Pak Linggar

By rammdinn

1.7M 141K 1.5K

[TAMAT] cerita ini santai minim konflik untuk penghilang penat:) *** Rheta Amanita L, mahasiswa semester tiga... More

00
01. pagi yang buruk
02. pak dosen idola?
03. kecelakaan
04. diperiksa pak dokter
05. modal pdkt
06. temu kangen
07. masalah baru
08. malaikat tanpa sayap
09. phone
10. no more excuses
11. happiness
12. kembali ngampus
13. mall
14. poor Arumi
15. cat cafe
16. mba Riri
17. akhir (tak) bahagia
18. nasi goreng
19. kebodohan yang haqiqi
20. hey siapa dia
21. Bisma sialan
22. tanpa judul
23. sugar baby
24. dapat(kan) ijin papah
25. malam berbintang
26. kembang api
27. aku yang salah
28. best vren
29. andai aku bisa
30. video call
31. pak Linggar sakit
32. agresif
33. spesial undangan
34. cemburu tanda cinta
35. birthday party
36. tembok transparan
37. jodoh orang
38. semakin rumit
39. hancur
40. perjanjian tanpa sadar
41. chill dren
42. titik terang bukan
43. pecah
44. doi ngambek
45. ditelpon Mamah
46. di waktu yang singkat ini
47. kita kembali
48. hanya mimpi
50. the end
51. hari yang cerah
52. sisi buruk pak Linggar
53. hadiah indah
54. katanya mau pergi
55. pesan terakhir
the last
extra part
extra part lagi
extra part dulu
extra part terus
yuk yuk extra part nih
extra part lagi astogel
mabok extra part:")

49. perundingan meja makan

20.2K 1.8K 13
By rammdinn

update update😍😍 setelah seminggu ga update ya bund

ada note dulu nih, sebentar ehehe🙏😂

Di chapter sebelumnya kan papah Rheta bilang kalo janjian sama pak Linggar diundur, akan diganti biar sekalian sama keluarganya Bisma juga.

Tapi aku ralat. Jadinya tanpa sepengatahuan siapapun mereka bikin pertemuan sendiri, berdua. Tentu Rheta ga tau. Jadi ga aku munculin adegannya di sini. Begituu.

Semoga bisa diterima yaak. Kalo ada yg bingung komen aja.

happy reading !!

***

RHETA POV

Selang beberapa hari dari Bogor, katanya malam ini papah akan mengundang keluarga Bisma untuk makan malam. Sekalian membahas lebih lanjut tentang perjodohan kami.

Sesampainya kita di tempat ketemu, aku dibuat terkejut karena ada pak Linggar!

"Lho bapak punya acara di sini juga?" tanyaku terheran-heran.

Dia sibuk menyalimi papah dan mamah sementara aku dicuekin. Ck. Kok ngeselin.

"Acara saya sama keluarga kamu," balasnya kemudian. Sontak alisku bertaut. Aku menatap papah memuntut jawaban tapi papah sekedar tersenyum tipis.

"Sudah ayo masuk, ga enak kalau kita yang terlambat."

Di belakang papah-mamah aku jalan bersampingan dengan pak Linggar yang nampak ganteng banget, seperti biasanya.

Aku berbisik, "papah yang undang bapak ke sini?"

Dia mengangguk.

"Berarti papah udah setuju sama kita?!" bisikku lagi tapi kali ini lebih antusias.

"Aw! Kok pipi aku dicubit sih pak!"

"Sttt. Jangan berisik nanti dikira saya ngapa-ngapain kamu."

"Emang bapak udah ngapa-ngapain aku! Sakit tau pak...."

Aku mengusap-usap pipiku yang barusan jadi sasaran empuknya. Pak Linggar yang terkekeh kemudian menangkup kedua pipiku.

"Ehehe maaf ya. Saya keikutan exited."

"Ish." Aku balas memukul dadanya.

Percuma. Bukan kesakitan, dia malah terkekeh kaya gelian. Aku pun lanjut jalan menyusul papah dan mamah yang udah duluan jalan di depan, dengan meninggalkan pak Linggar di belakang.

"By kok aku ditinggal?"

Aku berhenti jalan, menunggunya menyusul.

Tiba di ruangan vip yang bau-baunya mahal ini, aku duduk di tengah-tengah mamah dan pak Linggar. Beberapa saat setelah duduk, rasa tidak tenang mulai menggangguku.

Aku terus menggerutu karena keluarga Bisma ga datang-datang. Udah berulang kali protes tapi jawaban dari papah selalu sama: "Sabar. Kejebak macet paling."

His. Tapi mau sampe kapan?? Keburu sakit perut nih aku, sangking gelisahnya.

