Pak Linggar

By rammdinn

1.7M 141K 1.5K

[TAMAT] cerita ini santai minim konflik untuk penghilang penat:) *** Rheta Amanita L, mahasiswa semester tiga... More

00
01. pagi yang buruk
02. pak dosen idola?
03. kecelakaan
04. diperiksa pak dokter
05. modal pdkt
06. temu kangen
07. masalah baru
08. malaikat tanpa sayap
09. phone
10. no more excuses
11. happiness
12. kembali ngampus
13. mall
14. poor Arumi
15. cat cafe
16. mba Riri
17. akhir (tak) bahagia
18. nasi goreng
19. kebodohan yang haqiqi
20. hey siapa dia
21. Bisma sialan
22. tanpa judul
23. sugar baby
24. dapat(kan) ijin papah
25. malam berbintang
26. kembang api
27. aku yang salah
28. best vren
29. andai aku bisa
30. video call
31. pak Linggar sakit
32. agresif
33. spesial undangan
35. birthday party
36. tembok transparan
37. jodoh orang
38. semakin rumit
39. hancur
40. perjanjian tanpa sadar
41. chill dren
42. titik terang bukan
43. pecah
44. doi ngambek
45. ditelpon Mamah
46. di waktu yang singkat ini
47. kita kembali
48. hanya mimpi
49. perundingan meja makan
50. the end
51. hari yang cerah
52. sisi buruk pak Linggar
53. hadiah indah
54. katanya mau pergi
55. pesan terakhir
the last
extra part
extra part lagi
extra part dulu
extra part terus
yuk yuk extra part nih
extra part lagi astogel
mabok extra part:")

34. cemburu tanda cinta

20.9K 1.8K 19
By rammdinn

ga tau mulmednya cocok apa engga.

aku lagi suka lagi ituu🙂

happy reading !!

***

RHETA POV

Aku kesiangan lagi teman-teman!!!!

Sial. Mana hari ini ada praktek juga. Ah berasa de javu. Tapi bodo amatlah! Mikirin sampe kampus tepat waktu aja udah pusing.

"Sarapan dulu Rheta!"

"Ga sempet Mah! Aku duluan!"

Mampir ke dapur sebentar, sekedar nyium pipi Mamah lalu aku balik lagi lari keluar rumah. Mobilku udah stay di depan pintu.

"Makanya jangan kebo!"

Aku mendengus meski sambil terus berlalu.

"Mamah yang ga hafal jadwal aku!!"

Setelahnya ga kedengeran lagi suara Mamah. Aku langsung masuk ke mobilku, membunyikan klakson pada pak sopir yang tadi berjaga.

"Makasih pak!"

Aku pun tancap gas sedalam-dalamnya. Anjay. Bakat balapku harus keluar lagi nih.

Aku sampai di kampus selang 20 menit kemudian. Dengan tentengan di tangan yang seabrek, aku lanjut lari menuju kelas.

Bangsul. Capek bangett.

Untung ga bawa tikus kaya waktu itu.  Aku cuma praktek kimia hari ini.

"Ashh!"

Jas labku terjatuh ke lantai. Bukannya langsung diambil, aku malah pake acara misuh dulu.

"Kenapa harus jatoh sih! Arrghh!"

Baru mau merunduk, buat ambil itu jas tiba-tiba ada tangan yang menahan pundakku. Satu tanganmya lagi mengambil jasku yang tergeletak di lantai.

"Kesiangan lagi."

Aku menatap tajam ke orang itu. Tanpa ba-bi-bu, aku mengambil jas putih itu ditangannya.

"Makasih," ucapku judes. Lalu aku berlari menjauh dari pak Linggar.

"Selesai praktek ke ruangan saya! Saya tunggu!"

Aku mengabaikan seruan dari pak Linggar. Masih kesel sama yang semalem. His. Aku kesiangan gini juga gara-gara dia, kalo kalian mau tau!

Gara-gara dia aku nangis bombai semalem. Terus selesai nangis aku harus tetep nyelesain laporan praktek itu juga. Double shit pokoknya.

