Pak Linggar

By rammdinn

1.7M 140K 1.5K

[TAMAT] cerita ini santai minim konflik untuk penghilang penat:) *** Rheta Amanita L, mahasiswa semester tiga... More

00
01. pagi yang buruk
02. pak dosen idola?
03. kecelakaan
04. diperiksa pak dokter
05. modal pdkt
06. temu kangen
07. masalah baru
08. malaikat tanpa sayap
09. phone
10. no more excuses
11. happiness
12. kembali ngampus
13. mall
14. poor Arumi
15. cat cafe
16. mba Riri
17. akhir (tak) bahagia
18. nasi goreng
19. kebodohan yang haqiqi
20. hey siapa dia
21. Bisma sialan
22. tanpa judul
23. sugar baby
24. dapat(kan) ijin papah
25. malam berbintang
26. kembang api
27. aku yang salah
28. best vren
29. andai aku bisa
30. video call
31. pak Linggar sakit
32. agresif
33. spesial undangan
34. cemburu tanda cinta
35. birthday party
36. tembok transparan
37. jodoh orang
39. hancur
40. perjanjian tanpa sadar
41. chill dren
42. titik terang bukan
43. pecah
44. doi ngambek
45. ditelpon Mamah
46. di waktu yang singkat ini
47. kita kembali
48. hanya mimpi
49. perundingan meja makan
50. the end
51. hari yang cerah
52. sisi buruk pak Linggar
53. hadiah indah
54. katanya mau pergi
55. pesan terakhir
the last
extra part
extra part lagi
extra part dulu
extra part terus
yuk yuk extra part nih
extra part lagi astogel
mabok extra part:")

38. semakin rumit

19.3K 1.7K 29
By rammdinn

mulmed nya disetel jangan lupa 😂

happy reading !!

***

RHETA POV

Rasanya kaya tertimpa suatu bencana besar. Mamah ga kira-kira sama anaknya sendiri.

Entah atas dasar apa aku dijodohin sama Bisma. Dikira aku ga bisa cari calon suami sendiri apa? Dikira anaknya ga laku-laku gitu?! Hihhh. Sorri yah, yang ngantri mah banyak. Cuma ga aku ladenin.

Terus kenapa sekarang harus dijodohin??? Huaaaaa.

"ARUMIIIII!"

Aku nyelong masuk rumah Arumi yang tidak dikunci pintunya. Arumi muncul dari dapur dengan membawa spatula, aku langsung memeluknya.

"Huaaa Arumii...." Aku menangis tersedu-sedu di sana.

"Apaan sih? Lo kenapa heh?!"

Hiks.

"Gue dijodohinnn...!"

Sedetik.

Dua detik.

"APA?!"

Tuh kan. Arumi aja kaget tau berita ini. Apalagi aku yang ngalamin. Gilakkk. Bener- bener yah Mamah. Tega banget numbalin anaknya sendiri. Makin yakin kalo aku ini anak pungut.

Hiks.

"Sama siapa Ta? Bukan pak Linggar?"

"Sama Bisma Mi! Bisma!!! Gila banget bokap gue. Huuuu."

Arumi diam. Dia mengusap punggungku mencoba menenangkan. Tapi aku ga bisa! Ga bisa tenang sekarang.

Mana ada orang bisa tenang begitu tau mau dijodohin?!

Hiks.

Gini amat nasib lo Ta...

"Lo udah makan belum? Makan dulu yuk. Ntar lanjut nangisnya."

Hiks.

"Gue laper Mi..."

Tiba-tiba kepalaku ditempeleng Arumi. Sialan. Aku balik jambak lah.

"Udah nangis, pake ga tau diri lo!"

Srootttt

Sengaja aku mengelap ingusku dengan kaos Arumi.

"Bangsat Rheta umbel lo ijo!!!!"

Aku terkekeh geli.

"Laperr, ayo buruan," rengekku agar dia berhenti ngomel.

"Makan nih." Arumi menyajikan 5 piring. Dua di antaranya berisi sayur kangkung dan ayam goreng. Sementara 3 piring lainnya kosong, wadah kita makan.

"Anjing panas." Aku mengumpat saat mengambil potongan paha ayam goreng itu. Nampak sangat menggiurkan.

"Dodol. Namanya juga baru mateng."