"Eh iya Mamah kenapa diem aja sih? Tumben banget." Aku mencolek lengan mamah dengan jail. Mamah daritadi asik main hp.

Ga biasanya. Apalagi ini ada pak Linggar lho, bukannya dulu Mamah salah satu fans nya pak Linggar?

"Kenapa Rheta?"

"Mamah kok diem aja. Lagi sariawan ya? Ga cocok pake gigi emas palsu tuh, jadinya gitu." Lagi-lagi aku terkekeh geli.

kali ini lebih bahagia karena teringat beberapa hari yang lalu mamah sibuk pamer habis pasang gigi emas palsu, menang dari arisan ulala nya.

Hiyah. Taunya bikin sariawan. Ahaha.

Cklek.

"Permisi jeng Nita?"

"Yaampun Jeng Liaa! Akhirnya sampai juga..."

"Maaf ya Jeng saya terlambat."

"Iya gapapa. Yang penting kan sekarang udah sampai."

Aku dibuat cengok melihat mamah yang sikapnya berubah dalam sekejab. Heboh dan berpelukan dengan mamahnya Bisma dengan ceria.

Dirasa ada yang menyentuh lenganku, aku pun tersadar. Aku menoleh ternyata pak Linggar pelakunya. Dia memberi kode mata ke arah orang tua Bisma. Oh aku tau.

"Selamat malam Om, Tante," sapaku sesopan mungkin pada mantan calmer ini.

"Ihh Rheta sayangg, sekarang makin cantik ya... Udah lama tante ga liat kamu. Tante kangen tau." Mamahnya Bisma ngajak aku cipika-cipiki. Aduhhh. Emak-emak-emak.

"Padahal dulu kalo pulang sekolah suka main ke rumah ya sama Arumi."

Aku yang tidak tau harus mesrespon apa lagi, sekedar mengangguk dan terkekeh. bilang juga terimakasih karena tadi sudah dipuji.

Ya ampun ternyata dunia sempit ya, waktu itu awal mamah kenalin Bisma sebagai anak temen di tempat arisannya.

Ga tau aja ya mamah, padahal Bisma sering aku bully waktu di SMA. Ahaha.

"Ayo silakan duduk-duduk. Kita bisa mulai makan malamnya nih."

Kami semua pun duduk.

"Jeng, Bisma nya kemana? Kok belum keliatan muka gantengnya."

Apa?! Ganteng?!!!! Ga salah denger nihh???

Kresek mana kresek!

Dalam hati aku ketawa mendengar ucapan mamah. Anjir banget ah. Jelas-jelas pak Linggar yang lebih ganteng dan datang duluan, tapi ga ada tuh dipuji ganteng. His. Kok ngeselin deh.

"Bisma tadi katanya mau berangkat bawa mobil sendiri, Jeng. Ga mau bareng kita, dia. Tapi kok belum sampe juga ya? Dia belum datang ke sini, Jeng?"

"Bel--"

Cklek.

"Selamat malam semua."

Semua tatapan orang yang ada di ruangan ini seketika menoleh ke arah pintu yang terbuka. Menampakkan wajah Bisma disusul--

"ALYA?!"

Pak Linggar menarik pelan tanganku agar duduk kembali di kursi. Aku manurut tapi tatapan mataku ga bergeser dari wajah sahabatku barang sedetik pun.

"Lo ngapainn???" Dari tatapan ini, aku menanyakan hal itu ke arah Alya.

Alya hanya manggeleng lemah.

"Maaf saya terlambat om-tante."

"Silakan duduk nak Bisma. Makan malamnya juga belum dimulai," ujar papah.

Kampret. Alya duduknya rada jauh di sebelah Bisma, lagi. Kakiku ga sampe sana buat kode-kodean.

"Berhubung semuanya sudah kumpul, mari kita mulai acara malam ini."

Makanan yang sudah mamah-papah pesan, satu persatu datang diantar pelayan untuk memenuhi meja makan kami.

Setelah itu kami makan malam pada seperti biasa. Sesekali diselingi obrolan yang renyah. Renyah bagi kedua pasang orang tua itu. Bagi anak-anak muda ini sangat membosankan.

Terlihat dari cara Bisma yang makan dengan rakus, nambah porsi bolak-balik. Dia abai dengan sekitar, tidak peduli acara ini.

Sementara Alya sibuk menggerutu di tempat, sambil makan.

Dan aku? Cara menunjukan rasa bosanku dengan memotong lebih kecil-kecil lagi daging yang ada di piring tanpa memakannya.

"Dimakan By, jangan buat mainan." Begitu bisikan pak Linggar daritadi.

