Raiden. (SUDAH TERBIT)

By auraagsnnda_

6.2M 640K 82.6K

"Gengsi dan cinta di waktu yang sama." Bagaimana rasa nya di posisi seorang Alena Darendra, menjadi satu-sat... More

PROLOG.
Raiden-chapter 1
Raiden-chapter 2
Raiden-chapter 3
Raiden-chapter 4
Raiden-chapter 5
Raiden-chapter 6
Raiden-chapter 7
Raiden-chapter 8
Raiden-chapter 9
Raiden-chapter 10
Raiden-chapter 11
CAST☁️
Raiden-chapter 12
Raiden- chapter 13
Raiden-chapter 14
Raiden-chapter 15
Raiden-chapter 16
Raiden-chapter 17
Raiden-chapter 18
Raiden-chapter 19
Raiden-chapter 20
Raiden-chapter 22
Raiden-chapter 23
Raiden-chapter 24
Raiden-chapter 25
Raiden-chapter 26
Raiden-chapter 27
Raiden-chapter 28
Raiden-chapter 29
Raiden-chapter 30
Raiden-chapter 31
Raiden-chapter 32
Raiden-chapter 33
Raiden-chapter 34
Raiden-chapter 35
Raiden-chapter 36
Raiden-chapter 37
Raiden-chapter 38
Raiden-chapter 39
Raiden-chapter 40
Raiden-chapter 41
Raiden-chapter 42
Raiden-chapter 43
Raiden-chapter 44
Raiden-chapter 45
Raiden-chapter 46
Raiden-chapter 47
Raiden-chapter 48
Raiden-chapter 49
Raiden-chapter 50
Raiden-chapter 51
Raiden-chapter 52
Raiden-chapter 53
Raiden-chapter 54
Raiden-chapter 55
Raiden-chapter 56
Raiden-chapter 57
SELESAI
VOTE COVER🐥
RAIDEN PRE-ORDER

Raiden-chapter 21

96.2K 9.9K 472
By auraagsnnda_

Hello♂️

•••

"Abang?" Lirih alena.

Alena berjalan pelan hendak memeluk devan namun ia tercekat mendengar nada ketus yang keluar dari mulut devan.

"Gausah teriak berisik. Jangan harap gue mau meluk lo." Kata devan ketus lalu berjalan menaiki tangga atas.

Alena menunduk kepala dengan tangan menautkan jari-jarinya. "Alena kira abang pulang mau ketemu alena. Mungkin abang ada kerjaan, mana mungkin juga mau nemuin aku." Lirih gadis itu menghapus jejak air mata membasahi dipipi.

Gadis itu menghembus nafas kasar. Lalu berjalan masuk kedalam kamar untuk membersihkan diri.

Kepergian bundanya mungkin masih membekas di hati devan. siapa yang tidak sakit jika ditinggal dengan seorang ibu? Sosok manusia berhati malaikat untuk semua anak. Kasih sayang, kehangatan, itu semua kita bisa dapat dari seorang ibu. Semua itu azine berikan pada anak-anaknya. Azine adalah sosok ibu yang tak pernah membentak atau kasar pada anak-anaknya, sama seperti geno suaminya juga tak pernah kasar pada azine dan anak-anaknya.

Bagi orang tua, anak itu seperti berlian yang harus dijaga. Mereka rela bertukar posisi jika sang anak sedang sakit. Mereka rela melakukan apapun bahkan nyawa mereka menjadi taruhan. Azine dan geno adalah orang tua terbaik bagi Devan dan alena. Namun sayang, Tuhan sang pencipta lebih menyayangi azine lalu semesta membawanya kembali pada sang pencipta.

Bukan hanya devan yang terpuruk atas kepergian sang bunda.

Alena lebih merasakan sakit. Apalagi rasa bersalah yang selalu menghantuinya. Bentakan devan sewaktu dulu masih tergiang-ngiang dalam pikirannya. Bentakan itu selalu muncul sebagai mimpi buruk alena.

