SAMUEL

By MartabakKolor

19.4M 2.4M 1.6M

[Sudah Terbit + Part Masih Lengkap] Baby El, panggilan kesayangan dari Azura untuk Samuel. Namanya Samuel Erl... More

PROLOG
1. Kabar Mengejutkan
2. Tunangan
3. Samuel itu Bayi
4. Dia Spesial?
5. Raskal
6. Sepihak
7. Tidak Pernah Akur
8. Rapunzel dan Baby El
9. Marah
10. Tidak Ingin Kehilangan
12. Pelukan
13. Kesedihan
14. Satu Persen
15. BERULAH
16. TERINGAT KEMBALI
17. Kenapa?
18. Lagi dan Lagi
19. Tidak Peduli
20. Panik
21. Samuel dan Lukanya
22. Damai
Amankan 2 Bayi dan Surat dari Canva
23. Persahabatan Diamond
24. Masa Lalu
25. Insiden
26. Dia lagi
VOTE COVER DAN GIVEAWAY
27. Merenggang
28. Sama-sama Tersiksa
29. Menghilang
30. Bertemu
31. Hari Kelulusan
32. Akhir
Pre Order SAMUEL
Pre Order Kedua
OFFICIAL JACKET DIAMOND GANG

11. Cemburu

506K 69K 32.9K
By MartabakKolor

Follow Instagram

@samuel.erlngga
@azura_anastasia
@areksa.drgntr
@queenilona
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12
@marvel.algara

*****

👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻

Seperti biasa, kalau martabak update cepet, berarti kalian harus apa?

Yap, benar. Silakan sungkem sama saya.

******

Azura berlari cepat keluar rumah. Melalui sebuah pesan, Raskal memberitahunya kalau cowok itu berada di depan rumahnya dan menyuruhn untuk keluar. Entah karena tujuan apa cowok itu mendatangi rumahnya malam-malam begini. Ya ... meskipun belum terlalu larut. Waktu masih menunjukkan pukul delapan malam.

Sesampainya di depan, Azura langsung membuka gerbang rumahnya. Ternyata Raskal benar-benar berada di sana. Cowok itu duduk di atas motor dengan balutan jaket bertuliskan Chayton di bagian belakang.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Azura langsung pada intinya.

"Mau ketemu lo," balas Raskal tanpa basa-basi.

Azura menggigit bibir bawahnya. Gadis itu tengah memikirkan perkataan Samuel yang sering mengatakan kalau Raskal itu bukanlah orang yang baik. "Sekarang udah ketemu. Mending kamu pulang," usirnya.

Raskal justru tertawa. "Disuruh Samuel?"

"Aku nggak mau bikin dia marah," balas Azura. Gadis lugu itu memainkan ujung piyamanya dengan wajah canggung.

"Gue nggak ada niatan buat jahatin lo, Ra," ujar Raskal. Ia memandang wajah Azura serius. Seperti tidak ingin mengalihkan perhatiannya sedikit pun."Lo ... bener-bener mirip sama dia."

"Siapa?" tanya Azura bingung.

"Ellen," balas Raskal. Cowok itu menghela napas berat. "Mungkin ini alasan Samuel nggak mau gue deket sama lo."

"Ellen itu siapa? Aku sering denger Baby El manggil nama dia."

"Orang yang pernah kita berdua jaga. Dia cantik, baik, pengertian dan lembut. Banyak yang suka bahkan iri sama dia. Ellen punya tatapan yang sama kayak lo," terang Raskal dengan pandangan menerawang jauh ke depan.

"Tapi ... kepergian dia bikin gue jadi benci dan pengin musnahin Samuel dari dunia. Gara-gara dia, Ellen bener-bener pergi untuk selamanya."

"Dia ... udah mati?"

Raskal mengangguk. "Meninggal," koreksinya.

