Dampatigaḷu [Completed]

By aleaqisdie

7.8M 804K 110K

Bagaimana rasanya menikah dengan kakak kandung dari sahabat sendiri? Canggung? Menyenangkan? Atau, meresahkan... More

Bagian 1 : Insiden
Bagian 2 : Wedding
Bagian 3 : Kehidupan baru
Bagian 4 : Istri saya
Bagian 5 : Dia suami saya!
Bagian 6 : Seranjang?
Bagian 7 : Notification
Bagian 8 : Mati lampu
Bagian 9 : Mangga tetangga
Bagian 10 : Gak lihat kok!
Bagian 11 : First kiss?
Bagian 12 : Hak aset Rangga
Bagian 13 : Salting
Bagian 14 : Rangga cemburu
Bagian 15 : Babi lepas
Bagian 16 : I love you Ayana
Bagian 17 : 180°
Bagian 18 : Baby, or momma?
Bagian 19 : Rangga mode gahar
Bagian 20 : USG
Bagian 21 : Yahh keciduk
Bagian 22 : Ayana
Bagian 23 : Gara-gara konten
Bagian 24 : Tetangga ganjen (1)
Bagian 26 : Yoga bareng suami
Bagian 27 : Gara-gara cicak
Bagian 28 : Kode
Bagian 29 : Sweet husband
Bagian 30 : Rangga sakit
Bagian 31 : Liburan
Bagian 32 : Bingung
Bagian 33 : Komodo sialan!
Bagian 34 : Lahiran?
Bagian 35 : Welcome piyik
Bagian 36 : Baby Azam
Bagian 37 : Papa yang baik
Bagian 38 : I love you Rangga
Bagian 39 : Digoda bencong
Bagian 40 : Happy family
¢ extra part ¢
¢ sequel ¢

Bagian 25 : Tetangga ganjen (2)

143K 17.5K 1.5K
By aleaqisdie

'miss me?'

***

"Ayana!" Rangga mencekal lengan Ayana, meminta Istrinya itu agar berhenti.

"Lepasin!" Ayana berontak.

"Dengerin saya dulu,"

"Dengerin apaan, sih?!"

"Saya ga ada apa-apa sama dia."

"Lepasin!" Ayana masih berusaha keras untuk melepaskan cekalan tangan Suaminya. "Lepasin . . lengan aku sakit!"

Rangga spontan melepaskan cekalan tangan nya di lengan Ayana. "Kamu jangan marah,"

Berdecak. "Marah apaan, sih? Aku cuma kebelet pipis."

Menyerahkan payung yang ia pegang ke Rangga dengan kasar. "Nih, payung supaya kamu ga kepanasan. Bentar, aku balik ke rumah dulu buat pipis. Udah kebelet."

Rangga memandang cengo kepergian Istrinya. Jadi . .  Ayana nggak marah, tapi cuma kebelet pipis?

"HATI-HATI! JANGAN LARI-LARI!" Rangga berteriak.

Teriakan Rangga membuat beberapa perhatian Bapak-bapak yang berada di sekitarnya menoleh.

Rangga melirik, kemudian memberi kode permintaaan maaf dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Maaf, Pak." Ujarnya sopan.

"Pengantin baru, ya?" Goda salah seorang Bapak-bapak disana.

Tersenyum tipis. "Udah empat bulan menikah,"

"Ohh . . langgeng terus ya, Mas." Sahut salah seorang Ibu-ibu disana yang tengah memberikan minuman.

"Makasih." Jawab Rangga singkat. "Sebentar Pak, Bu, saya mau nyusul Ayana dulu. Nanti balik lagi buat kerja bakti,"

"Oh, silahkan, gapapa, Mas."

Rangga mengangguk sopan, ia kemudian melenggang pergi ke rumah. "Ayana?"

"Apaaa!!" Sahut Ayana di dalam kamar mandi bawah.

"Udah pipisnya?" Tanya Rangga.

Cowok itu berdiri di depan kamar mandi. Menunggu Ayana selesai dengan kegiatan nya didalam sana.

"Belomm!! Kenapa, sih? Kangen?"

Terkekeh kecil. "Mau ngomong bentar,"

"Bentar-bentar, aku cebok dulu." Ayana sedikit berteriak.

"Jangan buru-buru, nanti kepeleset."

Selesai dengan acara pipisnya, Ayana kemudian membuka pintu hendak keluar. Namun ia dikejutkan dengan kehadiran Rangga yang nangkring di ambang pintu.

"Ish! Ngagetin, tau! Ngapain berdiri disini?"

"Nungguin kamu."

"Mau ngomong apa?" Tanya Ayana to the point.