"Rheta sini gue bantu!"

Aku melirik sebentar temenku itu. Sambil sibuk ngatur napas, kuserahkan tasku yang isinya kitab-kitab suci setebel dosanya Arumi itu.

"Huh. Huh. Huh."

"Udah kan? Ayo ke lab. Kelas udah kosong aja."

Temen sekelasku itu bantu bawain kotak praktekku. Sementara aku yang jujur ini napas masih setengah, sibuk pakai jas dan menguncir rambut.

Bersyukur bangettt, sampai lab dosennya ternyata belum hadir. Jadi aku bisa baca-baca ulang yang semalem udah aku hafalin untuk pre-test hari ini.

***

Selesai praktek kimia, dapet nilai pre-test bagus. Bukannya seneng, aku masih aja badmood. Aku kan harus ke ruangannya pak Linggar.

Ingin banget ga dateng tapi dia bilang bakalan nunggu.

Aku tau rasanya nunggu cong! Dan itu ga enak. Makanya bete banget harus ke sana.

Dengan lemah, letih, lesu, aku pun bergerak mengetuk pintu ruangan pak Linggar.

Tok tok tok.

"Masuk!"

Aku membuka pintu itu.

Cklek.

Apa-apaan nih?!

Lagi-lagi aku dibuat kesel sama pak Linggar. Arrghh. Ga tau harus gimana. Bingung. Ada Kinan di rungan pak Linggar saat ini. Lalu tujuan dia nunggu aku di sini buat apa?! Pamer kalo ada Kinan yang bawain bekel?!

"Bangke," gumamku mengumpat.

"Sini duduk Rheta."

Aku hanya menatap datar ke arah pak Linggar dan Kinan secara gantian.

Seolah ngerti arti tatapan mataku, pak Linggar tiba-tiba berkata. "Ki lo harus ke kantor. Ada berkas yang asisten gue kirim."

Kinan melayangkan protes ke pak Linggar. "Kok sekarang sih? Ga bilang-bilang dulu lo mah."

"Sorri Ki. Baru banget inget tadi."

"Ck. Yaudah deh."

Aku masih nyimak. Walaupun rasanya ingin banget keluar dari ruangan ini, tapi posisinya pak Linggar sekarang udah nahan tangan aku biar ga bisa keluar ruangan.

Ck. Apalagi kalo bukan rese banget namanya?!

"Gue balik."

Pak Linggar mengangguk ke arah Kinan.

"Aku duluan Rheta."

"Hm."

Setelah pintu kembali tertutup, aku langsung digiring pak Linggar masuk semakin dalam ke ruangannya. Kami sama-sama duduk di sofa yang ada di ruangan ini.

"Mukanya bete gitu, kenapa?" tanya pak Linggar.

Aku berdecih. Pake nanya!

"Saya ada salah? Dari kemarin saya telponin ga diangkat terus."

"Sibuk."

"Sibuk ngapain, hm? Nulis laporan sesibuk itu memang?" Pak Linggar terang-terangan meledekku dengan tersenyum jail.

Ish. Pengen gue grauk itu muka.

Watados amat sihh!!

"Saya ga tau salah saya di mana. Saya ga punya keahlian membaca pikiran orang. Makanya saya tanya ke kamu."

"Jadi bilang ya kal--"

"SAYA BENCI PAK LINGGAR!!!"

Hiks.

Lahhh kok gue malah nangis??

Agaknya pak Linggar sama heran-herannya melihat aku yang tiba-tiba nangis gini. Kamprettt.

"Ba-bapak ngeselin. Rese banget. Suka bikin saya muring-muringan kaya orang gila."

Hiks.

"Saya benci bapak...." Aku mencicit diakhir kalimat. Lalu nunduk dalem-dalem buat nutupin mukaku yang udah banjir gini.

Malu banget sumpah. Apalagi sekarang pak Linggar natap aku ga bisa biasa.

Hiks.

"Ga usah liat-liat!"

Aku mendorong pipinya agar menoleh ke samping. Pasti mukaku jelek banget sekarang, sampe pak Linggar ga berpaling gitu.

