Pak Linggar

By rammdinn

1.7M 141K 1.5K

[TAMAT] cerita ini santai minim konflik untuk penghilang penat:) *** Rheta Amanita L, mahasiswa semester tiga... More

00
01. pagi yang buruk
02. pak dosen idola?
03. kecelakaan
04. diperiksa pak dokter
05. modal pdkt
06. temu kangen
07. masalah baru
08. malaikat tanpa sayap
09. phone
10. no more excuses
11. happiness
12. kembali ngampus
13. mall
14. poor Arumi
15. cat cafe
16. mba Riri
17. akhir (tak) bahagia
18. nasi goreng
19. kebodohan yang haqiqi
20. hey siapa dia
21. Bisma sialan
22. tanpa judul
23. sugar baby
24. dapat(kan) ijin papah
25. malam berbintang
26. kembang api
27. aku yang salah
28. best vren
29. andai aku bisa
30. video call
31. pak Linggar sakit
32. agresif
33. spesial undangan
34. cemburu tanda cinta
35. birthday party
36. tembok transparan
37. jodoh orang
38. semakin rumit
39. hancur
40. perjanjian tanpa sadar
41. chill dren
42. titik terang bukan
43. pecah
44. doi ngambek
45. ditelpon Mamah
46. di waktu yang singkat ini
47. kita kembali
49. perundingan meja makan
50. the end
51. hari yang cerah
52. sisi buruk pak Linggar
53. hadiah indah
54. katanya mau pergi
55. pesan terakhir
the last
extra part
extra part lagi
extra part dulu
extra part terus
yuk yuk extra part nih
extra part lagi astogel
mabok extra part:")

48. hanya mimpi

20.4K 1.8K 29
By rammdinn

kalo ada typo boleh lah ditandain😌

happy reading !!

***


RHETA POV

"Pak Linggar!!"

Kedua mataku terbuka lebar, deru nafas yang tadinya teratur seketika berantakan. Tapi bentar. Aku jadi bertanya-tanya, kok ini di bathtub? Lho lhoo bukannya aku udah sampe di rumah ya?

Tok tok tok

"By kamu di dalem??"

Zzzrt. Rasanya kaya ada sengatan listrik gaib di otakku, alam sadar sepenuhnya kembali. Sialan. Ternyata aku ketiduran! Buru-buru aku mentas, memakai bathrobe dan keluar kamar mandi.

"Lho kamu baru selesai mandi, By?"

Aku tidak hiraukan pak Linggar, melainkan bergerak memeluknya. Bibirku melengkung kebawah saat ingatan tentangnya yang babak belur, lemah ga berdaya karena dipukulin Papah.

"Kamu kenapa By?"

"Aku mimpi bapak sekarat."

"Astaga By, jahat banget mimpinya."

Aku menarik sedikit wajahku agar bisa mendongak, menatapnya.

"Maaf ya aku kerjaannya cari masalah terus, sukanya gegabah," sesalku sungguh-sungguh. Dia malah terkekeh.

"Mimpi apa memang sampe kamu menyesal gini?"

"Aku bilang ke Mamah kalo hamil anak bapak eh taunya Papah muncul--"

"Jangan aneh-aneh kamu By," sela pak Linggar terlihat kesal.

Mampuss. Baru pak Linggar aja udah beraksi gini, apa kabarnya Mamah-Papah?? Untung cuma mimpi Ya Tuhan...

"Iya makanya aku minta maaf ih, maafin aku yaaa. Aku janji ga bakal aneh-aneh lagi kok."

Terdengar helaan nafas panjang dari pak Linggar. Dia pasti khawatir. Cara aku yang asal nyeplos akan berimbas pada hubungan kita kedepannya. Bukan malah mempermudah jalannya.

Aku kembali memeluknya. Beberapa saat kita sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Eh iya kok bapak udah pulang? cepet banget rapatnya."