"LO YANG BIKIN BUNDA PERGI ALENA!"

"KENAPA BUNDA? KENAPA GAK LO AJA!"

"ARGH!"

"GUE BENCI LO ALENA!"

"Bunda...," Lirih alena menarik kuat rambutnya.

Didalam kamar alena meringkuk diatas lantai ia menangis sejadi-jadinya dalam diam, agar devan tak mendengar tangis pedih itu.

"Ke-napa bang devan jahat bu-nda? dulu bang devan eng-gak gitu," ucap alena serak terisak dalam tangis.

"Kalo bisa ganti posisi, alena mau. Alena yang pergi jangan bunda!" Racau alena semakin kuat menarik rambutnya.

"Hiks...hiks, bunda..., alena mau bunda! alena mau bunda!" Racau alena semakin terisak kuat.

"Alena mau dipeluk sama bunda lagi. Alena mau bunda! arghh!" Alena mengacak rambut kasar. Nafas gadis itu memburu dengan mata merah sembab.

Alena mengusap air mata kasar, ia berjalan pelan menuju balkon kamar. Gadis itu mencoba menenangkan diri dengan melihat bundanya melalui bintang, benda langit yang sangat indah. Sama seperti bundanya.

"Selamat datang bintang."

"Sinarmu sudah menerangi langit malam indahku."

"Terimakasih sudah menemaniku malam ini."

"Jenguk aku setiap malam ya."

"Karena aku akan merindukkanmu jika kau tidak ada satu hari pun."

"Itu sama saja aku tidak dapat bertemu dengan bundaku."

Alena tersenyum getir lalu menutup buku yang selalu ia simpan dimeja balkon. Buku itu berisi curahan hati alena tentang kehidupan nya sepanjang ini hingga sekarang.

"Terimakasih bintang, alena sayang bunda."

***

Alena berjalan menuruni anak tangga, wajah gadis itu tak seperti biasanya. Muka pucat dan bibir pucat ditambah mata sembab karena semalaman menangis.

Terdapat tiga orang lelaki tengah duduk diatas meja makan.

"Selamat pagi." Kata alena dengan senyum manisnya.

"Pagi!" Jawab samudra dengan senyumnya.

"Hm." Jawab raiden berdehem pelan.

Devan tak menghiraukan alena ia sibuk makan dengan tablet ditangan. Terlihat sangat sibuk jadi alena tidak mau menggangu.

Alena mendudukan diri disebelah lelaki datar berstatus pacarnya. Lalu menyendok sarapan masakan bi marti.

"Gue kekantor." Kata devan lalu bergegas pergi begitu saja.

"Makan, jangan diaduk." Kata raiden datar.

Alena larut dalam lamunan hanya sesuap nasi masuk dalam mulutnya sungguh ia sangat tidak mood pagi ini.

"Awh!" Ringis alena karena mendapat sentilan keras pada keningnya.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan raiden. "Sakit ih!"

"Lo lama, ayo udah telat." Raiden berjalan duluan keluar.

"Tungguin dong!" Alena buru-buru mengambil tas. Memang raiden sungguh menyebalkan!

"Bang sam alena berangkat." Alena mendekat pada samudra lalu memeluk lelaki itu sebentar.

"Jangan sedih lagi, jangan dengerin omongan gila abang lo. Dia cuma butuh waktu al." Samudra mengusap kedua bawah mata sembab alena.

"Iya, makasih abang baik sama alena,"

"Jangan nangis lagi, jelek. Kalo butuh temen curhat kekamar tamu aja, gue tidur disana males tidur sama si batu es," ucap samudra terkekeh.

Alena tertawa pelan. "Iya makasih abang! alena berangkat dulu ya tata!"

***
Alena menghampiri raiden yang sudah terduduk manis diatas motor. "Raiden ayo berangkat!"

"Lama," ucapnya datar.

"Gak sabaran ih jadi orang." Alena beranjak naik keatas motor lelaki itu lalu memakai helm agar aman.

"Pegangan," titah raiden.

