Beside You

By ChikAnnisa19

9.6K 2.4K 5.5K

-Yang berusaha bertahan untuk mengubur perasaan- Cover by Dyoonart *** Jovian Xavier - Alnara Alfredo πŸ’“πŸ’“πŸ’“ ... More

Perkenalan Tokoh
Prolog
Part 1 | Mr. V, Siapakah Dia?
Part 2 | Teman, Will You?
Part 3 | Perjodohan
Part 4 | Happy Married
Part 5 | Berkenalan
Part 6 | Satu Hal Tentang Jovian
Part 7 | Cari Jodoh
Part 8 | Gramedia, Damn You!
Part 9 | Gong Xi Fa Cai
Part 10 | Dumbo atau Tilly?
Part 11 | Kalung Dumbo
Part 12 | Privasi Melva
Part 13 | Antara Kesalahan dan Peduli
Part 14 | Lelah
Part 15 | Pulang
Part 16 | Sudah Merasa Bosan
Part 17 | Kesalahan yang Dirahasiakan
Part 18 | Cowok Idaman
Part 19 | Jangan Berharap Lebih
Part 20 | Butuh Waktu
Part 21 | Harga Diri yang Harus Dijaga
Part 22 | Makan Malam & Terima Kasih
Part 23 | "Jadi adek gue, mau?"
Part 24 | Jovian dan Sagara
Part 25 | Lanjut atau Berhenti?
Part 26 | Aldine vs Sagara
Part 27 | Sebuah Kecupan Manis
Part 28 | Apartemen Baru
Part 29 | Berenang
Part 30 | Melva Cemburu?
Part 31 | Permintaan Sulit
Part 33 | Menghindar
Part 34 | Jovian Cemburu?
Part 35 | Berusaha Memanfaatkan
Part 36 | Pengakuan Alnara
Part 37 | Pengakuan Jovian
Part 38 | Hamil?
Part 39 | Hubungan Sebenarnya
Part 40 | Kesalahpahaman
Part 41 | Rencana Berkuliah
Part 42 | Dokter Selena
Part 43 | Bantuan Sagara
Part 44 | Lolos Tes & Berita Buruk
Part 45 | Perpisahan
Part 46 | Ingin Pulang
Part 47 | Bertemu Kembali
Epilog

Part 32 | Toxic Relationship

103 14 80
By ChikAnnisa19

Now playing | Sia - Snowman

Part 32 | Toxic Relationship

🐰🐰🐰

Melanjutkan hubungan kita sama saja dengan menjalin hubungan toxic. Apa susahnya meninggalkan kata putus jika rasa sudah tak sama lagi?

🐰🐰🐰

MELVA terbangun di pagi hari pukul 6 pagi. Dia sudah terkejut, dan terduduk di atas tempat tidurnya dengan membulatkan matanya. Jujur, Melva sangat tidak bisa dikagetkan pagi hari seperti ini, apalagi jika dia dibangunkan dengan suara keras.

"Kamu itu anak gadis! Mau sampai kapan dibiarin nggak bisa bangun tanpa alarm atau Bi Inah?!" teriak Nancy--yang sudah memakai gaun panjang berwarna biru ditambah dengan glitter.

"Mama mau ke mana pagi-pagi begini? Mau langsung kerja?" sindir Melva.

Nancy merapikan rambutnya. Melihat Nancy seperti itu, Melva bergidik ngeri. Mamanya ini semakin mirip seperti Cheon Seo Jin. Kalian penonton The Penthouse pasti sudah tahu betul siapa Cheon Seo Jin itu.

"Kenapa kamu lihat-lihat begitu? Nggak pernah lihat orang dandan?" tanya Nancy tidak suka.

"Emang salah mandang Mama sendiri?" ujar Melva. "Ups, salah. Mama aku kan Bi Inah."

"Anak kurang ajar," maki Nancy. "Mandi kamu. Baju bau begitu suruh si pembantu kotor itu cuci baju kamu. Aku aja ogah megang baju bau begitu. Kamu pake parfum apa sih? Kamu pake parfum yang Mama beliin, kan?"

"Yang dari Gucci itu? Ogah. Baunya kayak putri duyung," balas Melva malas-malasan.

