SCARLETT(A) [âť—ON GOINGâť—]

By Claudiaryyy

4.6K 702 228

🏅#10-unik [1 Januari 2021] 🏅 #4-langka [24 Febuari 2021] > - - < Sca... More

PROLO(G)
1- Masuk Sekolah
2- Atlaric & Scarlett
3- Tidak Percaya?
4- Terungkap?
5- Jiwa Baru
6- Real Friend
7- Supir Galak
8- Tas Keranjang
9- Virus Flu
10- Siapa Gadis Itu?
11- Sesak, Sedih dan Sangka
12- Permen Kiss
13- Pahlawan Kemalaman
14- Misi K (?)
15- Tanggung Jawab!
16- Tetangga!?
17- Menyeramkan!!!
18- Menghindar
19- Penyakit Serius
20- JUST FRIEND
21- Mulai Ingat
22- Sia-sia
23- Semacam Komitmen?
24- Absen
26- Cerewet!
27- Budak Baru
28- Selalu Salah
29- About You.
30- Murid Baru Stok Lama
31- ORLANDO VS BRANDON
32- Kamu dan Kenangan
33- Kehilangan Dia
34- TERBONGKARNYA SEBUAH FAKTA (1)
35- TERBONGKARNYA SEBUAH FAKTA (2)
36-Hari Kehilangan
37- Dr. Allan & Atlaric
38- Ketoprak
39- Ok Not To Be Ok
40- Losing Myself
41- A Hug
42- Kejadian Malam Tak Terduga
43- Kumpul Dadakan
44- Sapu Tangan & Hati
45- Nyaman
46- Taman Cantik
47- Jatuh Cinta
48- How Can I Love The Heartbreak?
50- She Knows

49- Rahasia Misteri

60 12 4
By Claudiaryyy

"Akhirnya," gumam seseorang dengan wajah yang bersinar senyuman manis itu. Scarlett dapat melewati ujian hari pertama, sudah pasti ujian yang lainnya dia lalui dengan kepercayaan diri.

Di luar kelas, dia dapat melihat Kristal baru saja mau masuk ke dalam kelas mengambil seluruh perlengkapannya. Mereka sempat bertatapan sebentar dan keduanya berakhir saling membuang muka dan pergi.

Dalam hati yang paling dalam, Scarlett sempat merasa bahwa Kristal lah sosok yang memberi tahu tentang dirinya kepada lelaki waktu itu. Ia diam di tempat dan menatap lurus kelas milik lelaki tersebut.

Baru satu hari saja rasanya sudah lama, tak ada ucapan sama sekali yang diberikan. Bayangkan saja sebesar apa kecewa gadis itu saat ini.

"Scarlett!"

Scarlett menoleh dan mendapati seorang gadis cantik tersenyum lebar kepadanya. Ia langsung melingkari tangannya ke lengan Scarlett, "Gimana ujiannya? Lo mah pasti bisa lah, ya."

"Hahahaha. Bisa-bisa aja kalau belajar. Kamu sendiri?" tanya Scarlett mulai mendalami topiknya bersamaan Shanaya.

Kedua gadis tersebut menjadi sorotan para murid karena kedekatan mereka, toh, memang mereka sangat masuk kalau soal pembicaraan. Mereka penuh tawaan sepanjang jalan sehingga membuat para murid yang melihat terpukau.

"Scar. Nanti setelah ujian, datang ke rumah gue, yuk!" Shanaya mengajak dan membuat gadis itu berpikir sebentar dan mengangguk-angguk.

"Dengan senang hati!"

Ketika mereka berjalan sudah jauh dari kelas, tiba-tiba di depan mata mereka melihat ada yang ramai di mading sekolah, tepatnya tengah-tengah lorong sekolah ramai orang. Mereka saling menatap, merasa ada yang tidak beres. Akhirnya Scarlett dan Shanaya memutuskan untuk berjalan lebih cepat dan setibanya di tujuan, mereka dapat melihat jelas siapa yang buat rusuh.

"Biarin gue pergi!" Gadis tersebut ingin kabur namun dihalangi oleh lelaki itu.

"Lo gak sadar kalau kita jadi pusat sorotan?" tanya Monica yang hanya dapat di dengar oleh dia sendiri.

"Gue gak perduli! Lo kira gue gak tahu tentang rencana yang lo sembunyiin selama ini?!" tanya Atlaric dengan nada yang meninggi namun tidak berkoar-koar.

"Jawab!"

