Her Real Value

By mrslaras

893K 102K 6.4K

warning! 21+ adult content. Shella : mau tahu rasanya jadi aku? nih aku kasih deh kamu kesempatan untuk menc... More

Percuma Kamu Dirumah?
Selingkuh Itu Apa?
Otak Kopong Katanya?
Banyak Berkahnya?
Cast
Ibu dimana - mana ya namanya tetap Ibu
Mas Bisa?
Baru Day-1 Loh
Ayah - Bunda = ....?
Allah Maha Melihat Loh Mas
Ketarik tapi Gak Ketarik?
Gak ada Bunda = Rumah Roboh
Eh Ada Tamu..
Ganteng - Ganteng - Galak
A untuk Apel.. A..A..A..
Enjoy It While It Last Ayah
You Had My Heart At Hello
Good Job Aditya!
I Remember Every Words You Said
Kemarin Bisa Gagah?
Jangan Gentar Bapak Aditya
Gak Rela
Satu Nama itu Tadinya Aditya
cuman survey
Yang Bikin Aku Pingin Pergi Siapa?
Menurut Mas?
Sama - Sama Tapi Gak Percaya, Buat Apa?
Memang Seharusnya Begitu
Pantes di Garong
Ngeselin
Pikirin Lagi Shel
Laki - Laki gak Bakal Paham Dona
Aku Baper Pak
Jangan Kemana - mana, please..
Lain di Mulut, Lain di Badan
Jadi? Aku Yang Jahat?
Biar Pak, Bisa Jadi Mas?
Kamu atau Aku, Yang Bermasalah?
Bukan Urusanku
Karena Aku Gak Yakin Lagi
Masa - Masa Indah Kita
Dosa Suami
Ayah Yang Setia
Si Air Jernih Yang Jadi Keruh
Kisah Kursi Malas
Jodoh Buram Marshella
Pillow Talk
Lancar Jodoh
Aku Harus Tegar
Aku Gak Mau Ada Mas
Awkward Moment
Istri... Istri..
You'll See The New Me
Senyap
Melas Bojomu Shel
Bangga?
Kamu Gak Tahu Rasanya
Hallo Dulu aaah (author)
Aku Bisa...?
As Long As You're Happy
Your Time Is Up!!
Obat Stressku Sayang
Semua Baik - Baik Aja?
Oh.. Ternyata
This Is Why I Love You
Setiap Perasaan itu Valid!
Nasta Melewatkan Satu Hal
Mengaku itu Susah
Siapa Yang Gagal?
Bingung
The World Is Ours, Tonight
Egois
Quit
Mami
Yang Aku Mau
Sweet Angel
Apa Itu Damai?
Kesempatan Kedua
Marriage Number One...End ( LAST PART )
AFTER THE STORM! (SHELLADITYA PART 2)
MUST BACK ON TRACK!
SUNGKEM
Tertangkap Basah
PERSAINGAN KETAT
Laki - Laki untuk Anakku
Seseorang dari Masa Lalu
a little background
Cintanya di Siram Lagi
Teori Sendal Jepit
Apa Salah Dan Dosaku, Sayang?
It Takes Two To Tango
The Key Of Staying In Love
Syuh.. Pil Kecil Pergilah!
Happy Birthday Mas Adit..
Shellanyaditya atau Adityanyashella?

Jangan Paksa Aku Percaya

9.5K 1.2K 85
By mrslaras

Aurel akhirnya pulang bersamaku, dengan mas Adit yang mengantarkan kami berdua bahkan sampai ke mobil. Aku sempat berpapasan dengan perempuan itu dan dia tampak berusaha mengalihkan pandangan dariku.

"duluan..." sapaku ketika aku melewatinya di pintu masuk berakses di lantai ini. Dia menerbitkan senyuman yang amat sangat terpaksa. Lalu aku dan mas Adit melangkah masu kedalam lift executive dan beranjak ke mobil.

Sesampainya dimobil, setelah mas Adit memastikan Aurel duduk dengan nyaman dan aman dikursi belaakang, dia mengetuk jendela pengemudi memintaku membuka pintu. Dia berdiri disampingku dan menarik kepalaku lembut dengan kedua tangannya dan mencium kepalaku lamaaa banget.

"kamu gak perlu kayak tadi.." bisiknya sambil menempelkan keningnya di sisi kepalaku. Aku tertawa masam dan menjawab "kenapa? gak terima ya dia aku gituin?" tanyaku sambil menarik kepalaku lepas dari tangannya.

