🙂
happy reading !!
***
RHETA POV
"Jadi lo ga mau pulang ke rumah?"
Aku mengangguk seraya menyuapkan nasi soto pemberian Bisma ke mulut.
"Gue mau pura-pura ngambek. Biar tau rasa Mamah seenaknya aja jodohin orang."
"Anak durhaka lo." Bisma mencibir.
"Bodo amat," balasku acuh tak acuh.
"Terus lo mau tinggal di mana kalo ga pulang?"
"Ck. Pake tanya. Ya di sini lah!"
Aku menyengir ke arah Bisma.
"Sialan. Ini rumah gue heh."
"Gue numpang ya? Ya? Ya? Ya..?" pintaku memelas sambil berkedip-kedip sok imut agar Bisma bisa luluh.
Bukannya luluh, wajahku malah diraup sama dia. Kampret.
"Jijik gue liatnya," ejeknya membuatku memutar bola mata jengah.
Cuih. Jijik tapi kok sekarang mukanya merah. Aku terkekeh dalam hati.
"Tapi gue ga punya baju cewek. Lo mau pake se-semvak-semvak gue?"
Uhuk uhuk!
"Bangsat!"
Bisma bergerak cepat memberiku minum. Aku meminumnya hingga abis tanpa sisa. Sialan. Dia yang bikin aku keselek, dan sekarang dia juga yang ketawa.
"Bangke lo! Hampir mati gue tau!"
"Iya tau," jawabnya santai lalu tergelak lagi.
Ih resenya ga ilang-ilang ini anak. Sabar Rheta, untuk sekarang kamu cuma bisa ngandelin Bisma.
"Temenin gue belanja lah. Beli semua baju dan tetek-bengek lainnya."
"Emang lo punya duit?"
"Engga. Ahahaha!"
"Sarap. Sama aja gue yang bayarin itu mah."
Aku mengerucutkan bibir ke depan.
"Katanya mau jadi calon suami gue. Baru minta segitu aja udah ngeluh. Batal nikah aja deh kita, gue ga mau punya suami yang pelit!"
"Ehhh ya jangan dong Tata. Masa kita batal kawin."
"Nikah! Bukan kawin!"
"Ck. Ya sama aja sih... Abis nikah kan kawin," ngelesnya mulus banget kaya bajai.
"Sekali beda tetep beda!"
"Woah nyolot. Ga gue bayarin nih."
"Woah terserah. Ga jadi nikah sama gue nih."
Bisma kalah telak. Dia mingkem seketika dengan muka betenya. Ahaha. Mamam tuh... Dari dulu bakat adu mulutku memang tidak terkalahkan.
"Gue mandi dulu yak, biar cantik. Biar ga insecure jalan sama lo entar," pamitku, bangun dari duduk.
"Nyenye," respon Bisma seperti biasa. Ngeselin.
Sengaja au jambak rambutya sebelum akhirnya ngacir ke kamar.
"Anjing jambul gue Rheta!!"
Aku ngakak di kamar mendengar teriakan itu. Ternyata jailin Bisma masih jadi kegiatan yang paling mengasikkan. Selesai obrolan kita di ruang tv tadi, aku jadi bisa bersikap lebih santai sama dia. Seperti dulu waktu kami masih SMA.
Aku mandi pake sabunnya Bisma, gapapa wanginya menthol-menthol cool ala cowok gitu. Yang penting wangi, keliatan udah mandi.
Untuk keramas aku ga bisa pake shampo dia. Rambutku bisa rusak. Jadi aku putuskan keramas habis belanja nanti. Lanjut gosok gigi. Aku mencari persediaan sikat gigi yang baru. Dan untungnya ada. Ternyata Bisma rajin sampe menyimpan stock perlatan mandi di laci bawah wastafel.
Aku keluar kamar mandi dengan handuk putih baru yang melilit sebatas setengah paha. Saat keluar aku pas banget Bisma buka pintu kamar, mau masuk.
"Nikmat mana lagi yang lo dustakan Bis..." rampalnya sambil menatapi ku tanpa berkedip.
Aku menggeram. "Tutup mata sialan lo Bisma!" lalu aku melemparnya dengan daster kotor yang ada di tangan. Tidak sampai sih tapi Bisma sok-sok am mengaduh dan mendelik ke arahku.
"Ganas banget sih cuma liat dikit doang juga. Pelit!"
"Dikit-dikit gigi lo! Sana keluar!"
"Dih emang lo mau pake baju siapa coba, gue tanya?"
"Ga usah songong. Iya tauu, gue mau pinjem baju lo... Puas?!"
"Ahaha. Seneng deh diakuin," dia cekikikan ga jelas. "Bajunya ambil sendiri. Mau gue ambilin tapi malah diusir. Cuih."
"Gue udah berjasa gini lho Ta. awas aja lo kalo ga tau terimakasih," katanya lalu kembali menutup pintu kamar.
Aku sekedar bergumam malas. Tapi kalo dipikir-pikir, iya juga ya sekarang Bisma berjasa banget buat aku.
Bahkan katanya nanti sore orang yang aku minta akan datang. Secepat itu brayy?? baru juga tadi minta. Ga sampe nunggu 12 jam udah terkabul.
Ah Bisma emang baik...