Monica tampak tertekan sekali, pipinya sudah memerah dan ingin mengeluarkan air mata. Ia menunduk karena sudah pasrah sekali, tidak ada temannya yang mau menolong dirinya. Sebab Monica sudah dipandang hancur dan tidak baik bagi banyak orang.

Ia hanya berharap masih ada yang mau berteman dengannya.

"MONICA!" Suara dari tengah banyak orang itu menjadi pusat perhatian sehingga gadis tersebut langsung menghampiri mereka.

Hal ini membuat Atlaric mundur dua langkah karena melihat Scarlett yang melindungi Monica. Gadis bernama Scarlett itu bertanya kepada Monica apa yang terjadi dengannya. Dia tidak habis pikir melihat Scarlett yang sangat amat baik dengan Monica, bukankah seharusnya kecewa?

Ya seperti dengan dirinya.

"Atla!" Shanaya pun menghampiri lelaki itu dan berusaha menariknya menjauh. Namun Atlaric tetap pada tempatnya sehingga tidak mau berpindah.

"Pergi," ucap Scarlett tanpa menatapnya.

Monica membulatkan kedua matanya ketika mendengar hal tersebut, bukankah mereka berdua pacaran?

"Astaga! Ini kenapa?"

"Ada masalah apaansih?"

"Ya ampun... Scarlett kenapa sih?"

Suara bisikan orang-orang yang mulai mengerumuni membuat Atlaric sangat amat tidak nyaman. Apalagi ketika mendengar ada yang mencibir Scarlett, sesuatu langsung memuncak di dalam dirinya.

"GUE BILANG BUBAR!" bentak Atlaric membuat lorong ini terdengar hanya suaranya saja. Semua tertegun mendengarnya dan sedikit ketakutan setelah itu, pasalnya lelaki itu baru pertama kali seperti ini.

Beberapa menit kemudian lelaki itu tak membalas sama sekali dan tetap diam di tempat. Dia tak paham dengan dirinya sendiri sampai langsung dilihat oleh gadis ini. Bukan berita yang bagus.

"K... Kamu gak mau pergi, kan? Biar aku aja," tanya Scarlett melangkah satu kali saja sehingga yang mendengarnya menjawab hanya dia seorang.

"Gak usah. Gue aja." Atlaric berkata secara pelan dan tak lama kemudian dengan berat hati ia meninggalkan mereka dan berjalan seorang diri saja. Hal ini membuat Shanaya diam di tempat dan memandang kedua gadis tersebut, "Biar gue yang nyusulin dia. K-Kalian bisa bicara."

Saat Shanaya mau menyusul, tiba-tiba ia berhenti ketika Monica memanggilnya. "Shan. Gue mau minta maaf sama lo buat waktu itu, gue... Lepas kontrol--"

Shanaya menoleh dan tersenyum. "Seharusnya gue yang minta maaf. Gue ngeganggu hidup lo, Mon," ucapnya membuat Scarlett diam dan hanya menatapi mereka berdua. Scarlett tidak paham.

Setelah gadis itu pergi menyusul, entah kenapa Scarlett merasa pahit di hati kembali. Padahal sebelumnya dia merasa sudah bahagia dan tidak ada pahit lagi, tapi, tidak bisa hilang rupanya.

"S-Scar... Gue mohon lo dengerin permintaan maaf gue yang terakhir kali ini. Lo... Mau maafin gue, kan?" tanya gadis tersebut dengan nada serius menatap wajah Scarlett.

"Kenapa? Kamu ada masalah apa sama dia?" Scarlett bertanya dengan nada dingin.

Monica tak langsung menjawab dan hanya menunduk setengah. "Gue bersepakat sama orang-orang yang tahu tentang lo pacaran sama Hazel buat gak kasih tahu ke Atlaric."

Scarlett menajamkan pendengaran dan penglihatan matanya, ia menatap Monica dengan cepat. Secara tak langsung bahwa dia berhadapan dengan penyebab masalah di antara mereka berdua.

Sebenarnya ada apa dengan Monica?

"T-Tapi dengar dulu! Gue kirain lo sama Atlaric pacaran dari awal. Makanya, gue gak mau karena tahu itu hubungan kalian hancur."

Monica meneteskan air matanya dan berkata, "G-Gue juga ngelihat lo semakin kesini, kalau lo banyak dibela sama mereka. Terutama temen-temen Atlaric."