Mas Adit masih menahan pintu supaya gak di tutup, dengan menghadangkan badannya. Tangan kannnya mencengkeram setir mobil dan tangan kirinya bertumpu pada jok mobil, aku benar – benar dikungkung.

"percuma ngelawan orang kayak dia, gak worthy sayang.." ucapnya lembut dan menatapku dalam. Aku tersenyum sambil kepalaku bersandar pada jok pengemudi membalas tatapannya "karena mas pikir aku gak lebih baik dari dia? Jadi kami secara otak gak akan bisa berimbang?" tanyaku dan mas Adit menunduk sambil menghela nafasnya lelah.

"karena kamu terlalu berharga untuk bertengkar dengan orang seperti dia.." jawabnya sambil menatap mataku dalam. "jangan kotorin tangan kamu untuk nyentuh orang kayak dia.."

"aku gak nyentuh.. kamu kali..?" jawabku sambil memencet tombol start pada mobil dan aku melirik mas Adit "aku pulang dulu, mas mending buruan balik ke atas..."

Mas Adit menghela nafasnya lelah lagi, dan mencium keningku "hati – hati nyetirnya"

****

Sebenarnya antara aku dan mas Adit akhirnya kembali gak berselang terlalu lama. Entah gimana ceritanya jam setengah enam mas Adit sudah sampai rumah, biasanya dia tiba selepas maghrib karena mampir mushalla dulu untuk sholat.

Kayaknya dia izin pulang lebih cepat. Keuntungan dari divisi sales, marketing dan BD itu, mereka punya jam kerja yang super flexible. Mereka bebas ngatur sendiri jam kerja mereka dari dulu.

Karena memang mereka mobilitasnya tinggi, jadi memang jam kerja gak terlalu dimasalahkan. Karena performa mereka dilihat dari deliverable nya pada atasan. Dulu aku sering dibawa mas Adit keliling mulai dari pabrik sampai gudang – gudang yang berujung kita gak balik kekantor. Mas Adit biasanya bawa aku makan dulu, dan langsung antar pulang ke kost.

Yang ternyata ini juga modus. Setelah kami menikah, Ryan bilang 'Adit gak pernah bawa PA nya kalau lagi visit. Lo aja yang digeret – geret dia kesana kemari dasar modus'.

Aku baru saja selesai mandi dan hendak mengambil pakaian dilemari, ketika ada lengan kekar yang memelukku erat dan membenamkan wajahnya di ceruk leherku, menghidu aroma tubuhku dengan penuh perasaan. Aku merasakan tangannya yang memelukku mengusap lembut perutku. Dia menyandarkan keningnya di pundakku lalu mengatur nafasnya beberapa kali "dari hari pertama kita nikah, aku selalu bertanya – tanya sama diri aku sendiri Shel. What would I'd be without you? Dan aku gak pernah nemu jawaban dimana aku bakalan baik – baik aja. Maaf.. shel.. maafin mas.. mas gak tahu harus minta maaf gimana sama kamu. tapi.. tolong.. jangan tinggalin aku..." ucapnya lirih.

Dia mengangkat wajahnya dan menatapku dari pantulan cermin "kamu mau kerja lagi untuk apa? untuk siap – siap hidup tanpa aku? iya?" tanyanya dan aku hanya membalas tatapannya sebentar terus aku menarik selembar daster dari dalam lemari. Aku melepas belitan tangannya dan memakai baju masih didepan dia.

Rasanya aneh banget sumpah, lo marah sama laki lo tapi sekarang lo berantem sambil cuma pake BH sama celana dalam begini. Udah kayak apaan aja. Tapi yah beginilah kalau nikah sudah lumayan lama, kadang aktifitas kayak gini juga rasanya udah biasa aja.

"ya aku kan belum tahu apa aku bakalan kerja lagi atau nggak. Sampai sekarang juga gak ada yang nawarin kerja. Tapi lebih baik aku berjaga – jaga kan mas? Dari pada mendadak – mendadak.." jawabku tenang sambil berjalan kearah meja rias dan duduk disana, menyisir rambutku yang sebahu ini.

Mas Adit mengekoriku dan berdiri dibelakangku persis "jaga – jaga untuk apa? finansial kita gak kenapa – kenapa. Kamu tahu penghasilan aku gak cuma dari gaji kan? aku masih punya usaha sampingan yang juga menghasilkan. Gak ada alasan buat kamu ikut kerja cari uang.." ucapnya sambil masih menatapku memelas.

