Raiden. (SUDAH TERBIT)

Oleh auraagsnnda_

6.2M 640K 82.6K

"Gengsi dan cinta di waktu yang sama." Bagaimana rasa nya di posisi seorang Alena Darendra, menjadi satu-sat... Lebih Banyak

PROLOG.
Raiden-chapter 1
Raiden-chapter 2
Raiden-chapter 3
Raiden-chapter 4
Raiden-chapter 5
Raiden-chapter 6
Raiden-chapter 7
Raiden-chapter 8
Raiden-chapter 9
Raiden-chapter 10
Raiden-chapter 11
CAST☁️
Raiden-chapter 12
Raiden- chapter 13
Raiden-chapter 14
Raiden-chapter 15
Raiden-chapter 16
Raiden-chapter 17
Raiden-chapter 18
Raiden-chapter 19
Raiden-chapter 20
Raiden-chapter 21
Raiden-chapter 22
Raiden-chapter 23
Raiden-chapter 24
Raiden-chapter 25
Raiden-chapter 26
Raiden-chapter 27
Raiden-chapter 28
Raiden-chapter 29
Raiden-chapter 30
Raiden-chapter 31
Raiden-chapter 32
Raiden-chapter 33
Raiden-chapter 34
Raiden-chapter 35
Raiden-chapter 36
Raiden-chapter 37
Raiden-chapter 38
Raiden-chapter 39
Raiden-chapter 40
Raiden-chapter 42
Raiden-chapter 43
Raiden-chapter 44
Raiden-chapter 45
Raiden-chapter 46
Raiden-chapter 47
Raiden-chapter 48
Raiden-chapter 49
Raiden-chapter 50
Raiden-chapter 51
Raiden-chapter 52
Raiden-chapter 53
Raiden-chapter 54
Raiden-chapter 55
Raiden-chapter 56
Raiden-chapter 57
SELESAI
VOTE COVER🐥
RAIDEN PRE-ORDER

Raiden-chapter 41

77.7K 8.5K 1.6K
Oleh auraagsnnda_

Hello⛈️

•••

Happy reading.

Clara masuk kedalam sebuah ruangan yang bercahaya remang, Kendra membawanya masuk kedalam markas Marvos.

Suasana malam yang sunyi ditambah hanya diisi oleh mereka berdua didalam markas sekarang membuat Clara sedikit merinding. Kendra memerintah semua anggota marvos untuk meninggalkan markas.

Didalam markas tersedia sofa hitam dan semua peralatan disini serba hitam. Sangat gelap dan redup akan cahaya.

Selesai mengecek kandungan Clara, Kendra mendengar semua perkataan dokter penyebab akan rentan nya Clara mengalami keguguran.

Dan itulah penyebabnya sekarang Kendra menarik paksa Clara ikut dengannya.

Karena gadis itu yang cuek akan seorang janin dalam perut nya, Clara masih memakai celana jeans, makan sembarangan dan tidak teratur, sering mengacuhkan hingga tak sadar ada seorang nyawa dalam perutnya.

Didalam markas ini terpampang banyak senjata-senjata yang terlarang untuk dipegang oleh masyarakat sipil. Dan dari mana juga Kendra mendapatkan semua itu?

Clara mendegus kesal bisa-bisanya ia mau menuruti Kendra karena cowok itu memaksanya untuk ikut kemana pun yang diperintah oleh Kendra.

"Naik keatas ada kamar," perintah Kendra.

Clara memang tak mengenal takut pada siapa pun, tetapi kalau tempat gelap dan sedikit menyeramkan seperti ini dirinya juga tak berani menembus kegelapan tangga menuju kamar atas.

"Kenapa?" Tanya Kendra datar cowok itu sedang mengecek cctv di komputer nya mengecek apa saja yang terjadi didalam markas hari ini.

"Gak," ketus Clara.

"Gue mau mandi dan kamar mandi cuman ada dikamar atas, lo mau ikut?"