"Pernah satu kali mereka datangin gue dan ngasih gue peringatan kalau gue gak boleh ganggu siapa-siapa lagi, terkhusus lo sama Shanaya." Monica menggigit bibirnya dan menatap tidak suka, "awalnya gue gak suka, emosi gue makin melunjak, Orlando, Teguh sama Karamel bela-belain cuman buat hal aneh gini doang."

Gadis tersebut diam menghirup udara untuk kembali berbicara. "Gue gak ngerasa adil banget, tapi mereka gak salah, kalau memang sebenarnya gue tukang cari masalah doang masuk ke sekolah ini."

"Jadi... Tahun depan gue rencana pindah sekolah. Terlebih lagi gue gak ada teman lagi disini dan gak mau buat kalian semua terbebani lagi," kata Monica membuat gadis yang mendengarnya tak menyangka.

"Monica! Jangan begitu, masalah ini bisa diselesain baik-baik. Kalau kamu gak ada teman, ya--" Scarlett menjeda kalimatnya karena tiba-tiba saja bingung mau melanjutkan apa dan Monica hanya menyeringai kecil.

"Apa? Gak ada kalimat lagi, kan? Kalian gak perlu ngurus hidup gue, dengan masalah ini ada mana tahu bisa buat gue sadar."

"Jadi gue mau minta maaf semua dari awal sampe sekarang lo dan Atlaric berantem." Monica dapat menebak dari kejadian mereka berdua tadi.

"Bukannya kamu tahu, kan, kalau aku sama Hazel pacaran saat aku belum amnesia? Seharusnya bisa jelaskan ke Atlaric," balasnya dengan nada merendah.

"Aku juga gak pacaran sama Atlaric," sambung dia. Hal ini membuat Monica terkejut batin, padahal kelihatannya mereka seperti pacaran. Pendapat orang-orang pun demikian juga bahwa mereka pacaran, rupanya tidak.

Scarlett menghela napas berat. "Aku maafin, lagian masalah udah berlalu."

Monica yang mau berterimakasih mendadak merasa bersalah kembali dan bertanya, "Jadi... Hubungan lo sama dia gimana?"

Scarlett membalikkan badannya dan tak langsung dijawabnya. Ia sendiri sudah pasrah karena sempat memarahi dia tadi, apa mungkin Scarlett sudah kelewatan?

Tapi, apa bedanya lelaki itu yang juga kelewatan karena memarahi seorang gadis? Apalagi dari awal lelaki itu memarahi Scarlett duluan.

"Gapapa... Kamu gak usah mikirin, yang penting masalah kita udah kelar aja. Aku jamin dia dan gerombolannya gak akan ganggu kamu lagi." Scarlett tersenyum tulus terhadap Monica.

"Oke?" Gadis itu bertanya dan langsung diangguki Monica tak lupa juga pertama kali ia tersenyum tulus kepada Scarlett.

°°°

"Lo kenapa, sih?"

"Kenapa diam aja?"

"Atla!"

Atlaric mendongak dan mendapati gadis itu yang berdiri di hadapannya. Memang ia memutuskan untuk ke lapangan basket khusus di dalam sekolah dimana ruangannya cukup luas dan hanya duduk diam. "Kenapa lo ikutan sembunyiin soal mereka berdua, Shan?" tanya lelaki itu akhirnya buka bicara.

"Siapa maksud lo?" Gadis itu langsung duduk di sebelahnya pelan-pelan dan akhirnya Atlaric tetap bertahan di tempatnya.

"Scarlett... Hazel."

Shanaya mendengarkan jawaban Atlaric yang nadanya cukup kecewa. Seumur hidup dia baru melihat Atlaric seperti ini hanya karena dua orang itu, terutama kepada Scarlett.

Sebab sebelum Ana tidak ada lagi, lelaki itu hanya biasa saja dan tidak tersakiti begini. Justru Ana lah yang tersakiti, tapi kenapa jadi giliran Atlaric?

Ia tersenyum miring. "Bukannya lo anaknya bodo amatan ya sama gosip-gosip gitu? Apalagi kalau udah menyangkut mereka berdua."

"Gue rasa lo tahu jawabannya, gue bukan orang yang suka ikut campur kehidupan orang lain, apalagi rencana Monica yang lo maksud."