Aku hanya tertawa lalu menghela nafasku, capek banget sumpah kayak begini, padahal sebulan aja belum sejak ledakan pertama. Aku mengambil botol lotion dan mengoleskannya pada tangan sampai lenganku "duit kamu memang banyak dan lebih dari cukup. Aku juga tahu soal itu. masalahnya, sampai kapan itu jadi hak aku kan aku gak tahu mas.."

"astaghfirullah aladzim Marshella.." nadanya langsung meninggi, dia berlutut disampingku dan menarik pinggulku memutar dudukku agar berhadapan dengannya "seumur hidup ya itu hak kamu dan anak – anak. Kalau aku nanti udah gak ada, ya itu semua buat kamu dan anak – anak! Kamu pikir aku kerja banting tulang selama ini buat siapa?" ucapnya sedikit marah dan menatapku dengan kilatan emosi dimatanya "itu semua buat kamu sama anak – anak.. sayang..." lirihnya sambil menenggelamkan wajahnya dipangkuanku sesaat lalu kembali mendongak menatapku.

Aku hanya mengendikan bahu "maaf.." ucapku menjeda "tapi aku udah meragukan itu sejak tiga mingguan yang lalu.." jawabku sambil membalas tatapannya. Mas Adit ternganga dan menggeleng lemah "astaghfirullah.." dia beringsut mundur dan duduk dilantai dengan kedua lututnya tertekuk keatas. Dia kayak tercenung menatap lututnya dan memeluk kedua lututnya kayak anak hilang "astaghfirullah aladzim.." ucapnya masih lirih.

"astaghfirullah aladzim..." dia berjalan seperti merangkak dan berpegangan pada tepi tempat tidur untuk berdiri, terus berjalan gontai menuju kamar mandi dengan kalimat istighfar yang gak putus – putus. Aku hanya bisa menatap punggungnya sambil mendesah kasar.

Apa aku gak punya hati dengan tega melihat mas Adit kayak gitu? Aku juga gak mau suasananya jadi begini. Tapi bukan aku juga yang memulai.

Kalau aja mas Adit gak kayak gitu, aku juga ngapain sih cari – cari ribut? The best cari ribut action ku selama empat belas tahun paling kalau lagi mau mens. Ngomel – ngomel gak ada juntrungan hanya karena dia ninggalin kaos kaki 5cm dari keranjang cucian kotor. Yang bikin aku ngomel sampai naskahnya sebanyak 5 rim.

Gak ada aku cemburu buta sama perempuan – perempuan yang kadang memang harus ada di lingkungan pekerjaan dia. Kami pernah berpapasan degan kolega bisnis mas Adit yang memang masih muda memukau, tapi udah sukses jadi distributor besar. Ya aku gak ada nuduh – nuduh gak jelas, karena memang gak ada apa – apa. Kelihatannya.

Pernah ada teman mami yang emang terkenal usil, pake nyeletuk – nyeletuk 'padahal Adit udah tante bilangin ke mami lo mau buat si Susan. Padahal udah cocok banget loh Adit sama Susan' begitu melulu asal ketemu di lebaran atau apapun itu di Bandung. Ya aku diam aja walau rasanya udah mau nyakar muka si tante.

Aku rasa, aku istri yang cukup anteng. Sampai akhirnya mas Adit sendiri yang membakar suasana anteng itu jadi gonjang – ganjing.

Soal aku menyinggung soal kerja? Ya memang itu tujuanku kan? kalau sampai kami bercerai, aku gak berhak apa – apa lagi atas semua ini. Dona tentu saja gak akan melepas sepeserpun dari yang mas Adit punya. Jelas banget kan tujuan perempuan itu apa? materi lah! Ya kali dia rela kehilangan duit milyaran yang udah mas Adit kumpulin dengan susah payah, dibela – belain, ya jadi pegawai, ya bisnis juga sama papinya? Ya nggak lah. Pasti mau dia kekepin lah.

Jelas dia jelek – jelekin suaminya kemana – mana karena membuatnya harus ikut kerja banting tulang. Pasti kan dia emang sudah gak puas sama pemberian suaminya. Walau aku gak yakin dia banting tulang untuk something necesary, melihat dari penampilannya yang terlalu high maintenance untuk seorang level manager. Pantas saja dia mengiba ke mas Adit, dia mungkin sadar apa yang mas Adit punya. Walau mas Adit gak bisa dibilang kaya raya, tapi hidup kami gak pernah kekurangan bersama mas Adit.

