Bugghhhhkk... Bugghhhhkk... bugghhhhkk...
Tiga pukulan dengan sekuat tenaga berhasil lolos ke rahang kokoh milik Rangga . Sudut bibir yang mulai bercucuran darah tak serta-merta menghentikan aksi tonjok menonjok itu .
Rangga menyeka darahnya yang bercucur di sudut bibirnya , ia melihat ke arah lawannya yang mulai menurun kan tangannya dan mengatur nafasnya . Ia tak membuang waktu , ia langsung mengambil kerah lawan dengan kasar dan menonjok rahang lawan dengan seimbang seperti yang di terimanya .
Bugghhhhkk... bugghhhhkk... bugghhhhkk ....
"Sepertinya itu sudah cukup" ucap Rangga lalu mengambil tasnya yang sempat terjatuh ke lantai , tapi saat hendak kembali ke kamarnya ia di cegah oleh omongan seseorang .
"Jangan pernah nyakitin Bella." ucap Rendi .
Yah laki-laki yang menghajar Rangga adalah Rendi . Rahasia publik yaitu Rangga dan Rendi adalah kedua adik kakak yang hanya berbeda setahun , Rangga lebih tua setahun .
Permusuhan antara Rangga dan Rendi memang terjadi saat usia mereka 9 dan 10 tahun karna satu kejadian yang sangat fatal , dan merubah seluruh kisah mereka berdua .
Balik ke cerita , Rangga tersenyum remeh pada Rendi , ia berbalik badan dan menatap Rendi .
" Kenapa ?" Tanya Rangga .
" Lo masih bisa bertanya kenapa , gue ga masalah Lo nyakitin siapapun tapi jangan bella ." ucap Rendi .
Rangga tersenyum sini ke arah Rendi , ia membenarkan jaket nya dan kembali menatap Rendi .
" Apa Lo suka sama Kanaya ?" Tanya Rangga .
Rendi hanya menatap dan tak menjawab pertanyaan Rangga . Rendi masih bingung dengan perasaannya , ia bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta dengan kecantikan seseorang . Tapi sejak pertemuannya dengan Bella di mall , entah kenapa Rendi jadi sering memikirkan Bella meskipun ia ragu dengan perasaannya .
Rangga yang mendapati Rendi hanya menatapnya tak menjawab , ia langsung pergi dari hadapan Rendi . Tapi tak jauh dari itu , rangga kembali ke Rendi dan mengatakan sesuatu .
"Oh iya satu lagi,"
" Apa Kanaya tau kau pembunuh ibumu sendiri , oh maksutku ibu kita " ucap Rangga di telinga Rendi .
" RANGGAAAA!! "
Rendi berteriak dan langsung menarik kerah baju Rangga dengan kuat , sampai-sampai urat dileher Rendi terlihat jelas karna ia terlalu emosi dengan ucapan Rendi .
" Kenapa masih mau menyangkal haah !! " Ucap Rangga .
Bugghhhhkk...
Rendi memukul rahang kokoh Rangga , kali ini ia benar-benar marah hingga membuat sudut bibir Rangga kembali mengeluarkan darah lagi serta hidung Rangga pun ikut mengeluarkan darah .
" Gue bukan pembunuh " ucap Rendi .
Bugghhhhkk ...
Rangga membalas menonjok rahang Rangga , hingga Rendi tersungkur ke lantai .
"Lo pembunuh selamanya lo jadi pembunuh mama !!" Ucap Rangga pada Rendi dan kembali berjalan ke luar .
Rangga menaiki motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi , hingga membuat beberapa pemotor berteriak ke arahnya . Ia berhenti di taman kota karna darah yang mengalir dari hidungnya membuat dirinya pusing .
Setelah memarkir kan sepeda motor nya ia berjalan tertatih-tatih mencari tempat duduk , ia membersihkan darahnya dengan tangannya tapi darahnya tak kunjung berhenti mengalir hingga suara anak kecil memberhentikan dirinya .
" Kak langgaaaa..."
Seorang anak kecil yang sangat menggemaskan yang cadelnya menjadi ciri khasnya , iya Dino. Ia menghampiri Rangga , dan menatap darah yang ada di hidungnya . Dino mengambil tisu dari tas kecil yang di bawanya , tangan kecil itu mengelap darah yang ada di hidung Rangga .