"Kata siapa cepet? ini udah jam setengah 12, By. Lagi pada break makan siang. Kamu yang tidur kaya kebo. Memang ga dingin di sana? Bisa betah gitu."

Aku jadi terkekeh geli. Sama sekali ga merasa kedinginan, sumpah. Walaupun aku udah berendam dari jam 8 pagi tapi karena suhu air dalam bathtubnya hangat dan stabil, makanya aku keenakan terus bablas tidur.

Konyol banget. Ahaha.

"Aku ga kebo ya," cecarku pura-pura kesal.

"Terus kamu belum sarapan?"

"Udah. Aku di dalem bawa cake, buah, roti, sama teh. Eh ada susu juga. Enak bangetlah pokoknya."

"Owh pantes, kekenyangan jadi ketiduran," kekeh pak Linggar.

"Itu tauu."

Dia mengecup puncak kepalaku sekilas. Ahh pasti gemes kann sama aku, aw. Jadi malu deh.

"By, ikut makan siang di bawah yuk. Ada Papah kamu lho."

"Lho papah kolega bapak?!" Aku kembali mendongak, menatapnya dari bawah.

Dia menaikkan satu alisnya. "Kenapa kaget gitu hm? bukannya bagus ya?"

Pak Linggar tersenyum penuh arti kearahku. Awalnya aku ga paham, tapi setelahnya aku paham.

"Idihhh sa ae nih calon mantu, slepeettt," kekehku geli banget.

Asli. Ga tau juga sih sebenernya apa tujuan utama dia bikin bisnis bareng sama Papah, apa. Tapi sejauh ini aku menyimpulkan kalo dia lagi carmuk!

Anjroti banget kok emang. Tapi aku sukaaa. Ahaha. Ga waras.

Pak Linggar udah terkekeh.

"Ohya Pak, kata Mamah pernikahan aku sama Bisma ada unsur bisnisnya juga tau. kalo aku mau batalin gitu, berarti papah harus bayar pinalty nya dong?"

Pak Linggar mengangguk dengan gamang.

"Tapi ga usah dipikirin, tunggu aja keputusan bersamanya gimana. Kalo Bisma juga nolak berarti Papah kamu aman."

"Kalo engga?" tanyaku masih memikirkan kemungkinan buruknya.

"Kalo engga ya perusahaan saya siap bantu."

"Seriusan pak?!"

Dia memincing ke arahku. "Masa bohong. Rugi banget saya ngelepas kamu gitu saja."

Seketika aku mesem. Astagaaaa. Aku direbutin dua cowok tajir lhoo ini. Ga main-main ah.

"Nikah sama aku mahal ya pak."

"Kamu tidak ternilai Rheta. Semua akan saya lakuin untuk mendapatkan kamu."

"Aaaaa manis banget ini lambe, jadi pengen aku jait dehhh."

Pak Linggar tergelak dengan gantengnya menampakkan deretan gigi putih yang tersusun rapih. Ga lupa matanya yang menyipit sangking bahagianya.

Nikmat mana lagi yang lo dustakan Rheta??

Aku sampe ngiler kaya sungai kalo bisa. Huahh. Ketiban duren berlian kaya gini nih. Yang awalnya sengit banget sama ini orang, sekarang malah beruntung.

"Ayo kamu pake baju dulu terus kita makan."

"Ayo. Bapak yang pakein kan?" candaku menggodanya. Ehh malah dia tanggepin.

"Iya."

"Engga!"

Dia terkekeh, melepas pelukan di antara dan menepuk puncak kepalaku sebelum keluar dari kamar.

Ah. Aksi sederhana tapi manis yang selalu dia lakuin ke aku. Kalo ga cium puncak kepala, ditepuk pelan dua kali kaya tadi.

****

Okey sewaktu tiba di restoran hotel, terbukti ada Papah di sana. Akhirnya aku dan pak Linggar ikut gabung makan siang dengan papah. Sambil makan kami berbincang-bincang topik yang ringan. Tapi hangat. Aku ga nyangka kalo Papah bisa seakrab ini sama pak Linggar.