Segala kebutuhan terpenuhi mulai dari primer, sekunder sampai tersier. Semuanya lengkap walau dalam skala moderate. Aku juga bukan tipe istri yang setiap ada LV terbaru langsung ikutan nenteng. Yang mengeluh kalau teman – teman plesiran ke luar negeri sementara kami nggak. Kalau tetangga ganti mobil dan aku masih itu – itu aja. Tapi setidaknya anak – anak pakai barang yang menunjang, aku juga gak malu – maluin amat, rumah kami cukup besar, mobil kami juga bukan mobil sejuta umat banget.

Kami bisa berada di level ekonomi mapan ini juga gak serta merta gitu aja, semacam aku berhasil gaet anak konglomerat yang duitnya bisa dibuat keset welcome dirumahnya. Mas Adit mengajakku menabung terus. Tas Gucci pertamaku itu ditahun keempat pernikahan kami, itu juga surprise birthday gift dari mas Adit. Selanjutnya? ya gak setahun sekali juga beli gituan. Lo kira sekolah murah?

Dan tas Gucci yang si Dona itu sebut waktu chatting sama mas Adit? Aku sudah lihat kemarin waktu dia kerumah sakit, oh please itu KW mirror. Walau aku hanya punya Gucci satu dua doang, tapi aku tahu mana KW mana ori. Mama sekolah kan ada yang bisnisnya jual beli 2nd hand barang – barang branded sampai hermes aja dia bisa bantu jualin. Kadang aku caloin juga orang – orang yang mau jual lewat dia, nanti aku dapat persenan walau cuma bisa buat bawa anak – anak jajan sushi thei, tapi lumayan lah buat iseng – iseng.

Jadi jelas Dona pasti ingin uangnya mas Adit kan? Ditambah mas Adit ini husband material banget, gak neko – neko hidupnya, gimana Dona gak ngeces? Dan suamiku kelewat bego.

Mas Adit keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan sudah pakai baju koko dan sarung. Aku melirik jam dinding, sekarang jam 5.45 "mas maghriban di masjid ya" pamitnya "assalamualaikum". Aku hanya menatapnya dan menjawab "wa'alaikumsalam" dalam hatiku semoga istiqomah sholat dimasjidnya.

****

Mas Adit bolak – balik aku ajak makan malam dan dia menolak. Katanya nanti aja, kamu duluan. Dia lebih milih duduk di sofa sambil menekuri laptopnya entah ngerjain apa.

Satu kemajuannya sih, hp nya bisa dijauhin dari dia, apalagi itu nomor pribadi bukan nomor bisnisnya. Walau aku tahu, beberapa kali aku lihat pop up chat dari Dona yang masih juga usaha.

Aku tadi sempat baca 'mas Adit, ada waktu sebentar gak?' dan waktu aku melirik pop up di hpnya yang dia taro dimeja riasku. Mas Adit hanya melihat dan kembali meletakan hp itu tanpa membalasnya.

Ya gak tahu kalau aku pergi dia langsung buru – buru balas ya. Aku juga udah gak tertarik bongkar – bongkar hpnya lagi, barang bukti sudah mencukupi.

"ayah sakit bund?" tanya Cika waktu membantuku mencuci piring bekas makan malam. Aku hanya senyum "capek aja, lagi ada yang dikerjain juga. Ini bunda mau antar ke kamar makanannya" jawabku sambil mengambil nampan dan menata makanan disana.

Tumben dia gak semangat makan malam, padahal selama pernikahan kami, dia paling suka moment makan malam karena katanya enak rame – rame. Apalagi malam ini menunya rawon komplit. Mana ada orang Malang gak doyan rawon kan? dia lahir, tumbuh besar sampai SMA di malang, lidahnya masih jawa timur banget.

Sampai dulu kami diledekin pernikahan bonek dan arema.

Akhirnya aku keatas membawa nasi hangat, rawon yang mengepul berikut toppingnya lengkap seperti tauge, telur asin, sambal terasi dan potongan timun.

"mas.." panggilku dan mas Adit mendongak menatapku mengalihkan pandangannya dari laptop. "makan dulu.. ada rawon" ucapku sambil berdiri didepannya.

Mas Adit menyingkirkan laptopnya dan mengambil alih nampan, dia bawa ke meja rias untuk makan. Dikamar ini gak ada meja kerja, karena memang gak perlu.