Shanaya berkata lagi, "Jujur gue takut sama Monica sejak awal sebelum pindah ke Amerika, tapi gue pikir saat itu, gue harus minta ke siapa lagi buat cari tahu tentang Scarlett? Dengan gue ikut campur begini ke kehidupan dia, tandanya ada sesuatu yang spesial dari dia. Oh ya, gue cari tahu tentang dia bukan berarti gue mau menjaga-jagai lo dari cewek asing."

"Because something that you will know it," sambung gadis itu membuat Atlaric menoleh dan memandang wajah gadis itu dari sebelah.

"Apa lagi yang lo sembunyiin? Gak bisa lo kasih tahu sekarang aja? Gampang banget ngomongnya, cuman karena ini doang gue bisa jadi salah paham," jawab dia ketus.

Tiba-tiba kekehan terdengar dan hal itu membuat Atlaric mengerutkan keningnya. Ia juga baru sadar bahwa gadis itu menertawakan dirinya yang keceplosan akan suara isi hati sebenarnya.

"Lo suka, kan, sama Scarlett?"

Deg!

Kenapa jadi lari dari pertanyaan gue sih?!

"Jangan nyangkal. Jujur aja sama perasaan diri sendiri, kalau gitu kapan mau dapetin dia-nya langsung?" goda gadis itu langsung membuat dia malu habis.

Atlaric mendengus napas kasar dan langsung bangkit berdiri.

"Canda, Atla. Duduk lagi, gue belum selesai ngomong." Ia menepuk-nepuk kursi yang kosong itu.

Namun hal itu tak menggubris perhatian dia dan malah merajuk seperti anak kecil.

"Sebenarnya gue memang rencana enggak ngasih tahu tentang mereka pacaran ke lo, karena menurut gue gak penting."

"Toh, gue pikir juga kalau lo enggak ada hubungan lebih sama Scarlett, kan?"

"Ya... Kalau memang enggak suka sama Scarlett, bukan jadi masalah gue, sih."

Atlaric duduk kembali dengan hempasan angin yang terdengar pasrah sekali. Kemudian ia mendongak menatap langit-langit dan berkata, "dari awal gue selalu buat cewek sakit hati, termasuk Ana dan dia."

Anehnya gue gak pernah ngerasa sampai segini bersalahnya ke cewek.

"Gue nanya sama lo." Ia menoleh dan menegakkan badannya. "Apa mungkin lo suka cowok yang hanya memberi lo luka doang?"

"Enggaklah!" jawab Shanaya cepat.

"Lo nyindir diri lo sendiri?"

Atlaric mengangguk saja dan menjawab pertanyaan yang Shanaya berikan. Ya sebenarnya itu hanya pertanyaan anak kecil yang bisa dia jawab juga, tapi dia hanya penasaran saja.

Berarti dia tidak ada harapan lagi.

Anehnya lagi dia bisa jatuh cinta sama cowok kayak gue.

"Dia udah sadar kalau gue sering kecewain dia, tapi kenapa dia tetap bertahan selama ini?"

Shanaya yang mendengar hanya diam dan menundukkan kepalanya. Pertanyaan yang singkat namun cukup dalam, memang kelihatan sekali bahwa keduanya saling mencintai. Namun mungkin karena kepahitan lah yang menjadi penghalang mereka.

"Ya, karena dia cinta sama lo."

Atlaric diam saja dan masih bingung.

"Masih bingung?" tanyanya lagi.

Shanaya menghela napas karena melihat lelaki ini yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta. Sudah ketinggalan berapa jauh dia ini?

"Ketika lo udah jatuh cinta sama seseorang, dia dalam posisi gak sadar diri sendiri. Tapi kalau sampai aja orang yang dia cinta mengecewakan dia, gue rasa itu hal yang bisa buat dia sadar diri."

Jawaban gadis itu sempurna membuat Atlaric bungkam. Semua kalimat yang dia dengar terdengar cukup menusuk dan itu sangat fakta.

"Kalau lo merasa begitu, lo harus perbaiki semuanya. Lagian manusia mana sih yang suka dikasih kejadian pahit?"

Shanaya yang awalnya tersenyum lebar menjadi sangat tipis dan menatap lelaki itu. "Apalagi lo harus ingat rencana kita itu, Tla. Sebelum terlambat."

°°°

Hari per hari dengan cepat sekali berlalu, Scarlett dan teman-temannya sampai di akhir hari dimana mereka sudah terakhir ujian. Sorak Sorai para murid terdengar nyaring dan gembira, banyak yang langsung berencana untuk pergi berliburan ataupun stay at home.