"Putri duyung? Ya--"

"Bau amis. Ngerti?" Melva berdiri, lalu mengambil handuk di belakang pintu kamarnya, dan langsung memasuki kamar mandi di kamarnya.

Nancy sudah kesal setengah mati kepada anak perempuannya itu. Tadi pagi, Kakak Melva yang paling tua meninggalkan rumah tanpa pamit ataupun izin. Sementara yang cowok, dia juga sudah duluan ke sekolah tanpa meminta izin kepada Nancy ataupun Nash. Dan kalian tahu mereka berdua malah pamit sama siapa? Benar. Bi Inah.

Sambil menunggu Melva selesai mandi, Nancy memutuskan untuk melihat-lihat kamar anaknya. Nancy kemudian menghampiri meja belajar Melva, dan melihat sebuah tulisan di sticky note yang ditempel oleh gadis itu.

Nancy melihat sticky note pertama yang ditempel oleh Melva. Nancy memegangnya, dan membacanya.

Ayo, semangat Melva Adriatic! Namamu saja Adriatic, yang diambil dari laut Adriatik. Pada dasarnya, makna laut kan memiliki ombak yang terus-menerus berjalan, dan tidak akan pernah berhenti. Meskipun laut ada pasang surut, tapi percayalah. Laut tidak akan pernah bisa berhenti bermanfaat bagi makhluk hidup di dalamnya <3

Nancy menghela napasnya setelah membaca tulisan pertama dari anaknya tersebut. Sticky note kedua, Nancy kembali membacanya.

Untuk Melva Adriatic, ketika kamu membaca kertas penyemangatmu sendiri, tolong cermati kata-kata itu. Dirimu itu indah. Kau tidak tersenyum pun, orang-orang di sekitarmu pasti akan tetap menyayangimu.

Nancy mengedikkan bahunya bosan. Ketika melihat tulisan penyemangat yang ke terakhir, Nancy cukup tertegun setelah membacanya.

Melva, kamu kuat kok :") Aku yakin kamu bisa menjalani hidup yang penuh lika-liku ini. Setiap hidup pasti harus melewati setiap masalah, kan? Apalagi kamu sedang berusaha menyembuhkan penyakitmu yang sering kali kambuh jika mendengar suara bentakan atau teriakan. Jadi, stay strong dan tetap semangat! Don't give up!

Nancy tiba-tiba meneteskan air matanya. Kata-kata penyemangat yang Melva buat tersebut, seperti sangat ngena di hatinya. Nancy langsung teringat bahwa dia harus pergi hari ini, dia pun mengusap air matanya, dan meninggalkan kamar Melva dengan perasaan iba kepada putrinya sendiri.

🐰🐰🐰

Melva meletakkan tasnya setelah menyapa Nelda yang sedang bertugas menyapu di kelas hari ini. Melva duduk, dan mengajak Nelda mengobrol. Walaupun teman Melva sebenarnya bejibun, entah mengapa Melva hanya suka mengobrol dengan Nelda.

"Nel, lo udah ngerjain PR nggak?" tanya Melva yang mengingatkan.

Nelda berbalik. "Hah? Emang ada?"

"Ya ada," balas Melva.

"Ih, sumpah ya si Adit itu. Kan seharusnya dia sebagai ketua kelas nyampein, atau nggak ngingetin aja gitu di grup kelas. Kebiasaan banget," ketus Nelda lalu dia menyapu lantai dengan geram.

Melva tertawa. "Enggak ada deng, Nel. Gue cuma bercanda. Hahahaha ..."

Nelda kembali menoleh, dan menatap Melva dengan kesal. Dirinya sudah menjadi gugup karena Melva bilang ada pekerjaan rumah.

"Ih, Melva! Kebiasaan banget sih ngerjain gue!" kata Nelda jengkel.

Melva terkekeh pelan. "Maaf. Tapi gak jadi maaf deh. Soalnya gue masih mau ngulangin lagi. Lo tuh lucu tau kalo ngambek!" puji Melva.

"Dih, najis," ujar Nelda.

"Selamat pagi!" Melva dan Nelda kira itu sapaan dari guru mereka, ternyata bukan. Nelda sudah menatap tajam ke arah Helen, yang baru saja masuk ke kelas dengan senyum khasnya. Senyum sinis.