Clara yang awalnya diam dan berfikir untuk menolak, menjadi tidak ada keberanian saat merasakan sesuatu menyentuh kakinya dari bawah meja.

Clara menunduk kepala ingin melihat apa itu, tidak mungkin manusia kan? Kata Kendra juga hanya ada mereka berdua didalam markas ini, manusia juga tidak muat masuk ke kolong meja.

Perlahan Clara menurunkan kepala, tidak ada apa-apa. Kendra memandang Clara aneh apa yang dilihat gadis itu?

Memastikan lebih dalam Clara menurunkan kepala lebih kebawah, tampak dua mata oren menyala sangat menyeramkan.

Clara berteriak keras karena makhluk itu benar-benar muncul didepan wajahnya dengan kedua mata menyala. Clara berlari menghampiri Kendra menerjang tubuh cowok itu naik keatas gendongannya.

Mendapat serangan tiba-tiba Kendra tersentak kaget untung dapat menyeimbangi tubuh nya dan juga Clara.

"Kenapa si lo?" Tanya Kendra datar.

"Pergi bego! Markas lo ada hantu!" Teriaknya.

"Halu lo!" Ketus Kendra.

"Lo liat dibawah meja! Itu hantu!!"

"Gue mau cek, turun lo." Suruh Kendra hendak melepaskan tangan Clara yang bergantung dilehernya mana berat lagi tapi Clara tak mau melepaskan nya.

"Gak! Nanti dia narik kaki gue lagi, katanya orang kaya tapi lampu kaya mau putus!" Ketus Clara.

"Ini namanya temaram bodoh, gak tau apa-apa diem deh lo," ucap Kendra perlahan berjalan kearah dimana Clara menemui hantu.

Sungguh Kendra menyesal membawa Clara kedalam markas nya, sangat merepotkan.

Kendra menahan punggung Clara saat dirinya sedikit membungkukkan tubuh untuk mengecek makhluk apa yang Clara temui dibawah meja.

Clara semakin mengeratkan pegangan tangan di leher Kendra disaat dirinya terasa akan terjatuh.

Meow meow.

Itu adalah kucing hitam entah milik siapa, dengan berani masuk kedalam markasnya.

"Tuh arwah kucing," ketus Kendra dengan paksa melepaskan tangan Clara yang begitu kencang menarik lehernya.

Bisa putus leher gue. Batinnya.

"Kucing siapa? Lo kalo melihara kucing berwarna dikit dong, udah lampu kaya mau putus tambah lagi kucing item begitu!"

"Terserah lo, bacot amat." Kendra meninggalkan Clara dan melangkah menaiki tangga atas segera membersihkan diri.

Clara mendegus kesal lalu ikut melangkah menaiki tangga, Kendra memberitahu kalau disini hanya satu kamar, tapi ada satu pintu kamar bercat hitam yang tertutup.

Clara melihat dengan jelas tadi Kendra tidak masuk kedalam pintu bercat hitam tapi pintu bercat putih.

"Dih dikira gue mau kali sekamar sama dia," Clara melangkah kaki masuk kedalam kamar bercat hitam.

Dirinya berfikir Kendra hanya membohongi nya agar bisa tidur berdua. "Clara tidak bisa dibohongi." Kata Clara memasuki pintu bercat hitam.

Hanya kegelapan yang terlihat, Clara meraba didinding kamar mencari saklar lampu.

"Sialan!" Umpatnya tersandung sesuatu.

Prang!

Saat lampu sudah menyala tangannya tak sengaja menyenggol gelas kaca yang terletak diatas meja.

"Shit!" Umpat Clara kesal karena kakinya berdarah terkena pecahan beling.

"Bego banget Kendra semua rumah di gelapin, gak mampu bayar listrik!"

Clara mengangkat pandangan menelusuri setiap sudut ruangan, gadis itu menggeleng tidak percaya melihat semua senjata didalam kamar ini.