Selama hari belajar itu pula Scarlett banyak menghabiskan waktu bersama seseorang. Ia merasa jauh lebih tenang dan kabar terkejutnya ia dapat mengingat serpihan-serpihan di memorinya.

Scarlett dapat mengingat bahwa dia dulu dipojok-pojokkan oleh keempat lelaki itu, mungkin terkecuali yang satu, kemudian kenangan bersama Hazel paling utama dan keluarganya. Ya, Scarlett tahu bahwa dia dulu tinggal bersama Iris.

Sayangnya hanya sekilas lagi dan lagi, Scarlett sama sekali tidak tahu isi dalamnya dan hanya luarnya saja.

Gadis itu yang sudah minggat dari sekolahnya dan memutuskan untuk pulang, ia cukup lelah untuk hari ini, entah kenapa. Scarlett menoleh dan mendapati air putih, akhirnya ia meminum sampai rada hausnya hilang.

Semingguan ini, ia melihat Tante Iris lebih pendiam daripada sebelumnya. Sudah seminggu pula gadis itu menahan sesuatu yang harusnya dia tanyakan. Hanya saja mental dan jiwa Scarlett belum siap saat itu, dan ia rasa hari ini sudah siap untuk bertanya.

Dia memang sengaja untuk menjangka hari dan berusaha terlihat aman saja, itulah strategi yang diberikan Dokter Allan.

"Jangan seolah-olah kamu curiga."

"Tenang."

Kalimat Dokter Allan terlintas di kepalanya dan akhirnya dia bangkit berdiri memutuskan mencari keberadaan Iris. Suasana rumah yang begitu sepi seketika, Scarlett sungguh rindu dengan keberadaan kedua orang tuanya.

Dapat kabar juga bahwa mereka akan segera pulang.

DUARRRRRRRRRR!!!

Suara petir terdengar begitu kencang dan dahsyat luar biasa, hal itu membuat Scarlett membalikkan badannya dan menenangkan diri. Ia memutuskan untuk ke ruangan khusus milik Iris yang dekat dengan toilet bawah.

Scarlett berjalan tanpa kedengaran dan berusaha jongkok mendengarkan suara yang ada di dalam kamar.

"Kamu! Kurang hajar!"

Dalam benak Scarlett begitu banyak pertanyaan timbul dan dia terkejut mendengar kalimat Iris yang terkesan membentak.

"Kamu bohong, kamu sama dengan cewek lain, kan?" tanya Iris terhadap suaminya itu berada di Surabaya.

"Kamu harus sadar diri, Iris. Sadar secepatnya...,"

Terdengar suara lelaki itu yang memohon dengan nada melirih. Dikiranya Iris pusat permasalahan tersebut semua ini?

"Aku bilang hati-hati. Awas." Iris langsung mematikan ponselnya dengan perasaan emosi yang mendidih. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan menatap dirinya di depan cermin.

"Tenang Iris... Tenang..."

"Semua masalah bertambah besar gara-gara anak itu! Orang yang menjadi penyebab aku keguguran..."

Ia teringat dimana dulu saat ada perkumpulan keluarga bersama Violet. Saat itu Iris sedang mengandung Alea dan tiba-tiba saja anak Violet, Scarlett, menendang perutnya sehingga menyebabkan sakit yang nyeri.

Hingga berakhir keguguran.

Masa lalu yang sulit dilupakan.

Yang awalnya memiliki muka gembira aneh, sekarang mendadak teringat dengan masa lalu nya yang menyakitkan. Ia menggepalkan tangan dengan gemas dan berkata, "Lagipula Violet hanya saudara tiri aku. Dia bukan saudara kandung aku sesungguhnya."

"Anak saya, Hazel, mana mungkin memiliki sepupu kandung seperti Scarlett. Ada aja yang salah paham dengan ini, Scarlett itu cuman sepupu tiri anak saya."

Ia menoleh ke arah pintu karena merasa ada yang mengetoknya. Iris menggepalkan tangan dan berjalan menuju ke arah pintu tersebut pelan-pelan.

Siapa itu?















Rahasianya udah terbongkar dong, paham gak sampai sini sebelum ke next part? Hehe (respon yaa)

Yuk kapan next nya nih?

Vote+komen yaa semuanyaaa, rindu ngelihat ada yang komen nih🥺❤️

Thankyou semuanya.

#author💝

Continue Reading

You'll Also Like

694K 82.7K 11
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
385K 47.4K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
391K 21.6K 71
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
838K 44.1K 76
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...