"Ga bilang lo," dengusku lalu aku menarik piring yang sudah Arumi isi dengan nasi.

"Sisa satu piring, buat siapa?" tanyaku sambil menyuir-nyuir daging ayam tadi biar cepat dingin.

Aku melirik Arumi yang ternyata sekarang lagi mesem. Idihhh. Reaksi macam apa itu??

"Jangan kaget ya nanti," ucapnya kembali senyam-senyum.

Nanjongg. Bukan style Arumi banget malu-malu gini. Biasanya kan malu-malu in.

Tok tok tok

"Lah siapa yang malem-malem namu?"

Arumi mengabaikan aku. Dia main lari aja ke depan. Di tempat aku hanya bergedik ga peduli. Mending isi perut dulu, laper bangett. Tadi waktu kabur kan belum sempet makan.

"Rheta," panggil Arumi membuatku menoleh.

Kampret! Ternyata piring satu itu buat bang Dirga.

"Gue makan di depan tv aja dah."

Arumi tertawa. "Sadar diri juga lo."

Bangke. Aku ingin ngumpatin Arumi tapi ada bang Dirga di sini, aku ga enak hati.

Alhasil aku bangun dari dudukku lalu melewati mereka dengan muka sinis.

"Ganggu aja Bang," ucapku setengah bercanda tapi jujur dari hati.

Bang Dirga hanya menepuk puncak kepalaku sebagai responnya.

Sialan. Udah mah mau dijodohin sama Mamah sendiri, terus sekarang jadi nyamuk congek.

Nasib lo apes banget malem ini Ta.

Aku menggigit secara bringas tulang muda ayam yang ada di piring. Aku sempat mengintip ke meja makan sana. Double Kampret. Emang salah aku ngitip-ngintip.

Arumi nampak menjiwai banget perannya, layaknya nyonya Dirgantara.

Ih.

"Kapan gue jadi nyonya Lintang Jagad Raya?"

"Hiks. Halu mulu lo Ta..."

Selesai makan aku kembali nyolong masuk ke dapur Arumi. Aku mengabaikan kemesraan itu. Aku pura-pura buta mendadak!

Beres mencuci piring yang tadi aku pakai, aku mengambil minum air putih dalam botol, lalu masuk ke kamar Arumi.

Brak!

Sengaja. Ganggu orang uwu-uwuan kan ga dosa.

"Ehehe. Biasa lagi kerasukan. Mau dijodohin katanya."

"GUE DENGER YA MARKONAH!" seruku dari dalam sini.

Terdengar suara cekikikan dari luar sana. His. Aku jadi heran. Sejak kapan mereka bisa sedekat itu? Terutama bang Dirga. Kesambet apa dia bisa baik gitu ke Arumi.

Cklek.

Arumi muncul di ambang pintu.

"Lo mau ngapain abis ini?" tanyanya membuatku mengerucutkan bibir.

"Pake tanya."

"Oke. Kalo gitu gue tinggal bentar ya? Gapapa kan?"

Aku menatapnya penuh protes.

"Mau ngapain lagi sama bang Dirga????"

"Sttt. Ga usah bawel deh, cuma mau nemenin beli sesuatu doang. Gue janji ga lama. Gue juga udah dapet ijin adeknya nih." Arumi menaik-turunkan kedua alisnya. Bangsul.

"Bye cintak! Mwah!"

Brak!

Pintu kembali tertutup. Menyisakan aku yang cengok.

"Gue ditinggal sendirian?"

"Ihhh Arumi biadappp! Gue bakar juga nih rumah lo!!!"

Aku melempar segala benda yang ada di atas kasur. Nyebelin banget. Niatnya aku ke sini mau cari temen curhat, ini malah ditinggal pergi.

"Sialan sialan!!"

Aku menghela nafas kasar. Segera aku meraih ponsel dan mencari kontak Alya. Biar kusuruh Alya buat dateng ke sini dan liat gimana kelakuan abangnya.

"Halo Rheta."

"Ya, ke rumah Arumi sini. Gece."

"Lo nginep? Ihh gue kan masih di Jawa."

"Anjir seriusan lo belum pulang?!"

Aku tebak di sana Alya mengangguk.

"Baru pulang besok. Hari minggu."

Aihhh.