Semuanya tergantung diatas dinding, bahkan setiap space dinding terpenuhi dengan senjata-senjata. Berbagai macam jenis pistol dan juga senapan.

Clara menjadi binggung untuk apa Kendra senjata sebanyak ini? Kakinya hendak melangkah lebih lanjut menulusuri kamar bernuansa black ini tapi suara dingin seseorang menghentikan langkah nya.

"Ngapain lo? Kendra dengan celana pendek hitam selutut tanpa atasan berjalan mendekat pada Clara, terpampang jelas semua tato yang berada di tubuh cowok itu.

"Kata lo kamar cuman satu? Terus ini apa?" Tanya Clara.

"Buta mata lo? Liat ada kasur gak?" Ketus Kendra lalu dengan cepat menarik tangan Clara keluar dari ruangan itu lalu dikunci nya. Sialan siapa yang berani-berani masuk tidak kembali mengunci pintu kamar ini.

Yang sudah pasti anggota Marvos.

"Apaan si lo!" Clara memberontak.

"Itu kamar," ucap Kendra menunjuk pintu bercat putih. "Dan lo jangan pernah berani masuk kekamar ini lagi." Peringat nya tegas.

Tanpa sepatah kata Clara langsung masuk kedalam kamar bercat putih itu.

Gadis itu mendudukan diri di ujung ranjang, binggung mau melakukan apa.

Mandi? Tidak akan ia lakukan karena sudah jam 11 malam.

Ah! Bisa-bisanya dirinya mau mendengarkan perkataan Kendra.

Dengan wajah kesal Clara terus memperhatikan gerak-gerik Kendra yang mulai memasuki kamar, berhati-hati saja dengan si brengsek Kendra.

Ternyata lelaki itu mengambil selimut lalu merebahkan diri diatas sofa yang terletak didekat televisi didepan ranjang tidur Clara tepatnya.

Merasa sudah aman Clara memberanikan merebahkan dirinya diatas kasur lembut itu, matanya ia paksa untuk memejam.

Clara misuh-misuh diatas kasur karena matanya tidak bisa tertidur. Tangannya reflek memegang perut nya yang sedikit membulat.

"Gila kali ya otak gue, najis banget mau tiduran deket si Kendra."

Entah mengapa sedari tadi batinnya ingin berpindah tidur disamping Kendra namun tubuhnya menahan pikiran gila itu semua.

"Jangan gila ya Clara!" Kesal nya.

Kendra mengerjap mata pelan lalu beralih menatap jam dinding dikamar yang menunjukkan pukul 05.00 pagi. Merasa aneh jarang sekali dirinya bangun sepagi ini.

Belum terkumpul semua nyawa nya, Kendra dapat merasakan beban diatas perut polosnya yang tanpa berbalut apapun.

Ternyata Clara tertidur diatas perut nya dengan tangan melilit diatas pinggangnya erat. Kendra berdecak kesal, mungkin karena ini dirinya menjadi bangun sepagi ini.

Nyusahin. Batin Kendra.

Kendra dengan perlahan memindahkan tangan Clara yang melilit dipinggang nya, lalu mengangkat tubuh gadis itu keatas ranjang. Kendra tanpa sadar mengarah tangan mengusap perut Clara.

Kendra tersenyum kecut tidak menyangka saja ada darah dagingnya didalam perut perempuan aneh ini.

"Gue cuma ngurus lo karena ada anak gue disini Clara, jangan pernah berharap lebih."

°°°

Alena berlari dengan cepat menuruni anak tangga, karena hari ini akan berangkat ke sekolah bersama sahabatnya.

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya melihat Raiden yang sedang bersedekap dada duduk diatas sofa. Tadi Alena sudah memberitahu Raiden agar tidak menjemputnya karena Alena ingin pergi bersama sahabatnya.

"Kamu ngapain kesini?"

Raiden diam mendatarkan wajah menatap tajam. "Kenapa?" Tanya Raiden dingin.

