No Control

Oleh pouringrain11

566K 47.5K 1.8K

Mungkin semua tahu. Tak ada yang dapat mengontrol seorang Harry Styles, sebelum Taylor Swift datang dan mengu... Lebih Banyak

#1 : Interview
#2 : First Impression
#3 : Boss
#4 : First Task
#5 : The Punishment
#6 : The Talk
#7 : Lunch
#8 : The Contract
#9 : Beautiful
#10 : Anne Styles
#11 : Different
#12 : Normal
#13 : Trapped
#14 : Worried
#15 : Shoot
#16 : Jasmine
#17 : Watching Movie
#18 : Warning
#19 : Spy
#20 : Duty
#21 : Changed The Contract
#22 : Nashville
#24 : Ice Cream
#25 : Dinner with The Swifts
#26 : Abigail & Karlie
#27 : Thinking of You
#28 : Country Music
#29 : Morning Kiss
#30 : James' Confession
#31 : Choice
#32 : Scoot's Plan
#33 : Back To London
#34 : Breakfast
#35 : 5 Questions
#36 : Lunch With Liam
#37 : Lea
#38 : Waiting For You
#39 : Harry's Bestfriends
#40 : Liam and Kate
#41 : Confused
#42 : Perfect Together
#43 : First Kiss
#44 : Stay Away
#45 : Another Option
#46 : Sparks Fly
#47 : Disappointed
#48 : Goodbye
#49 : Changed
#50 : Gemma
#51 : The Fashion Show
#52 : Want You Back
#53 : Mad
#54 : Jealous
#55 : Sorry
#56 : Harry & Liam
#57 : London
#58 : Best Surprise
#59: Liam's Engagement
#60 : End
Bonus : The Wedding

#23 : James

8.7K 765 40
Oleh pouringrain11

Taylor terbangun dari tidur lelapnya. Dia bangkit dan duduk di tepi ranjang. Taylor mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia tersenyum tipis. Taylor tengah berada di kamar tidur lamanya, yang sudah beberapa bulan tidak dia tempati. Kamar yang tak banyak berubah.

"Taylor, apa kau sudah bangun?"

Sebuah suara, disusul dengan ketukan pintu, menyadarkan Taylor dari ketidaksadarannya. Taylor bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu kamarnya, untuk membuka sambil berkata, "aku sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu, Mom."

Pintu kamar Taylor terbuka. Seorang wanita paruh baya dengan rambut blonde yang sama seperti Taylor tengah mendongak dan tersenyum kepada anak gadisnya yang sudah beberapa bulan belakangan tak dia lihat. Wanita paruh baya itu adalah Andrea Swift, Ibu dari Taylor.

"Aku membuatkanmu bacon untuk sarapan. Dad sudah berangkat ke restoran dan Austin berangkat ke kampusnya sejak pukul 7." Taylor mengernyitkan dahi mendengarkan ucapan Ibunya tersebut. "Kenapa kau tak membangunkanku, Mom? Aku belum bertemu dengan Dad dan Austin sejak aku tiba di sini semalam." Taylor mengerucutkan bibirnya.

"Kau terlihat sangat lelah, Taylor. Aku tak mungkin membangunkanmu pagi-pagi hanya untuk bertemu mereka. Tapi, tenang saja, Scott dan Austin sudah berjanji akan pulang lebih awal untuk makan malam bersama. Sudah lama kita tidak makan malam berempat, kan?" tanya Andrea dengan wajah sangat senang. Taylor tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Baiklah, Mom. Aku akan mandi sebelum sarapan. Setelah itu, aku harus menemui seseorang." Andrea mengangkat satu alisnya. "Apakah pria tampan yang kemarin duduk di sampingmu saat kalian berada di taksi? Hey, kenapa dia tidak turun dari taksi dan memperkenalkan dirinya padaku semalam?"

Taylor memutar bola matanya. "Mom, dia punya etika. Dia tidak akan bertamu di malam hari. Dia juga pasti sangat lelah dan ingin segera beristirahat di kamar hotelnya." Taylor mengernyit saat tatapan menggoda Ibunya masih tak menghilang. "Kau juga tak melihat wajahnya dengan jelas, kan, Mom? Bagaimana kau bisa menyimpulkan jika dia adalah pria tampan?"

