kalo ada typo boleh lah ditandain😌
happy reading !!
***
RHETA POV
"Pak Linggar!!"
Kedua mataku terbuka lebar, deru nafas yang tadinya teratur seketika berantakan. Tapi bentar. Aku jadi bertanya-tanya, kok ini di bathtub? Lho lhoo bukannya aku udah sampe di rumah ya?
Tok tok tok
"By kamu di dalem??"
Zzzrt. Rasanya kaya ada sengatan listrik gaib di otakku, alam sadar sepenuhnya kembali. Sialan. Ternyata aku ketiduran! Buru-buru aku mentas, memakai bathrobe dan keluar kamar mandi.
"Lho kamu baru selesai mandi, By?"
Aku tidak hiraukan pak Linggar, melainkan bergerak memeluknya. Bibirku melengkung kebawah saat ingatan tentangnya yang babak belur, lemah ga berdaya karena dipukulin Papah.
"Kamu kenapa By?"
"Aku mimpi bapak sekarat."
"Astaga By, jahat banget mimpinya."
Aku menarik sedikit wajahku agar bisa mendongak, menatapnya.
"Maaf ya aku kerjaannya cari masalah terus, sukanya gegabah," sesalku sungguh-sungguh. Dia malah terkekeh.
"Mimpi apa memang sampe kamu menyesal gini?"
"Aku bilang ke Mamah kalo hamil anak bapak eh taunya Papah muncul--"
"Jangan aneh-aneh kamu By," sela pak Linggar terlihat kesal.
Mampuss. Baru pak Linggar aja udah beraksi gini, apa kabarnya Mamah-Papah?? Untung cuma mimpi Ya Tuhan...
"Iya makanya aku minta maaf ih, maafin aku yaaa. Aku janji ga bakal aneh-aneh lagi kok."
Terdengar helaan nafas panjang dari pak Linggar. Dia pasti khawatir. Cara aku yang asal nyeplos akan berimbas pada hubungan kita kedepannya. Bukan malah mempermudah jalannya.
Aku kembali memeluknya. Beberapa saat kita sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Eh iya kok bapak udah pulang? cepet banget rapatnya."
"Kata siapa cepet? ini udah jam setengah 12, By. Lagi pada break makan siang. Kamu yang tidur kaya kebo. Memang ga dingin di sana? Bisa betah gitu."
Aku jadi terkekeh geli. Sama sekali ga merasa kedinginan, sumpah. Walaupun aku udah berendam dari jam 8 pagi tapi karena suhu air dalam bathtubnya hangat dan stabil, makanya aku keenakan terus bablas tidur.
Konyol banget. Ahaha.
"Aku ga kebo ya," cecarku pura-pura kesal.
"Terus kamu belum sarapan?"
"Udah. Aku di dalem bawa cake, buah, roti, sama teh. Eh ada susu juga. Enak bangetlah pokoknya."
"Owh pantes, kekenyangan jadi ketiduran," kekeh pak Linggar.
"Itu tauu."
Dia mengecup puncak kepalaku sekilas. Ahh pasti gemes kann sama aku, aw. Jadi malu deh.
"By, ikut makan siang di bawah yuk. Ada Papah kamu lho."
"Lho papah kolega bapak?!" Aku kembali mendongak, menatapnya dari bawah.
Dia menaikkan satu alisnya. "Kenapa kaget gitu hm? bukannya bagus ya?"
Pak Linggar tersenyum penuh arti kearahku. Awalnya aku ga paham, tapi setelahnya aku paham.
"Idihhh sa ae nih calon mantu, slepeettt," kekehku geli banget.
Asli. Ga tau juga sih sebenernya apa tujuan utama dia bikin bisnis bareng sama Papah, apa. Tapi sejauh ini aku menyimpulkan kalo dia lagi carmuk!
Anjroti banget kok emang. Tapi aku sukaaa. Ahaha. Ga waras.
Pak Linggar udah terkekeh.
"Ohya Pak, kata Mamah pernikahan aku sama Bisma ada unsur bisnisnya juga tau. kalo aku mau batalin gitu, berarti papah harus bayar pinalty nya dong?"
Pak Linggar mengangguk dengan gamang.
"Tapi ga usah dipikirin, tunggu aja keputusan bersamanya gimana. Kalo Bisma juga nolak berarti Papah kamu aman."
"Kalo engga?" tanyaku masih memikirkan kemungkinan buruknya.
"Kalo engga ya perusahaan saya siap bantu."
"Seriusan pak?!"
Dia memincing ke arahku. "Masa bohong. Rugi banget saya ngelepas kamu gitu saja."
Seketika aku mesem. Astagaaaa. Aku direbutin dua cowok tajir lhoo ini. Ga main-main ah.