"Kan tadi aku udah bilang jangan jemput, aku mau berangkat sama sahabat aku." Ucap Alena pelan.

"Terus?" Raiden menaik alis satu.

"Ya kamu jangan jemput aku."

Raiden tak menghiraukan ucapan Alena lelaki itu melangkah mendekat pada Alena lalu menarik tangan gadis itu.

"Raiden aku gak mau berangkat sama kamu," Alena menarik paksa tangannya.

"Masa aku bilang gak jadi kan gak enak sama mereka," ucap Alena memajukan bibir kesal.

Raiden menghembus nafas kasar, bukannya tidak mengizinkan Alena bepergian tanpa dirinya hanya saja keamanan gadis ini sekarang sedang terancam.

"Dengerin gue, lo pernah janji buat dengerin semua omongan gue kan?" Tanya Raiden datar.

"Bisa kali ini dengerin gue? Jangan nyusahin orang yang udah khawatir sama lo."

Raiden melihat mata gadisnya berkaca-kaca, kali ini dirinya harus tegas pada Alena agar tidak keras kepala.

Tanpa sepatah kata Alena mengambil ponselnya mengirim sebuah pesan di grup chat bersama sahabatnya memberitahu bahwa Raiden tidak mengizinkan Alena berpergian tanpa lelaki itu.

Raiden mengusap wajah Alena yang tertekuk.

"Gak mau berangkat bareng gue?" Raiden menurunkan wajah melihat Alena yang menatap lantai.

Alena diam tak menjawab.

"Oke, terserah lo mau berangkat sama siapa, besok gue gak jemput soalnya udah gak mau kan? Gak bisa banget nurut kalo dikasi tahu." Setelah berucap ketus seperti itu Raiden melangkah kaki pergi.

Karena ia tahu Alena akan merubah pikirannya setelah Raiden marah seperti itu padanya.

Alena menghembus nafas kasar mengusap wajahnya yang berderai air mata, lalu mengejar Raiden yang sudah keluar dari rumahnya.

Alena mencegat jalan Raiden lalu menubruk dada bidang lelaki itu kencang. "Ikut," ucapnya pelan.

Raiden menepuk punggung Alena lalu menarik gadis itu masuk kedalam mobil nya. Malas sebenarnya membawa mobil kesekolah kalau bukan atas suruhan Ayahnya untuk kenyamanan Alena katanya.

Didalam mobil hanya keheningan menerpa kedua nya tidak ada yang memulai pembicaraan hanya suara desing-desing motor dan mobil saja terdengar.

Hari kedua ujian yaitu mata pelajaran fisika sama bahasa inggris. Dua-duanya sangat membuat kepala ingin pecah.

Masih ada waktu 10 menit sebelum guru pengawas masuk kedalam ruangan.

Alena mengambil tangan kiri Raiden lalu dijadikan bantalan wajahnya diatas meja. Alena memperhatikan urat yang tercetak di lengan lelaki itu, terlihat mengerikan.

Alena menekan satu aliran urat yang tercetak. "Gak sakit?" Tanya Alena pada Raiden yang sedari tadi memperhatikan nya.

Raiden menggeleng sebagai jawaban.

Sembari menunggu kedatangan guru pengawas Alena memainkan jari-jari Raiden, Alena memiliki ide gadis itu mengambil pulpen lalu mencoret sesuatu di telapak tangan lelaki itu.

Alena cantik. Raiden ganteng tapi galak.

Raiden ikut merebahkan kepala nya diatas meja memperhatikan tingkah gadisnya. Alena memang sangat cantik dengan mata hazel binarnya, bulu mata lentik, serta alis tebal.

Raiden suka mata indah Alena, tapi ia benci jika air mata itu turun membasahi wajah cantik gadisnya.

Tidak akan ada namanya bosan untuk Raiden melihat wajah Alena. Jika seumur hidup bersama Alena pun Raiden tak akan pernah bosan melihat wajah cantik itu.

