

"Aneh."

Orang itu-seorang pria-tersenyum cerah padanya, namun tak mendapat jawaban apa-apa dari sang gadis. Tenang, itu tidak membuat mood sang pria luntur.

"Apakah orang ini bisa melihat? Bagaimana bisa dia bertingkah seolah dia bisa melihat saat matanya tertutup kain hitam itu," batin sang surai hitam.

"Biar kutebak, pasti namamu [Fullname]."

"Huh?!"

Untuk kesekian kalinya dia dikagetkan dan kali ini ia spontan mundur sedikit, waspada.

"Hai, aku hanya menebak. Berarti aku benar?"

Tanpa menjawab si pria, gadis bernama [Name] itu segera beranjak dan berjalan. Namun sayangnya tangannya di tahan oleh pria barusan.

"Tak perlu takut, aku benar-benar tak ada niat jahat padamu. Aku hanya ingin bicara serius," ucap sang surai putih, seputih awan ataupun salju.

"Kau tak percaya?" tanya pria itu saat melihat raut waspada gadis di depannya. "Oke, kalau begitu, namaku Gojo Satoru. Nah, kita kenal sekarang," lanjutnya dengan senyum khasnya.

"Apa-apaan pria aneh ini?"

"Ayolah, hanya duduk di sini. Ini di depan umum, aku tak mungkin melakukan sesuatu yang jahat padamu," ucapnya lagi.

"Turuti saja, setelah itu pergi, berpura-pura tak tahu seolah tak pernah bertemu lagi."

Kaki ia langkahkan kecil lalu duduk kembali di tempat semula, namun dengan jarak lebih jauh.

"Oke, bagaimana kalau langsung ke intinya?" Gojo membuka suara.

Tangannya terangkat dan menunjuk sesuatu di seberang sana, di semak-semak-tidak, tepatnya di atas semak-semak itu.

"Kau bisa melihat itu, kan?" tanyanya tanpa memandang lawan bicaranya.

"Iya," jawab [Name] singkat.

"Benar? Coba diskripsikan!"

"Apa dia tengah mengujiku?"

"Kecil, bersayap, bermata satu, dan... jelek," ucap [Name] sambil menatap makhluk yang asik terbang di atas semak-semak, lalu makhluk itu terbang ke dahan pohon.

"Itu namanya kutukan."

Barulah [Name] menoleh pada Gojo yang juga menatapnya, masih dengan senyum itu.

"Kutukan?"

"Ya. Hanya satu dari sepuluh manusia yang bisa melihat mereka," ucap Gojo sambil mengangkat telunjuknya.

"Seperti orang yang bisa melihat hantu?"

"Tepat! Tapi rata-rata orang yang bisa melihat kutukan adalah orang yang juga memiliki energi kutukan," jelasnya.

"Energi kutukan?"

"Kutukan semacam itu hanya bisa dibasmi oleh kutukan. Jadi ada kelompok yang namanya penyihir Jujutsu dan pengguna kutukan."

[Name] memiringkan kepalanya bingung.

"Penyihir Jujutsu adalah orang yang menggunakan kutukan untuk membasahi kutukan jahat dan untuk melindungi non-penyihir, sedangkan pengguna kutukan adalah penyihir Jujutsu yang jahat, musuh penyihir Jujutsu."

[Name] mengerjap dua kali. Wajahnya masih kelihatan bingung. Ia mengerti apa yang Gojo jelasnya, hanya saja-

"Untuk apa kau memberitahuku itu?"

"Pertanyaan bagus. Aku memberi tahumu itu karena mungkin kau bisa menggunakan kutukan," jawab Gojo, lagi-lagi mengangkat jari telunjuknya.

"Aku? Bagaimana bisa?"

"Kau bisa melihat kutukan itu. Rata-rata yang bisa melihatnya punya energi kutukan yang artinya dia memiliki teknik kutukan, seperti penyihir Jujutsu," jawab Gojo dengan sabarnya.

"Jadi?"

Senyum Gojo melebar lalu dia menunjuk [Name].

"Aku merasakan energi kutukan yang kuat darimu."

"He?"

•••

TBC~

Aku gak paham juga sama kutukan ini. Nonton sama baca manga juga sih, tapi takut salah penjelasan.

Mohon dikoreksi jika ada yang salah

Btw, aku mau coba bikin yang xFemalereader.

Continue Reading

You'll Also Like

420K 67.2K 35
Tentang (Name) yang masuk ke masa lalu dan terlibat dengan Mikey si ketua geng Tokyo Manji. (Sano Manjirou X Readers) TokyoๅRevengers ยฉ Ken Wakui - S...
119K 18.3K 36
โžช [ ๐‰๐ข๐›๐š๐ค๐ฎ ๐’๐ก๐จ๐ฎ๐ง๐ž๐ง ๐‡๐š๐ง๐š๐ค๐จ-๐ค๐ฎ๐ง ๐ฑ ๐‘๐ž๐š๐๐ž๐ซ๐ฌ ] ๐’๐ญ๐š๐ญ๐ฎ๐ฌ : ๐‚๐จ๐ฆ๐ฉ๐ฅ๐ž๐ญ๐ž/๐„๐ง๐ โ€ขโ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ€ขยฐโ€ขโ€โ€ขยฐโ€ขโ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ€ข ๐˜/๐ง ๐ฌ๐ž๏ฟฝ...
145K 19.2K 27
โ–ฌโ–ฌโ–ฌโ–ฌ โ˜… . . . ๐—ก๐—ข๐—ช๐—›๐—˜๐—ฅ๐—˜ ๐—š๐—œ๐—ฅ๐—Ÿ. ๐˜€atu kesempatan keberuntungan hanya ada seumur sekali dalam hidup. ๐–ฅป ๏ฟฝ...
19.8K 3.8K 13
Seorang gadis tunarungu yang dapat mengubah hidup Yohan dalam kehangatan. . . . Characters belong to Park Taejoon This story and OC is mine Pub-27092...