Awalnya juga aku pikir di meja kami akan ada obrolan tentang perjodohanku dengan Bisma. Paling engga nyerempet-nyerempet lah dikit. Ternyata ga sama sekali cuyy!

Antara bersyukur dan gelisah sih. Ga tau kalo bahas perjodohan itu aku ga nyaman sendiri. Kenapa ya?

Selesai makan siang terpaksa aku ditinggal sendiri lagi. Pak Linggar dan Papah melanjutkan acara meetingnya. Barulah waktu selesai meeting, aku diminta turun lagi, mengantar papah yang mau pulang.

"Rheta mau pulang bareng papah atau sama nak Linggar?"

"Sama pak Linggar donggg."

Papah berdecih geli. "Udah jadi bucin gini nih. Papahnya sendiri kalah," kekeh Papah membuatku merengut tak terima. Bucin dari mana cobaa???

"Tolong jaga anak saya ya nak Linggar. Kalo dia keras kepala sentil aja jidatnya biar benjol."

"Papah..."

Papah dan pak Linggar dengan kompak terkekeh meledekku. Ish. Ngeselin deh.

"Siap pak. Saya akan menjaga putri bapak dan membawanya pulang dengan selamat sentosa."

"Bagus..." Papah menepuk-nepuk pundak pak Linggar. "Ohiya tentang janjian kita yang semalem, diundur saja bagaimana? Nanti akan saya carikan waktu lagi baiknya kapan.."

"Mau perundingan meja mundar pah??"

"Pertemuan Asean ini, meja bundar kalah."

"Ih si Papah lucu."

Aku pertama tertawa garing tapi setelah melihat wajah papah yang masam itu, aku tertawa lepas.

Tiba-tiba pak Linggar menepuk puncak kepalaku lagi. Dia berkata, "Emang nakal gini ya pak anaknya."

Papah langsung nge-gas. "Iya! suka durhaka banget sama orangtua sendiri. Begitu kartu creditnya ditahan aja, langsung sungkem minta maaf."

"Papah mah ih, kejam!" Pake segala bongkar aib!! Kan malu cong, image di depan calon masa depan iniii! Ishh ah.

Lagi dan lagi papah dan pak Linggar menertawakanku. Ck. Rese juga ini dua bapak-bapak. Untung dua-duanya kesayangan aku. Huek.

"Udah sana tuh supirnya papah nungguin daritadi di mobil. Ga ngerasa banget kalo ditungguin."

"Iya ini papah mau pulang. Kalian hati-hati di jalan."

"Papah juga hati-hati di jalan. Mamah belum siap jadi janda di rumah."

"Sabar... Untung anak sendiri."

Aku memberi kiss bye untuk papah yang kini mulai undur diri.

Wah... Sosok papah yang ini sangat jauh sekali dengan yang ada di mimpiku tadi.

Biar gimana pun, mana ada seorang ayah yang akan baik-baik saja sewaktu tau anaknya hamil di luar nikah. Pasti marah besar terutama sama cowoknya.

--------------

aaa nge stuck banget

bikin part sebelumnya yang bilang Rheta hamil malah senjata makan tuan:))

aku bolak-balik apus isi bab ini. dan jadinya begini dehh

miane kalo feel nya ga dapet. hiks.

see you 🗣✨

-----------------






Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 117K 52
Menjadi anak tunggal membuat seorang Queensha memiliki sifat manja. Apalagi dia adalah satu-satunya cucu perempuan dalam keluarga. Semua orang dikelu...
12.9M 624K 42
"Tidak ada yang salah denganmu, Kau cantik... tapi aku tidak mencintaimu." Kinara Arabela tidak pernah menyangka jika pernikahannya hanya sebatas sta...
1M 148K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
2M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...