"Assalamualaikum," ucap guru pengawas masuk kedalam kelas.

Alena menegakkan badan diikuti dengan Raiden lalu satu kelas dengan kompak membalas salam guru tersebut.

"Kamu pinter 'kan? Nanti kasih tau aku ya." Bisik Alena pelan.

"Gak."

Alena mengerucut bibir kesal membuang pandangan dari lelaki menyebalkan itu.

Alena hanya berbasa-basi saja tidak akan mungkin seorang Alena Darendra menyontek disaat ujian.

°°°

Kantin tampak ramai kini Alena sedang menyantap makan siang nya dengan nikmat bersama semua temannya.

"Gue udah gak pernah liat Clara lagi, kalian apain dia?" Tanya Dira penasaran kesemua anggota Alester.

Pasalnya semenjak kejadian dimana Alena terjebak di gudang sehari itu Clara tidak pernah terlihat. Merasa aneh saja.

"Gue pulangin kekampung halaman dia," jawab Achan.

"Serius!" Decak Dira.

"Bagus aja si tuh orang gak ada disini, tentram dunia." Saut Rella.

"Tau, bikin gue darah tinggi kalo ada tuh nenek lampir," ucap Ghea memainkan kuku-kukunya.

"Kita gak apa-apain kok mungkin dia lagi sibuk ngurus anak dia." Imbuh Doy santai tanpa sadar apa yang sudah ia ucapkan.

"Anak?" Binggung Alena.

Achan menginjak kaki Doy karena kesal memiliki teman yang bego nya sudah stadium akhir.

Doy membulat mata terkejut baru menyadari ucapannya barusan. "Itu- apa anu anak itu! Ya itu!" Doy merasa seperti maling tertangkap atas tatapan tajam semua teman nya.

"Anak kucing Clara maksud si doy mungkin." Alibi Althar mencoba mencari alasan meski jauh dari kata masuk akal.

Ghea menatap semua curiga. "Tau dari mana kalian Clara ada anak kucing?"

"Bercanda doang gue mah." Doy mengibas tangan ke udara supaya tidak terlihat gugup.

"Perumpamaan si Doy aja itu," saut Bintang membantu.

Althar, Doy, Bintang dan juga Achan menggeram kesal karena Raiden tak membantu berbicara malah dengan santai menyantap makanan nya.

Emang bos gak ada akhlak.

Ya bagi Raiden buat apa juga? tidak ada urusan dengan nya sama sekali.

°°°

Clara menuruni tangga, gadis itu baru selesai melakukan aktivitas mandi, ia melihat banyak orang dibawah sana.

Clara sedang memakai daster atas paksaan Kendra, sial dirinya seperti ibu-ibu yang sudah mempunyai anak sekarang.

Mau tak mau Clara memakai daster itu karena sudah tak ada pilihan. Karena Kendra hanya memberi 2 pilihan.

Pakai daster atau gak pakai baju sama sekali?

"Ah! Sialan!"

Kendra sedang duduk diatas kursi berbeda diantara teman lainnya, cowok itu sedang mengusap pelipis seperti memikirkan sesuatu. Dengan tangan memegang sebatang rokok menyala.

Clara berjalan mendekat kearah Kendra, ingin menagih sarapan nya karena perutnya meronta ingin diisi. Bayangkan saja jam 12 baru bangun dari tidur.

Mereka adalah anggota Marvos seketika semua mengalih pandangan sepenuhnya menatap kearah Clara.

Clara menaikkan alis satu mendatarkan wajah. "Kenapa?" Ketusnya.

Kendra menolehkan kepala menatap Clara yang sudah berdiri dibelakang kursi nya. "Ngapain lo turun?"

"Gue laper." Ujar Clara pada intinya.

"Tunggu diatas, bentar lagi pesanan gue sampai." Jawab Kendra datar.

Clara mengganguk kepala begitu saja, kembali berjalan naik keatas.