Saat Helen duduk di kursinya, Helen menatap Nelda yang masih menyapu. "Selamat pagi, Nelda cantik. Wow. Nyapu aja masih cantik. Gimana kalau diem?"

Maksud dari ucapan Helen adalah tentu kebalikannya. Saat ini, Nelda sedang menyapu dan dicucuri keringat. Dan maksud Helen jika Nelda sedang diam, jeleknya bertambah.

Nelda menghela napasnya. "Eh, Helen. Urusan kemaren aja belum kelar, ya. Bener emang kata anak-anak Gautama. Lo itu, tukang cari masalah."

Helen memang tidak ada takutnya. Dari semua murid-murid di SMA Gautama, hanya dia satu-satunya gadis resek yang akan bisa menghajar cowok yang juga brengsek.

"Oh, ya?" tanya Helen sambil tersenyum ke arah mantan temannya itu.

Nelda membuang sapunya ke lantai dengan keras. "Pertanyaan singkat lo itu, bikin gue emosi tau nggak?"

Melva langsung menghampiri Nelda, dan mengelus pundak Nelda di sebelahnya. Melva lalu menatap Helen di depannya. "Helen, lo itu kenapa jadi berubah gini sih?"

"Ah, gue lupa," Helen kembali berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri kedua mantan temannya itu. "Melva Adriatic. PERHATIAN, PERHATIAN! BAGI KALIAN YANG UDAH ADA DI DALAM KELAS MAUPUN YANG BARU AJA LEWAT DI DEPAN KELAS GUE, SILAKAN BERKUMPUL DI DALAM KELAS GUE DULU!"

Entah ada maksud apa Helen meneriaki semua orang-orang seperti sekarang. Dulu, Helen tidak pernah bertingkah seperti ini. Makanya, Nelda dan Melva saling bertatapan dengan keheranan.

Ketika semua orang-orang berkumpul, Helen tersenyum tipis. "Bagus. Kalian nurut banget sama gue. Oke, jadi begini. Gue sih sebenarnya terpaksa melakukan hal ini, ya. Soalnya, kalian tahu semboyan gue, kan?"

Helen maju ke tengah kelasnya. "Tak pantang menyerah, jika lawan belum pasrah. Benar?"

"BENAR!!!" Semua orang-orang yang berkumpul menjawab pertanyaan Helen secara serempak.

"Ada apa sih lo manggil mereka semua? Nggak bisa apa kalo lo mau bilang sesuatu tinggal bilang aja?" tanya Nelda yang kesabarannya mulai diuji. Sedangkan Melva masih mengelus-elus bahu temannya itu, dan menyuruh Nelda untuk sabar.

"Oh, tenang saudari Nelda yang terhormat. Tujuan gue manggil kalian semua di sini adalah ..." Helen menjeda ucapannya. "Untuk memberitahu kalian, kalau punya pacar itu, tolong dijaga, ya!"

Helen melanjutkan ucapannya. "Apalagi yang udah punya istri. Aduh, dimohon sekali, ya, untuk menjaga istrinya agar tidak keluyuran ke mana-mana buat ngerebut suami orang."

Untungnya, Alnara pada saat itu sedang berada di depan kelas Melva ketika dia ingin pergi mengajak Melva untuk ke kantin senior bersama-sama. Namun karena panggilan itu, Alnara jadi ikut menonton.

"Maksud lo apa sih?" tanya Nelda.

Helen tersenyum manis. Satu tangannya lalu memperlihatkan foto seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna biru, dan seorang lelaki tinggi dan berparas sangat tampan. Wajah lelaki itu sangat mirip dengan Helen. Bisa dibilang, wajah Helen versi cowoknya.

"Lihat?" tanya Helen sambil memperlihatkan ke semua orang-orang yang hadir di sana.

Ketika foto itu mengarah ke Nelda dan Melva, sungguh. Nelda sangat terkejut melihatnya. Nelda lalu menepuk-nepuk tangan Melva, dan menatap Melva dengan takut.

"Mel, itu ... Mama lo, kan?" tanya Nelda sambil menyuruh Melva segera melihat foto yang ditunjukkan oleh Helen.