"Gausah ketawaaa!" jeritku sebal. Mendadak aku berhenti nangis. Iyalah ngapain dilanjutim bodoh. Udah tau malu.

Pak Linggar pun berhenti ketawa.

"Untung ruangan saya kedap suara Rheta," katanya serius tapi muka tengilnya ga ilang.

"Bodo amat!"

"Galak banget. Kalo cemburu bilang dong."

"Idihhhhhh." Mataku langsung mendelik kaget. Bener amat sih tebakannya!

"Ngaku..."

Aku masih diam. Tidak mau ngaku.

"Apa mau saya panggilan Kinan suruh ke sini lagi, hm?"

"Jangann!!!" Selakku langsung.

Pak Linggar kembali terkekeh.

"Jadi beneran cemburu?"

Sial. Harus ngomong apa nih, masa jujur sekarang.

"Kok diem?"

"Ck. Tau ah! Saya ada kelas!" bohongku padahal biar bisa kabur aja.

"Tunggu, saya kan belum selesai."

Aku terpaksa kembali duduk di sofa karena ditarik lagi sama pak Linggar. Hih. Kalo gini caranya bisa ketauaan ntar.

"Ngaku dulu. Cemburuan banget kan, sama Kinan?"

"Saya udah ditunggu di kelas pakkk." Aku masih berusaha mengelak.

"Kamu sekarang ga ada kelas, Rheta. Baru ada nanti, 2 jam lagi."

"Kok bapak bisa tau jadwal kelas saya sih! Bapak penguntit ya?!"

Pak Linggar menggeleng polos. "Saya dikasih kampus. Mana mungkin saya tolak."

Iihhhhh. Tanganku sampai terkepal sangking gemasnya ingin nampol tapi takut kualat. Dia lebih tua dari aku manteman! Aku juga lupa kalau diakan dosen kelasku juga.

"Kamu beneran ga mau ngaku?" Muka pak Linggar berubah lesu.

"Yaudah gapapa kalau belum mau ngaku. Tapi jangan cuekin saya lagi ya," pintanya keliatan sungguh-sungguh. "Saya bingung kalo kamu ngambek gitu. Padahal saya butuh banget kamu, tapi buat denger suara kamu aja, kamu menolak."

Apa pak Linggar kecewa karena aku ga ngaku kalau cemburu? Nada bicaranya beda banget. Kaya kecewa campur sedih.

Apa segitu pentingnnya aku dihidup dia?

Grtt grttt

Ups. Bunyi apaan tuh??

"Kamu laper Rheta?" tanya pak Linggar langsung.

Suasana yang awalnya muram kini kembali bersinar. Barusan itu suara perut aku yang minta di isi.

Sialan!

Aku cuma bisa nyengir kepergok laper sama pak Linggar.

"Pasti belum sempet sarapan kan tadi?"

Lagi-lagi reaksiku macam orang idiot. Aku cuma bisa ngangguk patuh.

Pak Linggar lantas tertawa lepas.

"Duhh gemesin banget. Pengen saya cium tapi saya cuma dosen kamu," kata pak Linggar disela-sela ketawanya.

Nyindir apa gimana nih??

"Kamu makan dulu di sini ya? Makan masakan Kinan. Baru kembali ke kelas."

------------

hiyah 🙂







Continue Reading

You'll Also Like

1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.8K 125 31
JUAN MAHENDRA sang ketua osis yang berwajah tampan dan juga bertubuh tinggi. Bertemu dengan gadis cantik dan mungil bernama JASMINE gadis cerewet yan...
8.7K 723 36
*Mohon kesediaannya buat follow ya, biar makin semangat update cerita. Thank you ☺️* Repotnya ketika santri jatuh cinta. Tak bisa melakukan apapun se...
659K 34.1K 50
"Dia..." "Dia suamiku." Setelah mengucapkan itu Kiara segera tertunduk. "Apa?!" "Kita pulang sekarang." Tanpa kelembutan sama sekali, Azka menarik...