"Meninggal karena apa?" tanya Azura. Rasa penasaran kiar bergejolak di dalam hatinya. Ia sangat ingin mengetahui siapa Ellen itu sebenarnya.

Raskal mengepalkan kedua tangannya tanpa sepengetahuan Azura. "Gue nggak bisa jelasin. Tiap inget itu, gue selalu punya keinginan buat nyusul dia."

"Kamu mau bunuh diri?" Azura memegang kedua pipinya dengan wajah kaget.

"Nggak boleh! Nanti kamu masuk neraka!" larang gadis itu dengan wajah panik.

Melihat itu, Raskal pun tertawa kecil. Ia menepuk pelan puncak kepala Azura. "Thanks udah jadi obat kangen gue ke dia."

Azura menghapus bekas jejak tangan Raskal di kepalanya. Ia tidak memikirkan perasaan Raskal jika seandainya cowok itu merasa sakit hati dengan tindakannya.

"Kamu nggak boleh pegang rambut aku. Nanti Baby El marah," ujar Azura tidak suka.

"Sorry," ujar Raskal tidak enak. Sepertinya, Samuel benar-benar berhasil membuat Azura membatasi pergerakannya. "Lo beneran suka sama dia?"

Azura mengangguk cepat. "Baby El kayak bayi. Aku suka sama dia."

"Lo suka sama dia gara-gara kayak bayi?" tanya Raskal aneh. "Dia galak, suka tawuran, bukan kayak bayi."

"Kamu nggak tau kalau Baby El suka—" Azura langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. "Itu rahasia kita. Kamu nggak boleh tau."

Raskal mengangguk-anggukkan kepalanya tidak ingin bertanya lebih untuk saat ini. "Jangan larang gue buat ketemu sama lo, ya?"

"Kenapa?"

"Nggak tau kenapa, tiap gue ketemu lo, gue selalu ngerasa damai, Ra. Padahal kita baru empat kali ketemu," balas Raskal. Cowok itu menyunggingkan senyuman tipis. "Oh iya satu lagi. Gue nggak tau gimana perasaan gue ke depannya nanti. Jadi, jangan salahin gue kalau suatu hari nanti gue berhasil rebut lo dari Samuel.

Azura hendak membuka mulutnya untuk menjawab ucapan Raskal. Tetapi cowok itu dengan cepat menyelaknya.

"Nggak usah dijawab. Buruan masuk ke dalem. Di luar dingin. Maaf udah ganggu lo," ujar Raskal. Tanpa berbicara lagi, cowok itu dengan cepat menjalankan motornya kembali, meninggalkan lingkungan perumahan Azura.

Dari kejauhan, Samuel yang menyaksikan itu semua hanya mampu diam dengan tangan terkepal. Kedua matanya menatap tajam ke arah kepergian Raskal yang perlahan mulai menghilang.

Mantan sahabatnya itu berusaha menyamai langkahnya.

*****

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Areksa berdiri dari duduknya saat merasa kalau pukulan Samuel pada samsak di hadapan cowok itu semakin terlihat tidak normal. Sahabatnya itu sudah melakukannya selama hampir satu jam. Areksa bahkan bisa melihat kalau punggung tangan Samuel terlihat lecet dan sedikit berdarah.

"EL! UDAH!" Areksa mencoba menarik Samuel agar cowok itu tidak semakin menyakiti tangannya sendiri. Tapi sayangnya, Samuel tetap tidak menghiraukannya.

"ANJING!" umpat Samuel kencang. Wajahnya memerah dengan napas memburu.

"Bos, lo kerasukan?" tanya Canva dengan wajah ngeri. Ia mendempetkan tubuhnya ke arah Farzan. "Zan, lindungin gue, Zan."

"Kebiasaan nempel ke gue mulu lo!" Farzan menjitak kepala Canva membuat cowok itu mengaduh kesakitan dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Farzan.