Andrea terkekeh. "Jika dia tak tampan, kau tak akan bergegas seperti ini hanya untuk bertemu dengannya." Taylor memicingkan matanya dan menggelengkan kepala. "Aku tidak bergegas untuk bertemu dengannya, Mom! Well, aku hanya..." Andrea memotong ucapan Taylor, "...merindukannya dan tak tahan untuk bertemu dengannya? Aku mengerti, Taylor. Aku senang, akhirnya kau menemukan seseorang. Sudah sangat lama aku tak melihatmu berkencan."

"Aku tak berkencan dengannya! Dia adalah..." Lagi-lagi, Andrea memotong ucapan Taylor.

"Sudah, sudah. Tak perlu menjelaskan. Segeralah mandi lalu, sarapan. Aku tahu kau tak mau terlambat untuk bertemu dengannya." Taylor memutar bola matanya dan memutuskan untuk mengalah. Taylor selalu kalah saat berargumen bersama Ibunya.

*****

Taylor memasuki area hotel tempat Harry menginap. Semalam, Harry memberikan alamat hotelnya kepada Taylor dan berkata jika Taylor harus pergi ke hotel keesokan harinya. Taylor tak mengerti apa maksud pria itu tapi, Taylor tak berani untuk mengelak. Biar bagaimanapun juga, Harry tetap atasan Taylor.

Taylor baru hendak bertanya kepada resepsionis di hotel tersebut mengenai kamar tempat Harry menginap saat pintu lift terbuka dan pria berambut keriting itu muncul dari dalam lift. Harry mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Dia tersenyum kepada Taylor dan Taylor membeku di tempatnya. Harry sangat tampan dan Taylor baru kali ini menyadarinya.

"Selamat pagi," sapa Harry saat dia sampai di hadapan Taylor. Taylor dapat merasakan aroma tubuh Harry yang sangat maskulin. Taylor menyimpulkan jika Harry baru saja selesai mandi walaupun, rambut keritingnya tidak sepenuhnya basah.

"Selamat pagi," Taylor balas menyapa kikuk. Keduanya saling menyapa canggung sampai akhirnya, Taylor berusaha membuat keadaan normal kembali. Taylor menatap sekelilingnya dan mendapati beberapa pasang mata menatap ke arahnya. Taylor mengernyit dan memeriksa dirinya. Tidak, tidak ada yang salah pada dirinya. Tapi, kenapa semua mata tampak menatap ke arahnya?

Sedetik kemudian, Taylor baru sadar. Sebenarnya, orang-orang itu tidak menatapnya. Tapi, menatap pria yang ada di hadapannya. Pria berambut keriting dengan wajah yang memang sangat memikat kaum Hawa. Taylor berdesis. Semua gadis di hotel ini menatap Harry seakan-akan Harry adalah Christian Grey.

"Apa kau akan tetap berada di hadapanku, melakukan hal yang tidak kumengerti?" Taylor tersadar dari pikiran-pikirannya saat mendengar pertanyaan yang mengalir dari mulut Harry tersebut. Taylor menggeleng.

"Temani aku sarapan," Harry memerintah dan sebelum sempat Taylor memberi balasan atas perintahnya, Harry sudah meraih tangan Taylor tiba-tiba dan menggandeng gadis itu ke luar dari area hotel. Taylor hanya menurut dan sesekali menatap ke arah gadis-gadis yang tadi menatap Harry dengan tatapan penuh kemenangan.

*****

Taylor hanya duduk, memerhatikan Harry yang tengah menyantap menu sarapannya, sup tuna. Harry makan dengan sangat lahap, seakan-akan itu adalah makanan satu-satunya yang tersisa di dunia dan dapat dia makan. Taylor tersenyum, menahan tawa.

"Daripada kau melihatku seperti itu, lebih baik kau memesan sesuatu." Harry bergumam, setelah menelan suapan terakhirnya. Taylor menggelengkan kepala. "Tidak, aku sudah sarapan. Ibuku membuatkanku bacon tadi." Taylor melipat tangan di atas meja. Harry menyingkirkan mangkuk kosong di hadapannya dan ikut melipat tangan di atas meja. Mata hijaunya menatap dalam ke arah Taylor.

Taylor menggigit bibir bawahnya gugup tapi, di lain sisi, dia tidak mau menunjukkan kegugupannya di hadapan Harry. Harry bisa besar kepala. Taylor menarik tangannya dan menyandarkan punggung pada sandaran kursi tempatnya duduk. Matanya melirik tajam ke arah Harry sambil mulai bertanya, "apa yang akan kita lakukan?"