Alena melingkar tangan pada perut lelaki itu, alena bersandar pada punggung tegap raiden dan memeluknya erat. Lelaki ini, lelaki yang mampu menghantar kenyamanan dan membuat alena merasa aman. Lelaki terbaik.

Raiden mengusap jari mungil milik alena. Ia tahu gadisnya sedang tidak berbaik hati. Raiden tahu alena pasti sedang sedih. Kembalinya devan bukan berarti membuat alena senang justru membuat kepedihan dihati gadisnya.

Raiden akan mengembalikan kebahagian alena. Ia tak suka jika gadisnya bersedih meski satu hari pun. Tak akan ia biarkan itu.

***
Raiden mengantar alena tepat ditempat duduk gadis itu. Perlakuan raiden hari ini membuat alena sangat bingung, sidatar bisa semanis ini?

Bahkan ia sekarang duduk ditempat dira, menunggu hingga bel masuk, mau nemenin alena katanya. Jika bel masuk belum terdengar raiden tak akan beranjak dari situ.

"Raiden aku udah dikelas, kamu kekelas kamu sana ih." Alena menoel pelan bahu lelaki itu.

Raiden menggeleng kepala pelan. "Enggak mau."

"Terus kalo dikelas kamu ada guru gimana? bolos lagi?"

"Biarin," jawabnya acuh.

Alena menghembus nafas kasar, jika raiden sudah seperti ini tak ada yang bisa membantahnya.

Raiden diam dengan pandangan lurus kedepan. Alena merenggut kesal. "Katanya mau temenin tapi diem kaya patung aja!" Batin alena.

"Kamu kenapa diem aja? katanya mau temenin kok diem?" Tanya alena.

"Terus?" Raiden menaik alis satu.

"Cerita kek apa gitu, kamu ngomong aja ih susah banget kaya bayar aja."

"Ehm," ia berdehem pelan. "Semalem gue liat kucing," ucap raiden.

"Terus?" Tanya alena mulai tertarik. Sepertinya raiden akan mulai bercerita jarang-jarangkan.

"Ya liat aja, diatas loteng rumah tetangga. Lucu kucingnya," jawab raiden santai.

Alena mengusap dada sabar, ekspetasinya terlalu tinggi pada lelaki ini. "Terus gue--"

Alena membekap mulut raiden. "Diem aja kamu bagus gak usah ngomong. Nyebelin!"

Dengan jahil raiden menjilat tangan alena membuat gadis memekik kesal. "Raiden jorok ih tau gak!" Kesalnya.

Kring...kring...

"Udah bel, sana kekelas kamu." Alena mendorong pelan bahu lelaki itu.

Raiden bangun dari duduk lalu mendekatkan diri pada alena. "Jangan sedih lagi." Katanya mengusap kepala alena pelan.

Cup.

Raiden mengecup pipi alena cepat. "Gue kekelas, jangan sedih nanti kita jalan-jalan." Kata raiden lembut lalu pergi keluar dari kelas alena.

Ketiga sahabat alena dibelakang sudah mencak-mencak ditempat. Pagi-pagi sudah melihat seperti itu.

"OMAYGAT ALENA LO YANG DICIUM GUE YANG BAPER!" Teriak rella heboh.

Alena menutup wajah dengan buku, memang raiden suka modus tidak tahu tempat. Gila saja ia mencium alena didalam kelas dalam situasi ramai teman-temannya.

Banyak bisikan-bisikan teman-temannya atas kejadian tadi. Tidak perkataan pedas namun lontaran godaan pada alena.

Membuat gadis itu semakin bersemu malu.

"Raiden ih nyebelin!!!"

•••

To be continue.

Semoga suka<3.

Maaf kalo ada kurang ya gais, aku berusaha untuk buat cerita ini sebagus mungkin.

Makasih yang udah mampir!!!<3

















Continue Reading

You'll Also Like

298K 12.4K 32
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
1.2M 112K 59
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
425K 44.5K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
520K 25.7K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...