"Yaudah deh. Bye!"

Aku memutus panggilan secara sepihak. Ga enak mau gangguin Alya, aku kira dia udah pulang dari Solo. Di sana dia lagi ada urusan. Katanya cabang perusahaan yang Papihnya kasih, lagi ada masalah. Jadi Alya yang disuruh turun tangan.

Terus nasib aku sendirian....

"Mana pak Linggar ga ada kabar."

Huaaaa!

Aku meremat-remat bed cover hingga awut-awutan. Kasur Arumi udah kaya kapal pecah. Tapi ujung-ujungnya aku juga yang beresin.

"Ya Tuhan punya dosa apa hamba, sampe menderita gini?"

Pelan-pelan aku bangun dari keterpurukan. Duduk dengan tegap. Rambutku yang awut-awutan aku sisir pake jari ke belakang.

Huft.

"Lo harus kuat Rheta!"

"Harusnya lo berfikir gimana caranya biar perjodohan itu batal. Bukan malah muring-muring ga jelas. Yang ada buang-buang waktu doang."

"So, sebelum berfikir lo perlu rapih-rapih dulu."

Udah betekad dalam hati, dimulai dari menghapus make up terlebih dulu. Aku pakai kapas dan micellarnya Arumi.

Setelah itu aku menuju lemari. Ganti drees ini dengan baju tidur yang lebih nyaman. Ga perlu ijin-ijin, yang punyanya juga minggat tadi. His.

Udah berpenampilan santai, waktunya beresin itu kasurnya Arumi. Aku membenarkan letak seprainya. Lanjut bed covernya. Terus bantal-guling yang berceceran di lantai.

"Pokoknya gue kudu bobok yang nyenyak melem ini. Bodo amat Arumi. Yang penting besok otak gue fresh."

"Biar gue bisa lawan si Bisma kutu kumpret!"

Aku hendak memungut batal terakhir yang letaknya agak ke dalam kolong kasur. Tapi waktu nunduk, aku nemu box yang ukurannya cukup besar. Ya setinggi kolong kasur ini.

"Wih apaan nih?"

Jiwa kepoku muncul. Baru tau Arumi punya kotak rahasia-rahasiaan gini. Mendadak aku tersenyum devil.

"Mampus lo Arumi, gue nemuin aib lo. Salahnya ninggalin gue sendirian. Ahaha."

Aku menarik box itu sekaligus dengan bantal tadi. Bantalnya udah aku taruh di atas kasur, sekarang waktunya unboxing!!!

"Anjir gue happy banget!" Aku tertawa geli membayangkan punya kartu AS Arumi.

"Pasti ntar dia mau jadi babu gue."

Mantepp.

Waktu aku buka box itu, isinya cuma buku sama kertas-kertas. Wohoo udah fix ini mah diary nya Arumii sama photo-photo aib nya dia.

"Ih gue nemu harta karunn!! Ahaha."

"Lah pak Linggar?"

Seketika aku kicep.

Alisku merengut, mengeluarkan selembar photo yang ternyata berisikan potret pak Linggar bersama... 

"Mba Riri?"

Mataku semakin awas. Ini ga mungkin kan? Kenapa aku baru tau? Aku melihat lebih banyak lagi photo-photo itu.

Kenyataan pahit. Itu beneran sosok pak Linggar muda bersama dengan mba Riri dan ada Kinan juga.

Sempat aku liat isi salah satu lembar buku harian itu. Di sana tertulis dengan rapih dan jelas;

- Lintang Jagad Raya,
i love you! XD -

"Rheta lo ngapain?!"

---------

yok bisa yok 🙂

---------






Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 217K 66
"Pak, saya di depan ruangan bapak Bapak dimna?" "Di kelas" "Pak, saya sekarang sudah di kelas Tapi bapak ngga ada." "Saya sudah di ruangan saya." "Ba...
5.9K 790 61
Hai, namaku Adresia Michael Polliton. Hiduku awalnya biasa biasa saja, hingga aku dipindahkan ke kantor pusat dan bekerja sebagai sekretaris dari bo...
70.9K 2.9K 44
Alista harus menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian kedua orangtuanya. Ia harus menghidupi dirinya dan satu adik laki-lakinya. Beberapa pe...
2.9M 145K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