" Udah Dino , Kaka ga papa kok " ucap Rangga . Dino menggeleng dengan tegas , tangan kecil nya masih terus membersihkan darah Rangga .
" Dino kamu ngapain di...sini ... Rangga hidung Lo " ucap Bella saat melihat Rangga dengan hidung berdarah .
" Kak Bella ayo cepat tolong kak Langga akit..." Ucap Dino .
Bella langsung berlari ke mini market yang tak jauh dari taman , ia membeli antiseptik , kapas dan beberapa plaster . Ia keluar dari mini market tersebut tapi tak jauh dari itu ia kembali ke dalam mini market untuk membeli air putih .
Ia berlari dan langsung duduk di samping Rangga berduduk . Ia menuangkan antiseptik di kapas tersebut dan mengoleskan ke hidung , dan sudut bibir Rangga serta beberapa luka di rahangnya .
Selama mengobati Bella tak banyak bicara begitupun dengan Rangga , ia hanya mengamati wajah Bella yang Nampak lebih dekat dengan nya .
" Tawuran di mana lagi Lo " tanya Bella melepas keheningan di antara mereka berdua .
Bukannya menjawab Rangga malah tersenyum ke arah Bella . Ia terus mengamati wajah Bella , tapi tiba-tiba dia meng aduh kesakitan karna luka di sudut bibirnya di tekan oleh Bella .
" Aduhh kok Lo tekan sihh sakit tau " ucap Rangga .
" Ya makanya kalau di tanya itu di jawab bukan senyum-senyum gajelas gitu "
" Hahahaha Lo salting ya " ucap Rangga .
" Apaan sih , gue plaster ya mulut Lo "
" Males banget salting sama Lo , mending salting sama kodok ngegombal." lanjut Bella .
Setelah selesai mengobati Rangga ia membuang bungkus obat-obatan ke tempat sampah dan mengajak Dino untuk kembali ke rumah karna jam sudah menunjukkan kalau ini sudah malam .
" Ayo Dino kita pulang "
" Ciap " ucap Dino dengan berusaha turun dari tempat duduk .
" Tunggu Kanaya "
" Lo udah maafin gue "
Bella yang belum berbalik ia pun membalikkan badannya . Ia menatap Rangga , " enggak !" Ucap Bella dengan tegas .
" Tunggu , terus kenapa Lo terima coklat gue "
Bella terlihat sedang memikirkan alsannya , " ya emang Lo nggak ikhlas ngasih gue coklat ?" Ucap Bella .
"Ya ... Ya ikhlas lah tapi kalau Lo ga maafin gue kan sama aja boong gue curahkan semua usaha gue " ucap Rangga .
"Apaan sih lebay banget dehh , dahlah ayo Dino kita pulang pak Supri nungguin "
⚫⚫⚫
Di lain tempat , tepatnya di rumah megah yang baru saja menjadi tepat pertengkaran kakak beradik tersebut , Rendi merebahkan dirinya di sofa panjang . Disana terdapat beberapa pembantu yang tengah membersihkan kerusakan akibat pertengkarannya tadi .
Ia menutup matanya menikmati rasa nyeri dari rahangnya yang mulai membiru . Rendi mendengar langkah kaki seseorang yang sangat ia kenal . Langkah kakinya berhenti ia melihat kekacauan di depannya , matanya juga beralih melihat ke arah anak laki-laki nya yang tengah merebahkan dirinya .
"Ada apa ini Rendi ?" Tanya papa Rendi yang juga papa Rangga .
Rendi tak menjawab ia masih memejamkan matanya , ia tak tidur ia mendengarkan ucapan papa nya tapi untuk menanggapi Rendi tak mempunyai keinginan tersebut .
" Apa kau bertengkar lagi dengan kakakmu Rendi ?" Tanya papa Rendi .
"Apa yang papa harapkan , aku akan bermain bersama dengan Rangga tanpa harus ada pukulan ." Ucap Rendi pada papa nya .
" Rendi papa kasih kau fasilitas lebih dari Rangga karna papa mau kau menjadi yang terbaik bukan seperti ini , kau sama saja dengan Rangga ." Ucap papa Rendi .
" Kalau begitu cabut saja " ucap Rendi sembari berdiri dan berjalan ke arah kamarnya . Tapi saat ia melewati papanya ia berhenti sejenak dan melirik seseorang di belakang papanya .