"Awas lo kalau butuh gue!" ujar Canva sengit. Ia kembali menatap ke arah Samuel yang terus memukuli samsak seolah tengah menyalurkan amarah lewat benda itu.

"Kenapa lo? Cerita sama kita kalau ada apa-apa. Jangan kebiasaan mendem sendiri, El. Lo bilang kita ini keluarga?" ujar Areksa menasihati.

Samuel tetap tidak menggubrisnya.

"EL!" sentak Areksa merasa emosi karena Samuel tetap tidak mendengarkannya. Cowok itu benar-benar keras kepala.

Marvel yang melihat itu pun lantas berdiri. Ia menatap Luna yang merasa tidak enak dengan suasana markas Diamond saat ini. "Bentar," ujarnya pada gadis itu.

Luna mengangguk patuh. Gadis itu tetap duduk di tempatnya dengan perasaan tidak nyaman.

Marvel berjalan ke arah Samuel. Tanpa aba-aba, cowok itu berdiri tepat di depan Samuel hingga membuatnya harus menerima bogeman mentah dari Samuel yang tidak menyadari kehadirannya.

Merasa salah sasaran, Samuel pun lantas menghentikan aksinya. Cowok itu menatap ke arah Marvel yang terlihat biasa saja meskipun baru saja kena pukulan kencang di bagian pipi.

"Sorry, Vel," ujar Samuel.

"Gue balik," pamit Marvel tanpa banyak bicara. Ia kembali menghampiri Luna dan mengajak gadis itu untuk pergi bersamanya. Marvel lebih memilih melakukan tindakan cepat untuk menyelesaikan masalah.

Marvel tidak suka keributan.

Samuel menghela napas berat. Ia mengacak rambutnya yang basah bercampur keringat. Napasnya tersengal-sengal karena kelelahan. Kepalanya menunduk dalam menatap kedua tangannya.

Marvin yang tengah asyik membalas chat dari pacar-pacarnya itu menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia memberikan kode kepada Areksa untuk mengajak Samuel berbicara empat mata. Marvin paham kalau Samuel paling tidak suka jika orang lain mengetahui masalahnya.

"Ikut gue," titah Areksa berjalan lebih dahulu ke teras markas. Diikuti oleh Samuel di belakangnya.

Mereka berdua duduk di atas kursi. Cukup lama keduanya terdiam. Areksa memberikan waktu agar Samuel menenangkan dirinya terlebih dahulu.

"Kenapa?" tanya Areksa setelah dirasa cukup.

"Raskal," balas Samuel dengan helaan napas berat di mulutnya.

"Bikin ulah apa lagi dia?" Areksa mengerutkan keningnya bingung.

"Azura sama Raskal. Mereka ketemuan di depan rumah Azura."

Areksa terdiam. Ia mencoba mencerna ucapan Samuel. Beberapa saat setelahnya, cowok itu pun mengangguk paham. "Cemburu?"

"Gue nggak suka sama dia." Samuel mengelak.

"Terus, kenapa lo marah?"

"Menurut lo pantes?" Samuel menaikkan sebelah alisnya. "Gue udah beberapa kali bilang ke dia buat nggak nemuin Raskal. Azura tetep bandel. Padahal mereka nggak pernah kenal sebelumnya."

"Kalau gue balik keadaannya gimana? Menurut lo pantes kalau udah punya tunangan tapi masih kepikiran sama yang udah lama?" tanya Areksa.

"Gue cuma nggak mau Azura diambil sama dia, Sa," terang Samuel. Cowok itu menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Lo nggak suka sama dia, tapi lo nggak mau kehilangan dia? Ngelawak, lo?" Areksa menatap aneh ke arah Samuel.

"Nggak usah kegedean gengsi. Raskal main cepet. Jangan sampai lo nyesel gara-gara kalah saing." Areksa menepuk pundak sahabatnya itu.