Gadis itu sedikit merapikan anak rambutnya.

"Saya ga ada apa-apa sama Putri. Dia yang goda saya duluan, tapi saya gamau. Terus, dia maksa buat ngelap keringet saya, jadi tangan nya saya tepis."

"Terus saya mau samperin kamu di depan gerbang rumah, tapi kamu udah ada disana duluan." Rangga berujar dengan suara lucu. Layaknya seorang anak, tengah mengadu kepada sang Ibu.

Menggulung lengan kaosnya, sampai batas pundak. "Oke, emang tu cewek ganjen minta dikasih pelajaran."

Rangga mencekal lengan Ayana, mencegah Istrinya supaya tidak pergi. "Mau kemana?"

"Kasih bogeman mentah ke si Putri, lah! Berani-beraninya dia godain kamu."

"Gausah. Nanti kamu kenapa-napa,"

Ayana berdecak. "Lagian kamu, sih! Punya muka tuh jangan ganteng-ganteng amat! Kan, jadi banyak yang naksir!

Menoel pipi Ayana. "Tapi aku sukanya cuma sama kamu doang."

Pipi Ayana memerah. Dengan wajah salting nya, ia meninju pelan perut Rangga. "Ah! Jadi baper, deh!"

Rangga menahan senyum melihat respon Istrinya yang menurut dia menggemaskan. Dengan gemas, ia menarik Ayana kedalam pelukan nya.

"Gemes banget, sih!" Ucap Rangga gemas. Ia dengan cepat mengecupi kedua pipi, juga dahi Ayana.

"Aaa . . jangan dicium terus!" Ayana memprotes.

"Kenapa? Cantiknya ga bakal ilang."

Ayana menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rangga. Membalas pelukan pria itu. "Ah! Jadi salting,"

Rangga memeluk Ayana erat. Membuat gadis itu sedikit mengaduh. "Eh, jangan kenceng-kenceng meluknya, perut aku kegencet."

Mengurai pelukan nya. "Lupa,"

Ayana tertawa. "Kayaknya, anak kamu minta dicium sama Papanya, nih."

Tersenyum miring. Ia lantas berjongkok, memposisikan wajahnya tepat di depan perut buncit Ayana.

Dikecupnya perut Istrinya perlahan. "Kamu cemburu, karena Papa cium Mama kamu terus, hm?"

Ayana mengulum senyum. Ia mengelus rambut Rangga. Terselip perasaan haru di hatinya.

"Nanti kalo kamu udah lahir, Papa bakalan ciumin kamu terus, sampe pipi kamu penyok."

"Jangan ngadi-ngadi, ya!" Ayana berujar garang.

Sedang asyik mengelus perut Ayana, suara panggilan dari depan rumah membuat kedua insan itu menoleh.

"Siapa?" Tanya Ayana.

Rangga mengedikkan bahu. "Gatau. Bentar, saya liat."

Berjalan keluar, guna melihat siapa tamu yang datang hari ini. Setelah mengetahui siapa tamu nya, Rangga dengan tampang malas membalikan badan nya.

"Eh! Tunggu!" Putri mencekal lengan Rangga.

Rangga menghempaskan tangan Putri kasar. "Pergi dari rumah saya!"

"Aku kesini cuma mau nganterin kue. Dibikinin sama Mama, khusus buat kamu." Putri menyodorkan sebuah box kecil kepada Rangga.

"Gausah. Makasih."

"Eh, tunggu dulu. Ak-"

"LO NGAPAIN KESINI, HAH?!" Suara Ayana menggelegar, memotong ucapan manja Putri barusan.

Menuding Putri dengan raut wajah garang. "Lepasin, lengan Suami gue!"

"Lo Istrinya Rangga?" Tanya Putri kepada Ayana.

Rangga beralih ke samping Ayana. Dielusnya pundak gadis itu menyuruhnya sabar.

Ayana mengangkat dagu. "Iya! Kenapa?"

Melihat penampilan Ayana dari atas, hingga bawah. "Bocil banget," Putri mencibir.

Ayana melotot. "Heh, Tante girang! Inget umur! Rangga ini udah punya Istri! Dan Istrinya itu gue! Jadi, mending lo jauh-jauh deh dari dia."

"Gue gak percaya kalo lo itu, bener-bener Istrinya Rangga."

Ayana mengelus perutnya. "Nih, gue lagi hamil anaknya dia. Masih kurang?"

"Siapa tau lo hamil diluar nikah, terus lo ngaku-ngaku in Rangga yang hamilin lo, supaya dia yang tanggung jawab. Iya, kan?"