Ketika melihat foto itu, Melva seperti takut. Tidak, tidak. Penyakitnya tidak boleh kambuh sekarang. Benar. Melva mengidap penyakit Self-Injury. Bukan ketika dia hanya mendengar suara bentakan atau teriakan akan menyakiti dirinya sendiri, namun ketika Melva merasa seperti sangat takut dan terpuruk, maka siap-siaplah. Gadis itu akan menyakiti dirinya sendiri dengan cara apa pun.

"Kalian lihat foto ini!" teriak Helen dengan keras. "Ini, wanita ini adalah Mama Melva Adriatic! Melva yang sering kalian sanjung! Tapi lihat, kelakuan Mamanya si Melva di luar sana! Dan laki-laki ini, Papa gue."

Helen kembali berbicara. "Pengacara doang, tapi kelakuan kayak perempuan gak tahu malu. Ambil kebahagian orang lain!"

Helen lalu menatap Melva dengan tajam. "Gimana, Mel, perasaan lo? Masih baik? Atau penyakit lo yang namanya Self-Injury itu mau kambuh lagi? Hm?"

Nelda maju ke depan Helen, dan menampar cewek itu. "Sialan lo!"

Helen mengangkat wajahnya. "Melva itu yang sialan! Lo tahu nggak, Nel, selama gue berteman sama lo dan Melva, gue jadi tahu rahasia lo sama Melva. Oh, atau mau gue sebarin juga aib lo di depan anak-anak Gautama sekarang?" ancam Helen.

Helen terkekeh. "Lo kan udah ancam gue buat ngasih tau ke Jovian, kalo gue suka sama dia. Dan ya. Gue juga bakal ancam lo sekarang kalau lo mau hal itu terjadi saat ini juga."

Nelda mengepal tangannya. "Bisa nggak, lo jangan jadi cewek kurang ajar sehari aja?"

"Bisa nggak, ya?" tanya Helen kepada dirinya sendiri. "Ngomong-ngomong, silakan kalian hujat Melva sekarang, teman-teman!" persilakan Helen sambil bertepuk tangan.

"HUUU! TERNYATA MELVA ANAK PELAKOR!!!"

"ANAK PELAKOR MENDING NGGAK USAH SEKOLAH DEH!"

"EH, MEL! MAMA LO KUPU-KUPU MALAM, YA? HAHAHAHA!"

"Masih berani juga nih model sekolah dateng ke kelasnya! Nggak malu apa kalo ternyata Mamanya wanita malam? HAHAHAHA!"

"BERHENTI!!!"

Tiba-tiba, ada seorang cewek yang menerobos kumpulan murid-murid Gautama, dan menghampiri Helen dengan jengkel setengah mati.

Alnara menunjuk Helen dengan napas tersengal-sengal. "Elo, nyebarin aib orang, lo pikir kehidupan lo udah bagus? Hah?" tanya Alnara.

"Alnara?" gumam Melva yang sudah menjatuhkan air matanya.

"Siapa lo?" tanya Helen.

"Lo nggak perlu tahu siapa gue. Yang perlu lo tahu," Alnara menjeda ucapannya. "Bapak brengsek lo itu, cuma nggak selingkuh sama Mama Melva doang."

Semua murid-murid Gautama menjadi berbisik-bisik penasaran. Alnara tertawa keras. "YANG KEPO MANA SUARANYAAAA????"

"AYOO, BURUAN BOCORIN!" teriak seorang cowok di sana.

Alnara tersenyum, dan mengeluarkan handphonenya dari dalam saku bajunya. "Nih, lihat!"

Alnara menunjukkan ponselnya ke semua orang-orang yang hadir seperti yang dilakukan Helen tadi. Respon Helen malah kebingungan, apa yang telah ditunjukkan oleh cewek asing yang baru saja masuk ke tengah-tengah permasalahan antara dia dan Melva.

"WUIH! BUKANNYA INI BOKAPNYA HELEN SAMA EMAKNYA SI ANAK KUTU BUKU ITU? SIAPE NAMANYA?!"

Alnara mengambil kembali handphonenya, dan memasukkannya kembali ke dalam saku bajunya. "Ananta Ardhinisa. Anak IPA 3, yang Mamanya sudah pernah berselingkuh juga dengan Papanya Helen."

"Heh!" Helen maju ke hadapan Alnara dan menatap gadis itu dengan emosi meluap-luap. "Lo siapa sih?! Beraninya main tunjukin aib orang, merasa paling hebat lo?!"