Tapi boong! Ahahaha.
Males ngakuinnya ah. Dia songong, ngeselin bangett.
Aku mulai membuka pintu lemari bajunya. Wow. Aki dibuat takjub. Isinya cuma hoodie sama kaos. Warnanya pun ga bervariasi, monoton!item-putih-item-putih. udah kaya papan catur aja. Aku mendegus tapi tetap menarik hoodie putih teratas.
Waktu dipake, anjir kelelep. Aku menghadap kaca, berputar-putar di sana.
"Tapi oke juga," gumamku sendiri melihat pantulan diri di kaca.
Untuk menyempurnakan penampilan, aku sisir rambut lurusku dulu, baru dikuncir longgar. Aku kurang suka dikuncir terlalu kuat, bikin pusing. Tak lupa anak rambut yang di sisi-sisi aku keluarin.
"Aaa cantiknya gue.."
Muji diri sendiri gapapa kan? ahaha.
Aku keluar kamar untuk menghampiri Bisma yang kini sedang main game di hp. Dengan iseng, pelan-pelan aku merunduk hingga tepat di samping telinganya, aku berteriak.
"Woi!"
"Bazeng!" Dia terjolak dari sofa hingga tersungkur di karpet bawah.
Aku jelas terbahak.
"Ahahaha! Kemuk lo Bis. Ahahaah!"
"Ngeselin banget sih!"
"Satu kosong. ahahaha!" Aku terus tertawa sampe memegangi perut yang rasanya keram.
"Awas gue bales ntar lo nangis..."
"Cuih gue ga selemah itu kalii. Aha--KYA!"
Bisma tau-taunya narik tanganku. Aku yang sibuk tertawa, tidak siap apa-apa jadi ketarik hingga meniban badannya di bawah sana.
"Apaa sih lo, lepas!" lawanku ingin bangun tapi dia tahan. Aku mulai ga nyaman sama posisi ini.
"Bales dendam."
"A-apan kaya gini."
Bisma berdecih tepat di depan wajahku. Sialan untung ga ada hujan alami.
"Cuih. Baru gini aja udah gagap lo. Sok-sok an tadi nantangin."
Aku buru-buru bangun dari badannya begitu tangan Bisma melonggar. Aku duduk di sampingnya yang masih tiduran.
"Ayo buruan jalan. Gue mau keramas," ajakku. Dia malah mengulurkan kedua tangannya.
"Apaan lagi sih??"
Ibarat trauma jadi tau akal-akalan busuk Bisma, aku ga mau masuk keperangkapnya yang kedua kali.
"Bangunin..." pintanya tepat dengan dugaanku.
"Ogah! bangun sendiri." Aku juga bangun sendiri dari dudukku.
Dia pun akhirnya bangun sendiri dengan muka yang bete.
"Lo ga bisa pake baju yang laen apa??" tiba-tiba dia protes gitu.
"Yaudah sih gue ini yang make. kenapa lo yang sewot."
"Ganti sama. Pake daster yang semalem juga gapapa dah, daripada ginian."
"Ihhh ya ogahlah! Gue kaya gembel kalo pake daster itu! Udah gini aja sih, udah paling cantik ini," kataku kekeuh membela diri. Toh aku rasa ga ada yang salah sama penampilanku,
"Ck. Yaudah pake celana. Sini gue cariin."
Bisma nyeret tanganku untuk kembali ke kamar. Aku meronta-ronta sempajang jalan.
"Ga mauuu! Ini udah bagus Bisma! ngapain dipakein celana lagi sih!"
"Bangsul. Hoodie ke pendekan gitu masih bisa-bisanya bilang bagus?! mata lo rabun Ta? ck ck ck. Heran gue." Bisma tiba-tiba mengomel. Aku sampe kicep dibuatnya.
"Nih pake!" dia melempar celana training adidas hitam ke wajahku.
"Bangke!" seruku emosi.
"Buruan pake."
"Ck. Pemaksa!"
"Bodo amat. Daripada daripada."
Aku lagi-lagi berdecak melihat penampilanku yang ew bangett.
"Ini kegedean Bisma... gue ga mau ah!"
"Jangan dilepas Rheta... Udah bagus gitu, sopan. Itu udah celana gue yang waktu kelas 10."
"Justru itu, ga inget dulu badan lo segede gentong?!"
"Ck. Yaudah pake dulu aja sih, ntar sampe mall baru ganti sama celana ukuran lo."
"GUE GA MAU PAKE CELANAAA!"
Dadaku sampe ngos-ngosan. Capek banget abisan adu mulut sama Bisma. Ga kelar-kelar.
kini Bisma diam. Menatapku seolah ga percaya. Dia mengelus dadanya. Kayanya kaget sama teriakanku barusan.
"Astagvirllah Rheta. Aurat nak, aurat. Pake celananya!"
Muka Bisma ngeselin bangett. Dibikin-bikin kaya bapak-bapak yang nelangsa liat anaknya ga nurut.
"Bisma sialan!"
------
perkara celana doang genks 💆
gini nih kalo dua bocil disatuin,
geludd terus
gimana besok kalo beneran nikah:))
beda ye sama pak Linggar. doi pembawaanya kalem, dewasa. ekhm
ada yg kangen pak Linggar ga??
ahaha.
-------