"Nikah sama aku mahal ya pak."
"Kamu tidak ternilai Rheta. Semua akan saya lakuin untuk mendapatkan kamu."
"Aaaaa manis banget ini lambe, jadi pengen aku jait dehhh."
Pak Linggar tergelak dengan gantengnya menampakkan deretan gigi putih yang tersusun rapih. Ga lupa matanya yang menyipit sangking bahagianya.
Nikmat mana lagi yang lo dustakan Rheta??
Aku sampe ngiler kaya sungai kalo bisa. Huahh. Ketiban duren berlian kaya gini nih. Yang awalnya sengit banget sama ini orang, sekarang malah beruntung.
"Ayo kamu pake baju dulu terus kita makan."
"Ayo. Bapak yang pakein kan?" candaku menggodanya. Ehh malah dia tanggepin.
"Iya."
"Engga!"
Dia terkekeh, melepas pelukan di antara dan menepuk puncak kepalaku sebelum keluar dari kamar.
Ah. Aksi sederhana tapi manis yang selalu dia lakuin ke aku. Kalo ga cium puncak kepala, ditepuk pelan dua kali kaya tadi.
****
Okey sewaktu tiba di restoran hotel, terbukti ada Papah di sana. Akhirnya aku dan pak Linggar ikut gabung makan siang dengan papah. Sambil makan kami berbincang-bincang topik yang ringan. Tapi hangat. Aku ga nyangka kalo Papah bisa seakrab ini sama pak Linggar.
Awalnya juga aku pikir di meja kami akan ada obrolan tentang perjodohanku dengan Bisma. Paling engga nyerempet-nyerempet lah dikit. Ternyata ga sama sekali cuyy!
Antara bersyukur dan gelisah sih. Ga tau kalo bahas perjodohan itu aku ga nyaman sendiri. Kenapa ya?
Selesai makan siang terpaksa aku ditinggal sendiri lagi. Pak Linggar dan Papah melanjutkan acara meetingnya. Barulah waktu selesai meeting, aku diminta turun lagi, mengantar papah yang mau pulang.
"Rheta mau pulang bareng papah atau sama nak Linggar?"
"Sama pak Linggar donggg."
Papah berdecih geli. "Udah jadi bucin gini nih. Papahnya sendiri kalah," kekeh Papah membuatku merengut tak terima. Bucin dari mana cobaa???
"Tolong jaga anak saya ya nak Linggar. Kalo dia keras kepala sentil aja jidatnya biar benjol."
"Papah..."
Papah dan pak Linggar dengan kompak terkekeh meledekku. Ish. Ngeselin deh.
"Siap pak. Saya akan menjaga putri bapak dan membawanya pulang dengan selamat sentosa."
"Bagus..." Papah menepuk-nepuk pundak pak Linggar. "Ohiya tentang janjian kita yang semalem, diundur saja bagaimana? Nanti akan saya carikan waktu lagi baiknya kapan.."
"Mau perundingan meja mundar pah??"
"Pertemuan Asean ini, meja bundar kalah."
"Ih si Papah lucu."
Aku pertama tertawa garing tapi setelah melihat wajah papah yang masam itu, aku tertawa lepas.
Tiba-tiba pak Linggar menepuk puncak kepalaku lagi. Dia berkata, "Emang nakal gini ya pak anaknya."
Papah langsung nge-gas. "Iya! suka durhaka banget sama orangtua sendiri. Begitu kartu creditnya ditahan aja, langsung sungkem minta maaf."
"Papah mah ih, kejam!" Pake segala bongkar aib!! Kan malu cong, image di depan calon masa depan iniii! Ishh ah.
Lagi dan lagi papah dan pak Linggar menertawakanku. Ck. Rese juga ini dua bapak-bapak. Untung dua-duanya kesayangan aku. Huek.
"Udah sana tuh supirnya papah nungguin daritadi di mobil. Ga ngerasa banget kalo ditungguin."
"Iya ini papah mau pulang. Kalian hati-hati di jalan."
"Papah juga hati-hati di jalan. Mamah belum siap jadi janda di rumah."
"Sabar... Untung anak sendiri."
Aku memberi kiss bye untuk papah yang kini mulai undur diri.
Wah... Sosok papah yang ini sangat jauh sekali dengan yang ada di mimpiku tadi.
Biar gimana pun, mana ada seorang ayah yang akan baik-baik saja sewaktu tau anaknya hamil di luar nikah. Pasti marah besar terutama sama cowoknya.
--------------
aaa nge stuck banget
bikin part sebelumnya yang bilang Rheta hamil malah senjata makan tuan:))
aku bolak-balik apus isi bab ini. dan jadinya begini dehh
miane kalo feel nya ga dapet. hiks.
see you 🗣✨
-----------------