"Aku bosen pak," aduku tak kalah berbisik. Gimanapun juga sopan satun tetep nomer 1.

"Ya dimakam dulu. Nanti kalo udah habis kan mereka bahas perjodohan kamu."

"Ga mau... Aku maunya makan mekdi aja ah."

"Cuih. Selera lo, makanan enak gini maunya mekdi."

"Kok lo sewot???"

"Nah, lo itu yang sewot. Santai gue mah."

"Santai pala lo, sirik kan lo liat gue uwu-uwuan! Dasar jomblo. Ngaku lo!"

"Dih pede gila lo. Ngapain sirik, gue juga bisa kali!" Tiba-tiba dia merangkul Alya. "Nih! Bisaaaa. Mau apa lo?!"

"Jauhin tangan lo dari sahabat gueee!"

"Lah ngapa? Dia pacar gue. Emang salah? Salah?"

Aku menggeram di tempat. Pisau daging yang ada digenggamanku, aku remat. Bisma bangke. Bisma kampret. Bisma babi.

Aku abai dengan teguran mamah. Mataku masih menajam ke arah Bisma yang kini menantang.

"Saya ijin bawa Rheta ke keluar sebentar, boleh om?"

"Silakan nak Linggar."

"Ayo Rheta."

"Ga mau! Urusan aku sama dia belum selesai!"

"Sok manis banget pake aku-aku an. Biasa lo-gue ajaaa."

"Bisma sialannn!!"

Badanku keburu dibawa oleh pak Linggar keluar dari ruangan itu. Begitu di luar aku langsung berontak, memukul-mukul badannya.

"By, jangan gini dong! Kendalikan emosi kamu."

"Gabisa! Setan macam Bisma ga bisa dialusin!"

"Sabar By, dia makin seneng jailin kamu kalo kamunya meledak-ledak gini."

"Aaarghhh!" Aku teriak, meluapkan segala rasa kesal yang ada.

"Dia berani sentuh-sentuh Alya pak! Apa maksudnya coba, bawa-bawa Alya ke sini..."

Pak Linggar memegang kedua pundakku. Hingga berhadapan dengannya dan ditatap dalam. Seketika rasa damai hadir.

"Mungkin Alya mau bantuin Bisma."

"Ga mungkin! Pasti si Bisma itu yang paksa-paksa Alya!"

"Ga boleh buruk sangka gitu. Kan udah janji mau berubah."

"Ck. Ga seru ah bapak!" Aku menepis kedua tangganya. Lalu aku bersidekap angkuh membelakanginya dengan bibir yang mengerucut ke depan.

"Udah ngambeknya By. Kita kembali masuk yuk. Biar masalah perjodohan kamu juga cepet selesai."

Perlahan aku pun mengangguk patuh.

"Nanti jangan tahan aku lagi ya, kalo Bisma ngajak ribut."

"Lupa sama janji kamu hm?"

"Engga lupa... Tapi kalo lawannya kaya Bisma jelmaan setan, pengecualian!"

"Oke."

"Oke ga nahan aku??" Aku menatapnya penuh binar.

"Oke ga janji." Pak Linggar terkekeh.

"Ck tau ah!"

Dengan kaki yang dihentak-hentakan ke bumi, aku merengut sepanjang jalan.

Kembali ke ruangan ini, aku menunduk saat masuk. Karena dari ekor mata, aku liat mamah sedang mendelik.

"Maafin gue Rheta," ucap Bisma tiba-tiba.

Aku terkejut bukan main donggg. Melihat mukanya yang ogah-ogahan, jadi mengerti. Dalam hati tertawa bahagia melihatnya.

"Sungkem dulu sini."

"Rheta!"

"Iyaiya. Bercanda doang mah." Aku melotot sinis, mergokin Bisma yang kaya meledek banget karna barusan aku dimarahin Mamah.

"Bilang maaf juga ke Bisma."

"Ga mau, kan Bisma yang duluan."

"Mamah ga pernah ngajarin kamu kaya begitu Rheta."

Tanganku yang ada di bawah meja sontak terkepal, sebal. Apalagi melihat kilatan bahagia di mata Bisma.

Selang beberapa detik, tangan pak Linggar datang. Menggenggam tanganku di bawah meja.

Huftt. Sabar Rheta, sabar. Besok dapet suami ganteng kok, jadi gapapa ngalah sekali.

Oke.

"Maafin gue juga Bisma."

"No problem."

Cuih. Pengen nampol banget jambul katulistuwanya yang cetar bahenol itu. Sekali roboh, kacaunya bukan main tuh mentalnya.