"Kenapa susah-susah cari? Lo aja udah ada simpenan!" Cetus Darren menaik alis bangga.

"Pake aja dia bos," saut erosi.

"Boleh juga tuh body." Viktor menaik alis menggoda.

Kendra mengeluarkan pistol dari saku celananya, memainkan dan memutar pistol itu ditangan dengan santai.

"Mulut lo semua kalo kena peluru ini panas gak?" Tanya Kendra tajam.

"Jangan pernah lo semua berani jadiin Clara barang taruhan kali ini, dia istri gue."

"Atau lo semua mau masuk kedalam ruangan hitam, terus lo semua berlanjut ketemu di kuburan?" Lanjutnya menatap semua anggota Marvos tajam.

Anggota Marvos menunduk kepala takut, seperti nya perempuan tadi bukan perempuan biasa untuk Kendra. Apa benar Kendra sudah menikah? Semua anggota Marvos sangat tersentak kaget.

Tidak biasa nya Kendra marah semenyeramkan seperti ini hanya karena seorang perempuan.

Bisanya juga Kendra selalu dengan seenak hati berbuat apa pun kepada perempuan persis seperti yang dilakukan anak buahnya tadi pada Clara.

Setelah rapat Kendra naik keatas membawa semua makanan masuk kedalam kamar.

Kendra meletakkan disamping Clara dengan cara yang sedikit tak santai.

Clara tak peduli yang terpenting perutnya terisi. "Lo mau jadiin gue barang taruhan?" Tanya Clara pasalnya tadi dia tak benar-benar langsung naik masuk kekamar tetapi menguping pembicaraan anggota Marvos.

"Siapa yang suruh lo buat denger rapat tadi?" Kendra berjalan mendekat kearah Clara.

"Gue ada telinga, ya gunanya buat dengerin suara. Masih mau salahin gue? Salah lo lah siapa suruh ngobrol disitu."

"Ini markas gue."

"Yang maksa gue kesini siapa? Jangan salahin gue denger omongan kalian dong, gue ada telinga." Ketus Clara dengan tangan asik memasukan sesuap makanan.

"Terserah lo."

"Gue tau lo gak mau jadiin gue barang taruhan karena gue, istri lo?"

Kendra memandang Clara cepat dengan wajah panik.

"Santai, santai gue gak baper tenang aja, gue juga gak ada perasaan lebih dengan semua hal baik yang udah lo lakuin ke gue. Karena gue tau semua itu lo lakuin karena anak ini." Clara menunjuk perutnya.

Kendra merotasi mata lalu menjatuhkan tubuhnya diatas sofa.

Clara berjalan mendekat kearah Kendra lalu duduk disamping cowok itu. "Gue akan jaga kandungan anak didalam perut gue, tapi lo harus nurutin kemauan gue."

"Lo manfaatin gue?"

"Terserah lo si, keputusan untuk pertahankan anak ini ada ditangan gue."

"Apa kemauan lo?" Kendra akan lemah jika bersangkutan dengan itu, entah kenapa sekarang dirinya menjadi perduli sekali dengan keadaan anak itu.

"Gue ada seseorang buat jadi barang taruhan lo."

"Siapa?"

Clara mendekatkan wajah pada Kendra membisikan sesuatu tepat di samping telinga lelaki itu.

"Alena."

Clara yakin Alena adalah pilihan yang tepat untuk dijadikan barang taruhan. Biarkan saja Raiden berbuat semaunya pada Clara bahkan dengan kurang ajar memblokir nomornya berkali-kali. Dan juga menolak perasaan nya secara mentah.

Clara akan membalas dan berbuat semaunya juga untuk membalas semua rasa sakit hati itu.

•••

Hay bertemu lagi kita, ada pesan buat Clara sama Kendra?

Kalian ship siapa nih!!!?


See you the next chapter.

stay safe and healthy everyone<3!!!

Lanjutkan Membaca