"makasih.." ucapnya sambil mulai menyantap rawonnya dan tiba – tiba dia tersenyum. Aku duduk ditepi tempat tidur dan memandangnya heran "Rawon.." lirihnya dan aku semakin bingung.

"masakan kamu yang pertama kali kamu masakin buat aku, setelah kita nikah. Rawon.." ucapnya sambil menyantap rawon itu dengan lahap. "aku mau makan rawon ini, sampai aku tua nanti, sampai aku ga bisa lagi makan rawon karena udah gak punya gigi" ucapnya sambil ketawa dan menoleh kearahku dan menatapku sendu lagi.

****

"aku demi Allah gak ada sama sekali niat untuk ninggalin kamu dan anak – anak. Gak ada sama sekali niat untuk menduakan kamu dan anak – anak. Demi Allah keluarga ini segala – galanya buat aku, Marshella" ucap mas Adit tiba – tiba setelah dia menuntaskan makan malamnya dimeja riasku. Aku yang sedang duduk bersandar pada kepala tempat tidur sambil membuka – buka instagram melihat – lihat akun yang menjual tas – tas branded import yang dia beli di factory outlet makanya harganya miring, sampai mendongak menatap dia yang duduk terpekur di kursi meja riasku sambil menghadap kearahku.

Kepalanya tertunduk dengan kedua lengan bertumpu pada pahanya, dan jemarinya saling bertautan "aku sadar aku jujur atau bohong cuma aku sendiri yang bisa percaya, karena kamu udah gak akan percaya semua omongan ku lagi. Tapi, sayangnya aku ke kamu dan anak – anak, itu gak pernah bohong Shella"

Mas Adit terdiam dan terus menunduk. Aku hanya menghela nafasku panjang "kalau mas sayang sama aku dan anak – anak terus apa yang kemarin itu? Masa mas gak merasa kalau kelakuan mas itu sudah menghina istri mas sendiri? mas sadar gak apa yang sudah mas lakukan? Mas sadar gak gimana sikap mas ke aku selama dua minggu itu? Kamu tuh bahkan berhenti bertutur kata lembut loh mas ke aku? kamu nyuekin anak – anak karena asik aja itu mata nempel sama layar hp"

"aku menyesal Shella, aku khilaf. Aku gak sadar aku udah kegiring sama dia.."

"gak usah playing victim.." sahutku kalem sambil melihat hp lagi "Marshella bisa lihat mas dulu dan taro hpnya? Mas lagi mau ngomong sama kamu.." pintanya pelan dan gak membentak.

Aku meliriknya dengan telunjukku yang sedang asik menggeser – geser halaman instagram melayang gak jauh dari permukaan screen "apa aku pernah protes waktu kamu juga menanggapi aku dan anak – anak ngomong dengan mata kamu terus ke hp?" ketusku.

Mas Adit mendesah kalah dan menunduk, dia mengangguk sekilas "oke.." jawabnya lirih. "aku gak playing victim, karena aku merasa aku cukup pasif menanggapi dia. Demi Allah aku gak pernah chat dia duluan. Tapi setiap dia chat, dia memang selalu berhasil bikin aku enjoy sama obrolan.."

"dan enjoy ngetawain dan jelek – jelekin aku kan?" potongku cepat dan aku gak menyembunyikan lagi kekesalan dan kesinisanku.

"aku minta maaf sayang.. mas minta maaf.." mas Adit berdiri dari stool meja rias dan melangkah lebar kearahku dan berlutut disamping tempat tidur dan meraih tanganku yang sedang asik menggeser – geser screen hp "aku bahkan gak sadar kalau aku sudah jelek – jelekin kamu depan dia. Aku gak sadar kalau aku malah jadi kasar dan gak sopan ke kamu. Aku akuin, dia bikin pandangan aku ke kamu bergeser jadi menyebalkan karena kamu seolah menyia – nyiakan kepandaian kamu dan berakhir hanya seputaran ngurus rumah dan anak – anak.,

Bukan.. bukan karena dia lebih hebat dari kamu. Tapi karena dia berhasil giring opini aku dengan menunjukan keberhasilan dia sebagai wanita karir dan seorang ibu, dan bikin seolah kamu dirumah hanya menengadahkan tangan.,

Aku udah ditegur Ryan dan Didi, tapi aku ngelak karena memang aku gak ada niat apa – apa sama Dona. Aku bahkan gak suka sama dia dalam artian pakai hati. Aku hanya enjoy ngobrol sama dia"

"ralat.. enjoy jelek – jelekin aku sama dia. How sweet kalian, duduk berdua mentertawakan aku yang udah taruh nyawa ngelahirin dua anak kamu" sahutku kesal sambil menyentak tangan mas Adit. Mataku rasanya sudah mau mengucur tapi sekuat tenaga aku tahan – tahan.