Harry mengedikkan bahu. "Aku tak tahu." Taylor mengernyit. "Jika kau tak tahu apa yang akan kita lakukan, kenapa kita ke Nashville, Bodoh?! Lebih baik kita di London dan kembali bekerja normal daripada berada di Nashville tanpa melakukan apapun."

Harry mengangkat sebelah alisnya. "Taylor, ini Nashville. Aku tak pernah ke sini sebelumnya. Bagaimana jika kau yang mengatur semuanya?" tanya Harry. Taylor mengernyit. "Aku? Mengatur apa?" tanya Taylor bingung.

"Mengatur tentang segala hal yang akan kita lakukan di sini, tentu saja." Harry menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi tempatnya duduk. Taylor mengangkat sebelah alisnya. "Aku tak tahu apa yang akan kita lakukan. Seharusnya, kau tahu apa yang akan kita lakukan, mengingat kau adalah atasanku dan aku menuruti semua perintahmu."

"Kalau begitu, kau harus...." Ucapan Harry terpotong saat tiba-tiba saja, seseorang menghampiri meja mereka dan berkata dengan nada sangat ceria.

"Taylor!" Taylor mendongak dan raut wajahnya berubah dengan sangat cepat. Taylor bangkit berdiri dengan sedikit gugup sambil melambaikan tangan dan menyapa, "ehm, well, hai, James. Apa kabar?" Taylor menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Harry memperhatikan tingkah Taylor. Gadis itu terlihat sangat salah tingkah di hadapan pria berambut kecokelatan ini.

Harry masih duduk di kursinya, memerhatikan Taylor dan pria yang sudah diketahui bernama James itu dengan tatapan dingin. James terlihat sangat berbeda dengan Harry. James hampir sama seperti Taylor, pria yang sangat ceria dan punya senyuman yang mampu membuat siapapun gadis yang melihatnya menjadi bersemangat. Iris matanya berwarna cokelat cerah.

"Aku baik, Taylor. Aku tak tahu jika kau kembali ke Nashville. Tungguh sampai aku memberitahu Emily tentang kepulanganmu. Dia pasti sangat senang." Seketika, raut wajah Taylor yang semula gugup bercampur kebahagiaan berubah menjadi murung namun, gadis itu berusaha menyembunyikan perasaannya dengan sebuah senyuman.

"Kau dan Emily...apa kalian baik-baik saja?" tanya Taylor ragu-ragu. Sepertinya, Taylor dan James lupa jika Harry berada di sana. Harry pun hanya diam saja, mendengarkan pembicaraan Taylor dan James.

James mengulas senyuman. "Kapan kau kembali ke London?" James bertanya balik. Taylor mengedikkan bahu. "Tak tahu. Mungkin sekitar dua minggu." Taylor melirik sekilas ke arah Harry yang masih menatapnya dingin. Taylor mengabaikan Harry dan kembali menatap James yang kali ini tersenyum lebih lebar.

"Kalau begitu, kau harus datang ke pesta pertunanganku dan Emily tiga hari lagi! Aku mencoba menghubungimu, Taylor tapi, sangat sulit menjangkaumu. Orangtuamu juga terlihat sangat sibuk. Begitupula dengan Austin." James menjelaskan. Taylor terkekeh, palsu.

"Aku akan datang nanti. Senang bisa bertemu denganmu lagi, James."

"Begitupun aku, Taylor. Maaf jika aku menganggu waktumu. Aku akan pergi. Sampai bertemu secepatnya, Taylor!" Harry menyatukan alis saat pria bernama James itu mengecup singkat pipi Taylor sebelum berjalan menjauhi meja tempat Harry dan Taylor berada. Taylor menyentuh pipinya yang tadi dicium oleh James dengan senyuman lebar di bibirnya.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

109K 13.2K 29
Love & hate relationship? Tapi bagi Yoona dan Sehun yang ada hanyalah hate & hate relationship. Hubungan saling benci ini bermula ketika Im Yoona ta...
Camouflage Oleh Lin

Fiksi Penggemar

200K 24.4K 45
[Completed] [Baekhyun Fanfiction] Hidup dalam kebohongan dan persembunyian. Perlahan namun pasti, semua mulai terkuak. Keberadaan ku mulai di sadari...
69.4K 3.4K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++