"Semua orang punya masa lalu. Termasuk gue sekali pun. Tapi bedanya, gue nggak mau hidup dalam bayang-bayang masa lalu, El. Gue harap lo juga gitu."

*****

Azura tidak berhenti menatap Samuel yang sejak tadi hanya diam. Entah mengapa ia merasa kalau ada yang tidak beres dengan cowok itu. Pagi tadi, saat Samuel menjemputnya, tunangannya itu sama sekali tidak mengajaknya ribut. Padahal biasanya mereka suka beradu mulut terlebih dahulu. Samuel terlihat lebih banyak diam hari ini.

Itu artinya, dunia sedang tidak baik-baik saja.

"Baby El sariawan? Panas dalam? Sakit tenggorokan? Minum larutan cap badak dari sindo," ocek Azura tidak jelas.

Samuel melirik gadis itu sekilas lalu kembali menatap ke depan dengan pandangan kosong. Hal itu membuat Azura cemberut karena merasa dikacangi.

"Jangan cuekin aku, Baby El. Lebih baik kamu marah-marah kayak biasanya." Azura menghela napas berat.

"Samuel kalau lagi bete emang suka gitu, Ra. Dia orangnya nggak jelas," ujar Canva memberi tahu sekaligus menghina Samuel.

Samuel, Azura, Canva, Marvin dan Areksa kini tengah berada di kantin. Sementara Ilona sendiri tidak masuk sekolah lantaran sakit. Farzan dan Marvel entah pergi ke mana. Mereka tidak tahu keberadaan mereka.

"Masih nggak mau cerita?" tanya Samuel pada Azura. Akhirnya cowok itu berbicara juga.

"Cerita apa? Kamu mau aku dongengin? Kancil sama buaya atau buaya ketemu buaya kayak Marvin sama Bella?" Azura menunjuk ke arah Marvin yang tengah senyum-senyum tidak jelas pada layar handphone-nya.

Samuel memutar bola matanya malas. "Muka gue kelihatan bercanda?"

Azura menggeleng pelan. "Baby El kenapa?"

"Gue marah sama lo. Paham, nggak?"

"Iya, marah kenapa?"

Samuel berdecak pelan. Ingin rasanya ia menendang Azura sampai ke Selat Malaka. "Diem-diem ketemuan?"

Azura terdiam. Berusaha untuk memahami pertanyaan dari Samuel. Gadis itu membulatkan mulutnya setelah paham dengan apa yang dimaksud Samuel.

"Aku nggak buat janji ketemuan sama Raskal. Dia dateng sendiri ke rumah aku. Waktu aku tanya mau ngapain, dia bilang cuma pengin ketemu aku," balas Azura menjelaskan.

Canva yang mendengar itu pun lantas mengerutkan keningnya. "Jadi gara-gara ini lo ngamuk kayak banteng semal—"

"DIEM LO, SETAN!" sentak Samuel sebelum Canva melanjutkan ucapannya. Sahabatnya itu pun lantas menutup mulutnya rapat-rapat dengan wajah kesal. Samuel memang sangat emosian.

"Kamu cemburu?" tanya Azura.

"Nggak sudi!" elak Samuel. Ia membuang pandangannya ke arah lain.

"Maaf, ya. Aku udah nyuruh Raskal pergi kok. Baby El nggak boleh marah. Terus, waktu Raskal tiba-tiba pegang rambut aku, aku langsung buru-buru hapus jejaknya," terang Azura agar tunangannya itu tidak salah paham.

"Nggak usah ditemuin lagi kalau dia dateng," ujar Samuel sedikit meredakan amarahnya.

"Dia chat ke nomor aku," balas Azura.

"Dapet nomor lo dari mana?! Sialan, bisa-bisanya gue kecolongan. Pulang sekolah langsung ganti nomor!" titah Samuel tanpa ingin dibantah.

Areksa tertawa pelan melihat kelakuan Samuel. "Posesif banget, El. Gue aja nggak sampai segitunya."