"EH, LO GAK SADAR DIRI? NGACA TUH MULUT LO YANG BELEPOTAN KE MANA-MANA NGOMONGIN SOAL MAMANYA MELVA! SEHARUSNYA LO YANG MALU! BOKAP LO MAIN SANA SINI SAMA PEREMPUAN LAIN!!!" Suara Alnara semakin lama semakin besar, mengalahkan suara Helen yang tadinya hanya bervolume sedang.

Helen kini merasa dirinya direndahkan. "Elo, kalau nggak tahu apa-apa soal Bokap gue, mending diem! Lo nuduh Bokap gue itu udah hal yang salah tau nggak?!"

"KE SINI LO, ANANTA!!!" panggil Alnara dengan keras. Ananta--si kutu buku milik SMA Gautama--menghadap ke Alnara.

"Jelasin sekarang juga apa yang udah Bokapnya Helen lakukan ke Mama lo!" titah Alnara sambil menatap Helen dengan tatapan menantang.

Ananta memperbaiki kacamatanya. "Tanggal 13 Januari, Mama gue ketemu sama Bokapnya Helen di bar. Mereka cuma ketemu biasa, dan lama-kelamaan Bokapnya Helen jadi baper duluan ke Mama gue. Sampai akhirnya, tanggal 26 Januari, Mama gue dan Papa gue resmi bercerai karena perselingkuhan itu."

"WADUH! LEBIH PARAHAN SI HELEN SIH DARIPADA MELVA!"

"IYA WOI! GUE KIRA JUGA HELEN ANAKNYA JAGO, RUPANYA, SOK JAGO! HAHAHA!"

"ANAK SOK JAGO MENDING KELUAR DARI GAUTAMA! GAK PANTAS!!!"

Alnara tersenyum di hadapan Helen. "See? Ananta udah jelasin semuanya. Jadi, jangan pernah bilang gue nuduh lo or something like that."

"Kurang ajar lo!!!"

Tangan Helen hampir mendarat di pipi mulus Alnara, jika sekarang tidak ada yang menahan tangan cewek itu untuk menampar Alnara. Melva dan Nelda saja terkejut, ketika melihat seorang cowok berjaket merah berani menahan tangan Helen.

Jovian. Cowok itu datang di saat yang tepat. Namun yang membuat Melva sakit hati, mengapa lagi-lagi cowok itu menyelamatkan Alnara dari tamparan Helen?

"Jangan pernah lo nampar perempuan karena emosi," kata Jovian dingin, namun menusuk.

Helen menarik tangannya, dan tertawa. "Siapa lagi lo? Oh, pacarnya si cewek sialan ini? Iya?!"

Jovian mengambil spidol di atas meja guru, dan mematahkannya menggunakan tangan serta pahanya. Semua orang menganga, dan sudah kembali berbisik-bisik. Bahkan Helen gugup, dan menelan salivanya sendiri.

"Kalau aja lo berani nampar Alnara, nasib lo hanya 11/12 sama spidol ini," kata Jovian sambil menunjukkan hasil akhir dari spidol yang telah dia patahkan itu.

Dari Alnara, Jovian kini beralih menatap pacarnya--Melva. Ketika ditatap seperti itu, Melva menerobos sekumpulan anak-anak di situ, dan mencoba meninggalkan kelasnya meskipun Alnara dan Nelda sudah memanggil namanya berulang kali.

Ketika Melva sudah berhasil menghindari kerumunan orang-orang yang memenuhi luar dan dalam kelasnya, dia sudah kembali menghirup udara segar, walaupun hidungnya masih tersumbat karena belum usai menangis.

"Mel!" panggil Jovian dari jauh.

Melva sudah tidak bisa berlari lagi. Dia memutuskan untuk menetap berhenti, sampai Jovian mengobrol kepadanya.

"Apa?" tanya Melva.

"Mel, kamu udah--"

"Jovian, kamu nggak ingat apa yang aku bilang kemarin?" tanya Melva. "Jangan temuin aku, selain kamu mau minta putus dan hubungan kita selesai."

"Melva," Jovian menarik tangan Melva, yang bermaksud memberinya kesempatan. "Tolong, Mel. Aku minta maaf sama kamu."