"Semua udah baikan kan?" tanya Papah ketara banget ngeledeknya. Dalam diam aku membolakan mata malas.

"Sekarang kita bahas mengenai per--"

"Aku menolak pah!"

"Saya menolak om!"

Kekehan geli kembali hadir di bibir papah. "Bisa kompakan gitu bilangnya. Papah belum selesai bicara padahal."

"Kan emang udah jodohnya pah."

"Bisa aja Jeng Nita ini, xixixi."

"Tapi saya ingin mempertegaskan terlebih dulu. Sebenarnya perjodohan ini atas dasar bisnis. Yang mana jika salah satu belah pihak ada yang ingin membatalkan, diharuskan membayar uang sanksi. Bukan begitu pak Bagas?"

"Betul pak Louis. Sesuai yang tertera di surat perjanjian."

Mataku bergerak tak tenang, takut-takut papah yang kena sanksi. Walaupun tau tadi Bisma udah nolak juga, tapi aku apal sifat sinting Bisma. Bisa aja dia ciptain drama yang merugikan keluargaku. Hih. Jangan sampe deh...

"Tapi dari jawaban spontan anak-anak, sepertinya kita semua akan aman." Kekeh papah lagi.

Aku juga ikut terkekeh. Aamiin! Semoga aja!

"Tapi sebentar pah. Bukannya anak-anak ga perlu memilih? Karena ini juga demi kan kebaikan mereka."

"Mamah...?" Aku tak percaya dengan ucapan mamah barusan. Kenapa seolah mamah ngebet banget supaya aku nikah sama Bisma?

"Betul Rheta, sayang. Perjodohan ini juga demi masa depan kamu dan Bisma. Kalian hanya perlu menerima dan menjalaninya. Jadi ga perlu khawatir lagi."

"Ga bisa gitu dong mah. Justru aku yang jalani, jadi aku berhak milih yang aku mau," protes Bisma.

Aku mengangguk setuju kali ini dengan Bisma.

"Saya juga setuju dengan Bisma tante. Mohon maaf sebelum adanya perjodohan ini saya sudah menjalin hubungan dengan seseorang."

"Bisma juga mah. Ini pacar Bisma, Bisma ajak. Iya kan Yang? Kamu pacar aku."

Aku melirik Alya. Kasian amat si Alya pasti di bawah tekanan Bisma.

Awas aja lo Bisma. Selesai ini, urusan kita tentang Alya!

"I-iya tante. Perkenalkan saya Alya, pacarnya Bisma. Kami sudah pacaran dari setahun yang lalu," jawab Alya berusaha acting dengan natural.

Mamahnya Bisma kini memincing. "Pacaran sejak setahun yang lalu? Jangan bohong kamu. Bisma ga pernah cerita apa-apa. Saya juga baru melihat kamu di sini."

"Mah--"

"Apa? Mau alesan apalagi kamu? Cuma bohongan doang kan itu?"

"Ini salah Bisma yang ga mau go public mah. Urusannya panjang deh, intinya Bisma udah punya pacar! Namanya Alya."

"Rheta juga tante! Udah punya calon suami, namanya Lintang Jagad Raya."

"Okeoke. Diharap tenang semuanya." Papah tersenyum geli sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Daritadi kalian yang sibuk berdebat. Kami para bapak-bapak hanya diam kaya pajangan."

Huprttt. Aku nahan ketawa. Iya juga ya. Salah satu bapak-bapak nya ini nih, yang ada di sebelahku. Dari tadi cuma diem, nyimak aja sambil megangin tanganku yang ada di bawah meja.

Sontak aku menoleh ke arahnya. Dia balas menaikan satu alisnya tanda bertanya.

"Lop You," ungkapku tanpa suara. Hanya gerakan bibir saja. Dia pun salting. Muka gantengnya menyinggung senyum yang mempesona.

Anjayyyy! Malah aku yang dibikin mleyot iniii.

Klontang!

"Ga usah ganjen lo Rheta."

Bisma biadab! 


Continue Reading

You'll Also Like

945K 29.1K 48
"Papi! Aku enggak mau di jodohkan dengan cowok miskin ini!" Teriak Yura menunjuk Zaki yang menatap datar dirinya "Jaga ucapan kamu Yura, papi tidak...
3.5M 38K 32
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
268K 27.1K 30
[Belum direvisi] Nisa mempunyai ketakutan tersendiri dalam hidupnya. Sebuah ketakutan yang mungkin akan dianggap lucu oleh orang lain, namun begitu m...
651K 26.7K 36
BUGH! "aduhh" sontak pria berpostur tubuh tinggi nan tegap yang sedari tadi tengah berjalan santai sambil melepas benda kecil berwarna putih yang me...