Mas Adit berusaha meraih tanganku lagi tapi aku melipatnya didadaku agar dia gak bisa meraihnya "aku ingat hari terakhir sebelum aku jatuh sakit. Mas bilang kamu ngapain aja dari tadi dikamar? Ngapain aja seharian? Dua minggu sebelum itu, mas bahkan cara ngomongnya ke aku gak begitu. Dulu mas lihat aku selimutan pas mas pulang kantor aja langsung nanya aku kenapa, bukannya langsung main tuduh aja.,

Ini gak pakai tanya – tanya langsung bentak aja. Mungkin waktu itu kalau aku mati mas ngucap hamdallah kali ya?" sentakku dan mas Adit menggeleng

"nggak Shel.. nggak.. mana mungkin aku senang kamu sakit? Asal kamu tahu, lihat kamu sakit itu aku ketakutan Shel.." rengeknya sambil masih berusaha meraih tanganku tapi aku tolak.

"maafin mas Shella.." mas Adit memandangku memohon tapi aku gak akan luluh "mas sekarang udah ngaku kan mas enjoy sama dia? Yasudah teruskan aja sih? jangan tanggung gitu. Ngapain masih kayak begini? yasudah sana ke dia, aku gak akan nahan – nahan mas kok.." mas Adit menggeleng lemah "aku gak mau Shella.."

"ya bukan urusan aku sekarang mas masih mau apa nggak sama dia. Sekarang aku yang gak mau.."

Mas Adit kembali tergugu disebelahku dengan tangan yang menapak lantai seperti orang putus asa "di hari waktu mas lihat kamu masuk rumah sakit, seolah aku ditampar keras – keras. Aku keingat mulut kasar aku ke kamu sebelum kamu lunglai. Aku rasanya pingin tampar diri aku sendiri. Aku pulang dan hp aku bunyi dan terima chat dari Dona lagi, yang seperti biasa mancing – mancing aku ngobrol dan aku bukannya balas malah scroll up semua chat dengan dia. Disitu aku sadar, kenapa aku jadi memandang rendah kamu?,

Kamu yang udah menyerahkan kebahagiaan pribadi kamu untuk keluarga ini. untuk aku, untuk anak – anak.." dia menyusutkan ingus dan terisak – isak.

"Bukan harus ngurus anak – anak yang aku takut, waktu lihat kamu sakit. Tapi kehilangan kamu yang mas takut, Sayang. Rasanya mas kayak dihantuin rasa takut kalau tiba – tiba kamu pergi. Kamu tahu kan Didi jadi duda karena istrinya meninggal demam berdarah? Penyakit yang tadinya dia ceritakan enteng – enteng aja, tahu – tahu istrinya shock dan gak selamat?,

Setiap malam, Begitu Aurel tidur, mas duduk ditempat tidur dan baca ulang semua chat dengan Dona. Mas ngerasa jijik banget sama diri mas sendiri. mas baru sadar, kalau Dona berusaha jelekin kamu.,

Mas..."

"ya..ya...ya... mas menyesal mas mau bilang itu kan? saking menyesalnya mas ngobrol di pantry berdua sambil Dona pegang – pegang lengan mas. Mas ngopi berdua sampai lupa pesanin anak – anak makan malam.."

"sayang demi Allah itu ngomongin kerjaan.." sahut mas Adit cepat sambil dia berusaha mendekatiku.

Aku mengibaskan tanganku gak perduli "terserah mas lah. Mas boleh ngomong apa aja, tapi gak boleh paksa aku percaya.. aku mau tidur sama Olel.."

Aku beranjak pergi dan meninggalkan mas Adit yang memanggil namaku lirih tapi gak aku hiraukan.

Continue Reading

You'll Also Like

44.3M 1.2M 33
"Love is composed of a single soul inhabiting two bodies." Segala sesuatu tidak semudah yang dipikirkan. Ketika dirimu memiliki trauma masa lalu, mis...
25.6K 498 7
#jansalpak #jn sub jn bttm jn uke jn sub votmen
1.4M 71K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
563K 85.4K 129
warning adult content!! 18+ only. some scenes and language are not suitable for underage. please choose wisely what you read. Jodoh itu di tangan sia...