Melva kembali menangis dengan tersedu-sedu. "Jov ... tolonglah. Kalau suatu hubungan nggak bisa dipertahankan lagi, aku mohon tolong kamu menghindar dari aku mulai sekarang."

"Biar apa?"

"Biar kita berdua nantinya bisa terbiasa seiring berjalannya waktu," jawab Melva pelan.

"Melva, aku tahu kamu masih cinta sama aku. Kenapa sih hanya gara-gara masalah kemarin kamu jadi kayak gini?"

Melva menggeleng, dan mengusap air matanya. "Udah, Jov. Udah. Aku nggak mau bahas yang soal kemarin lagi. Yang lalu, jangan dibahas dan diulang-ulang terus."

Jovian menarik Melva ke dalam pelukannya. Di samping itu, dari kejauhan, ada Alnara yang merasa seperti tertohok, dan lidahnya terasa kelu, tatkala melihat suaminya sedang memeluk gadis lain.

Akhirnya, Alnara memutuskan untuk pergi.

Melva segera melepaskan pelukan Jovian. "Udah, Jov. Kita berdua nggak akan bisa terbiasa kalau kamu masih bertingkah seolah-olah hubungan kita masih berjalan dengan baik."

"Kenapa kamu nggak mau bicararin ini baik-baik sama aku, Mel? Kenapa kamu tiba-tiba ambil keputusan dengan cepat?" tanya Jovian.

Melva tersenyum. "Melanjutkan hubungan kita sama saja dengan menjalin hubungan toxic. Apa susahnya meninggalkan kata putus jika rasa sudah tak sama lagi?"

"Tapi rasaku sama kamu masih sama, Melva," ujar Jovian. "Aku cuma cinta sama kamu."

Melva mengangguk. "Kita sama-sama mencintai, Jovian. Tapi itu dulu. Aku mohon. Sekarang, tolong kamu hindarin aku. Aku mohon tolong kamu terbiasa dengan waktu dan keadaan."

Jovian akhirnya membiarkan Melva pergi, dan dia hanya berdiri di situ seperti orang dungu. Jovian meremas rambutnya, dan entah mengapa, rasanya sakit ditinggalkan oleh Melva.

🐰🐰🐰

Semua yang terjadi, hanyalah masa lalu
Semua yang pernah dilakukan, hanyalah masa lalu
Semua yang pernah terjadi, akan dikenang di dalam hati

Berulang kali aku ucapkan kata tolong,
agar kamu tak lagi hadir di dalam hidupku

Deru ombak yang selalu hadir
Embun yang selalu menemani pagi
Dan matahari yang selalu menyinari dunia

Kepada laut aku mengadu
Kepada ombak aku melapor
Kepada semesta aku beritahu

Walaupun rasa ini kuat,
tetapi raga harus mengikhlaskan

Kau pergi dengan semua kenangan kita
Kau membawa pergi semua senyuman itu
Senyuman yang membuat hati teriris dan pilu

Kini aku merasa terpuruk dalam kelam

Mengapa cinta begitu kejam?

🐰🐰🐰

ₜₕₐₙₖₛ fₒᵣ ᵣₑₐdᵢₙg

Nantikan part selanjutnya, ya! ❤️🐰

Salam gado-gado,
𝑪𝒉𝒊𝒌𝒛 ᶜʰⁱᵛᵃ⁻ᵃʳᵉᵉ

Continue Reading

You'll Also Like

304K 6.3K 53
Berjuang pasti dapet apa yang di inginin kok, Kaya cinta gue misalnya.
271K 13.2K 48
Apa yang kalian rasakan jika kalian memiliki tunangan tampan dan kaya raya? Pasti jawabannya itu adalah anugerah. Kebanyakan orang pasti akan senang...
6.7K 1.2K 58
πŸ’œ LavenderWriters Project Season 08 ||Kelompok 03|| #Tema; Ghosting Ketua : Silvi Wakil : Fani & Devi 🎬🎬🎬 Rhea Alesha Mazaya. Gadis cantik dengan...
19.3K 2.6K 52
-Sequel 18 Words- Β° Β° Β° Β° Entah mengapa takdir mempertemukan kita kembali dan sepertinya semesta ingin melanjutkan kisah kita yang sempat terhenti.