" Aku harap jalang kali ini tidak membuat berisik " ucap Rendi dengan kata-katanya yang sangat tajam .
Rendi memasuki kamarnya lalu mengunci pintu kamarnya . Ia langsung membuka kaos yang ia kenakan dan membiarkan air dingin mengguyur tubuhnya . Ucapan Rangga kembali terngiang-ngiang di kepalanya , ia sangat berusaha menghilangkan pikirannya tapi tak berhasil hingga tangannya mengepal kuat . Rendi melampiaskan kemarahannya pada tembok kamar mandinya hingga membuat tangannya bercucuran darah .
" Aaakhhhhh....." Siapa pun jika mendengar jeritan Rendi akan merasakan yang ia rasakan selama ini .
Tumbuh besar di keluarga dengan penuh toxic membuat dirinya tak mengenal kasih sayang keluarga . Berawal dari papa nya yang selalu main tangan dengan mamanya saat dia berusia 9 tahun hingga kematian mamanya yang membuat dirinya sangat terpuruk .
Belum lagi tuduhan Rangga yang benar-benar membuat sakit di kepalanya setiap mengingat ucapan Rangga.
" Aku bukan pembunuh mama " ucap Rendi pilu dengan air mata yang keluar tapi tersamarkan oleh guyuran air .
" Rendi...hikss...ingin ikut mama ..."
" Rendi tak kuat disini ma...hiks..."
Rendi mulai meringkuk dirinya dengan melipat tangannya lalu ia menyembunyikan wajahnya di tangannya dengan berharap itu dapat meredam suara tangisan dirinya .
Siapa bilang semua cowok kuat , mungkin 2 dari 10 cowok memasang topeng pelindung agar terlihat kuat bukan ? Semua orang mengira Rendi sosok laki-laki yang kuat tapi di sisi lain ia hanya seorang anak laki-laki yang lemah , ia sangat merindukan usapan kasih sayang dari ibunya .
_____________________________________
" Rendi kemari sayang jangan nyebur "
Byurrrr...
" Tenang ma ada rangga kok , aku bakal jaga Rendi ma "
Seorang wanita dengan dress bunga-bunga tersenyum sesekali tertawa melihat kedua anaknya sangat menikmati bermain dengan air di kolam renang . Ia membawa pelampung yang harusnya ia kenakan di putranya tapi lihatlah putranya memilih memeluk kakaknya dari pada memakai pelampungnya .
Suara gedoran dari pintu depan membuat dirinya menolehkan kepalanya , ia segera berlari ke depan dan membukakan pintu rumahnya . Laki-laki yang tak lain suaminya yang baru saja pulang setelah 4 hari tak pulang karna urusan kantor .
Tapi laki-laki tak seperti pulang dari kantor melainkan pulang dari club malam dengan aroma alkohol yang sangat mengganggu penciuman wanita tersebut .
" Lama sekali membukakan pintu hah!!" Ucap suaminya tersebut dengan tangan yang mencekik leher wanita tersebut .
" Sa...sakit mas...s " ucap wanita tersebut dengan terbata-bata .
Laki-laki tersebut melepaskan tangannya dari leher istrinya tersebut , ia melemparkan tas kerja pada istrinya dan berjalan sempoyongan ke kamarnya . Wanita tersebut hanya bisa mengikuti nya dari belakang , beberapa kali ia mencoba membantu sang suami berjalan tapi yang di terimanya hanya tubuhnya yang di dorong hingga membentur meja .
Wanita tersebut melihat ke arah pintu belakang di sana ia melihat putra pertamanya yang berdiri mematung dengan hanya mengenakan baju renang saja . Wanita tersebut tersenyum ke arah putranya dengan menganggukkan kepalanya dan memberi jempol mengisyaratkan dirinya tak apa-apa .
Sejak saat itu putra pertamanya yaitu Rangga sangat membenci papa nya sendiri , Rangga selalu mengobati seluruh luka yang ada di tubuh mamanya , ia juga selalu mencegah adik kesayangannya untuk melihat perlakuan kasar papanya pada sang mama .
Rangga kecil berpikir hanya ia yang boleh membenci papanya , karna mamanya melarang dirinya memberi tahukan pada sang adik , Rendi .
_______________________________________________
To be continue gaiss
💜💜💜
.
Di balik senyuman pasti ada tangisan kan ?
Jangan lupa vote lohhh ...
Janji loh...