Dada Ayana bergemuruh. Tangan nya terkepal. "Jaga ya mulut, lo!"

Rangga menahan Ayana yang hendak maju untuk membogem si Putri. "Udah, sabar."

"MANA BISA GUE SABAR HADEPIN NI, CEWEK?!" Bentak Ayana kasar kepada Rangga.

"Apa, hah? Lo takut sama gue?" Ucap Putri dengan nada mengejek. "Cih, bilang aja kali."

"Anjing, ya, lo!" Ayana mengumpat.

"Jangan ngomong kasar, Ayana." Rangga menegur.

"Sini, lo!" Ayana menuding Putri. Ia tak menghiraukan teguran Rangga.

Putri maju. "Apa?!"

Ayana mendorong bahu Putri, sampai membuat gadis itu hampir terjungkal ke bawah.

Putri mengetatkan rahang. Ia balik mendorong bahu Ayana tak kalah keras. Ayana yang tak siap dengan dorongan Putri, terjungkal ke belakang.

Alhasil punggung nya menubruk pagar kaca. Mata Rangga melebar. "AYANA!"

Ayana mengerang. "A-awshh . . "

"Kamu kenapa?" Rangga bertanya dengan nada khawatir.

"P-punggung aku perih." Ayana meringis menahan perih yang menjalar di area punggung nya.

Rahang Rangga mengeras. Ia menatap tajam Putri. Berjalan mendekati gadis itu.

"Anda, silahkan pergi dari rumah saya! Kalo sampe Istri saya, sama bayi nya kenapa-napa, anda akan tanggung akibatnya."

Bulu kuduk Putri meremang. "A-aku gak sengaja."

Rangga mendorong Putri agar segera minggat dari teras depan rumahnya. "PERGI!"

Dengan gestur ketakutan, Putri berlari kecil pergi dari halaman Rangga.

Sepeninggal gadis cengcorang itu, Rangga dengan sigap menggendong Ayana untuk dibawa masuk ke dalam.

"Mana yang sakit?" Tanya Rangga, setelah ia mendudukkan Ayana di sofa ruang tamu.

"Shh . . punggung."

Rangga dengan cepat membuka kaos belakang Ayana guna melihat punggung gadis itu lecet atau tidak.

Namun sedetik kemudian, kening nya mengkerut. "Ga ada luka."

Ayana nyengir. "Emang ga ada, ehehe."

"Hah?"

"Gimana? Akting aku tadi bagus, gak?" Ayana menaik turunkan kedua alisnya.

Rangga menghembuskan napas. "Gak lucu."

"Aku tadi, cuma pengen tau aja gimana kalo kamu marah. Ternyata nyeremin juga, ya." Ayana mendempetkan badan nya ke samping Rangga.

"Lain kali jangan kayak gitu lagi. Kamu ngebuat saya khawatir."

"Ciee . . khawatir." Ayana menoel pipi Rangga. "Lagian, ini juga salahnya cewek ganjen itu, sih. Biar tau rasa dia habis kena prank."

"Nanti kalo kamu, sama anak kita kenapa-napa gimana?" Rangga tetap khawatir dengan keadaan Ayana.

Ia tak memperdulikan cewek kegatelan itu. Sejujurnya, hari ini juga kali pertama ia bertemu si Putri.

Gatau juga kenapa tu cewek tiba-tiba jadi sasaeng.

Ayana mengelus perutnya. "Dia kuat, kok. Kayak Papanya."

Rangga menampilkan smirk nya. "Kuat diranjang."

"CK! KAMU GAUSAH MULAI, YA!"

***

hai!

maaf, kemaren gabisa buat double up, soalnya aku ga sanggup

maaf yaa (๑´•.̫ • '๑)

jadinya up sekarang aja deh

gimana buat part ini?

feel nya agak kurang ngena g sie?

next kapan lagi nih?

yuk, bisa yuk, bantu lapak ini sampe 50k pembaca (っ˘̩╭╮˘̩)っ

jangan lupa vote sama komen yya, bebih!

seu next part💓🌿

diketik dengan 1238 kata.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 22.6K 25
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
43.3K 9K 30
❝Berawal dari tetanggaan.❞ [Non Baku-Completed] ⚠️ {Romance, comedy, drama, angst} Tetangga nyebelin sih udah biasa- "MAS ELANG! INI ANAK SIAPA?!" "M...
1.6M 80.1K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
121K 7.9K 51
AWAS BAPER ⚠️ "Suka sama Om-Om? Bodoh amat. Orang gue yang suka," kata Rani kesal. Menyukai seseorang tidak ada salahnya, kan? Lagipula itu adalah h...