"Ini beda. Ilona orang normal, kalau ini agak belok!" balas Samuel tidak berperasaan.

"BABY EL JAHAT!" Azura melayangkan pukulan mematikannya ke lengan Samuel.

"KDRT mulu lo! Untung gue ganteng."

"Nggak ada hubungannya, Bos Samuel yang terhormat," timpal Canva gemas.

"Terserah gue," jawab Samuel terdengar menyebalkan. Manusia yang satu ini memang minta ditampol wajahnya.

"SA! REKSA! MARVEL BERANTEM SAMA SENIOR!" Dari kejauhan, Farzan berlari kencang menghampiri Areksa dan yang lainnya. Cowok itu membungkukkan tubuhnya dengan tangan bertumpu pada lutut. Farzan mencoba mengatur napasnya.

"Nggak salah? Ini Marvel, dia nggak pernah berantem di sekolah." Areksa langsung berdiri dari duduknya dan menatap bertanya ke arah Farzan.

"Marvel nggak terima Luna dipukuli sama senior," balas Farzan cepat.

"Di mana?" tanya Areksa.

"Belakang sekolah."

*****

Ternyata ada banyak siswa-siswi yang menyaksikan perkelahian Marvel dengan salah satu senior cowok. Selain Luna, tidak ada orang lain lagi yang berani melerai mereka.

Areksa berlari menghampiri mereka bertiga. Marvel terlihat dibutakan oleh amarah dan terus memukul senior kelas dua belas itu tanpa rasa kasihan.

"Vel, udah. Gue nggak papa," ujar Luna berusaha untuk menghentikan Marvel. Jujur saja ia merasa takut dengan Marvel sekarang ini. Jika biasanya cowok itu bersikap tenang, maka kali ini tidak. Marvel terlihat beringas dan kejam.

"VEL!" panggil Areksa. Ia menarik kerah bagian belakang Marvel agar cowok itu menghentikan aksinya. Tetapi Marvel dengan cepat menepis tangannya.

Dengan napas memburu dan mata yang menghunus tajam ke arah seniornya yang bernama Venus itu, Marvel kembali melayangkan pukulan telak di bagian perut cowok itu hingga membuat Venus benar-benar merasa lemas. Pukulan yang dilayangkan Marvel tidak pernah main-main.

"Gue benci kalau cewek gue diusik," kata Marvel penuh penekanan. Ia berdiri kembali dan merapikan seragamnya yang berantakan.

Venus masih tepar di atas tanah dengan sudut bibir yang berdarah dan beberapa titik di wajahnya mengalami lebam.

Sementara Marvel sama sekali tidak terluka karena cowok itu paling pandai menghindari pukulan.

"Ini kasus pertama lo." Areksa menepuk pundak Marvel pelan. "Kalian bertiga ikut gue ke ruang BK."

"Biarin Luna obatin pipinya," ujar Marvel memberi tahu Areksa.

Pipi bagian kanan milik Luna terlihat lebam seperti habis dipukul. Karena masih punya rasa kasihan, Areksa pun mengangguki permintaan Marvel.

"Dia ... nggak kerasukan, kan?" Marvin menganga lebar. "Sejak kapan kembaran gue peduli sama sekitarnya?"

*****

10k votes + 10k comments

Dm aku kalau udh tembus

Dengan penuh keanggunannya, Martabak pamit undur diri.

Bye!

Continue Reading

You'll Also Like

26.5K 3.7K 39
Kanaya yang sedang berduka, menghadiri pemakaman orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan, tak sengaja bertemu dengan Devandra Sosok Devandra ya...
1.5K 65 22
Sederhananya, ini menceritakan tentang dia yang berharap semesta akan datang membawakan jutaan pelangi untuknya.
4.7K 251 14
Sagara dan Buminya - since : O4 . O5 . 22 ✒️.
8.2M 1M 48
"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ...