Ar|kan|tan

By TasGucci_29

15 1 0

Hanya sebuah kisah tentang dua remaja kembar, Arkan dan Artan, yang masih asik berselancar dengan masa remaja... More

Hari Pertama Mos
Kakak Negara
Berandal Tapi Beriman
Save Artan
Absurd Teacher
Kompak

Buk Ica

0 0 0
By TasGucci_29

Kembali pada hari senin. Hari yang didamba-damba dan yang ditunggu-tunggu banyak orang terutama murid sekolah. Ya seperti double A ini.

Ini masih jam 4.55 subuh. Lalu apa yang mereka lakukan?

Duduk diam dipinggir kasur dengan wajah bantal dan rambut acak-acakan. Jangan lupakan sedikit aliran sungai yang sudah kering di sudut bibir keduanya.

Mereka sudah bangun sekitar 10 menit yang lalu namun yang mereka lakukan hanya bermenung. Arkan bilang ingin mengumpulkan nyawa, sedangkan Artan masih sibuk mengingat-ingat mimpi apa dia malam tadi.

"Woi! Kembar setan! Cepetan elah. Semuanya udah nungguin di mushallah!" teriak Ziqa dari luar kamar si kembar.

Iya, mereka mau shalat subuh berjamaah, tapi si kembar malah belum keluar dari kamarnya.

"Batal deh wudhu gue," keluh Ziqa.

Duar! Duar!

Tendangan yang cukup kuat pemirsa.

"Cepetan turun!" teriak Ziqa lagi.

Gadis bar-bar itu segera pergi dari sana menuju mushollah.

Arkan yang sadar lebih dulu segera menyeret kembarannya menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Terlalu dingin mandi pagi-pagi begini.

Jangan sampai nanti Yang Mulia Ratu turun tangan untuk membangunkan mereka berdua.

Selesai, mereka turun menuju mushollah dengan wajah yang lebih segar. Tentunya sudah lengkap dengan baju koko, sarung serta kopiah hitam di kepalanya.

Sekilas terlihat seperti ustad muda yang sedang naik daun, tapi sayang, si kembar akhlakless.

Rutinitas sedari mereka kecil. Shalat berjamaah lalu tadarus setelahnya. Bunda Adara dan Ayah Andra memang mewajibkan itu pada anak-anaknya. Bahkan si kembar dan Ziqa sudah hapal 30 juz Al-Quran di umur 7 tahun.

Tapi Bunda Adara tidak mengerti kenapa anak-anaknya pada berandal semua. Tapi, lagi, kata Ayah Andra, nggak masalah berandal asal jangan maksiat. Hukuman Tuhan itu lebih berat dari pada hukuman manusia.

*****

Seragam rapi, rambut klimis, atribut lengkap, wangi, dan tentunya wajah yang tampan.

Oke, si kembar sudah siap pergi sekolah.

Jalan beriringan menuju meja makan yang sudah diisi oleh ayah sama adiknya. Sedangkan bunda masih sibuk menyiapkan sarapan.

"Pagi all."

"Morning semuanya."

Nah itu dia si kembar kita. Kenapa bahasa inggrisnya setengah? Karena biar adil, itu kata Artan.

"Sok rapi banget di rumah. Lima langkah dari rumah aja ilang itu dasi," cibir Ziqa tanpa menatap kedua abangnya itu.

Punya adik seperti Ziqa yang nyinyirnya minta ampun itu memang harus ekstra sabar. Tapi buat kembar itu nggak apa-apa, hitung-hitung ngurangin dosa yang udah numpuk.

"Adek mulutnya minta di amplas pake kulit duren ya? Licin bener perasaan," ucap Artan sambil tersenyum manis dengan matanya yang melotot.

"Apa melotot-melotot!" ketus Ziqa garang.

"Dih, apaan. Abang lagi merem tuh, tuh." Artan ngedip-ngedip jijik ke Ziqa.

"Alay banget punya abang," ucap Ziqa sinis.

"Apa lo bilang!"

"Artan."

Tuh 'kan, tetap Artan yang bakal salah. Dan kalau udah diintruksi sama Yang Mulia Ratu, Artan udah nggak bisa ngegas lagi.

"Kalau kalian berantem terus, Ayah nggak kasih uang jajan ya," ucap sang kepala keluarga.

Uang jajan adalah kelemahan kaum-kaum seperti Artan. Dari pada mengambil resiko besar, lebih baik mengikuti jalur utama, yaitu nurut.

Arkan sendiri hanya diam di tempatnya. Sudah terlalu hapal dengan ancaman sang ayah, maka dari itu dia hanya mencari aman sejak awal.

*****

Hari senin ini adalah minggu kedua mereka sekolah. Dan ini adalah upacara pertama mereka setelah sekolah. Senin yang lalu tidak ada upacara karena hujan deras.

Keadaan barisan kelas lain sudah tenang, rapi dan terlihat khidmad. Sedangkan kelas di mana penghuni-penghuninya adalah preman pasar, tidak bisa diam sedari bel berbunyi.

Ada yang dorong-dorongan karena tidak mau di posisi paling depan, ada yang sibuk berlindung karena panas, ada yang sibuk kehilangan topi, ada yang sibuk meminta di pasangkan dasi, ada yang bergosip, dan banyak lagi.

Tingkah mereka semua tidak lepas dari tatapan tajam para guru yang berbaris di depan mereka. Dalam hati masing-masing guru itu pasti sudah merapalkan berbagai macam kata pujian dalam bentuk yang lebih kasar, singkatnya cacian, pada warga X IPA 4.

"Eh, lo jadi bawa bekal 'kan hari ini?" tanya salah satu dari mereka pada temannya.

"Hari ini ada pr gak?" tanya yang lain.

"Perasaan kemarin badan lo agak berisi deh. Kok hari ini udah makin berisi aja?" Itu Artan sambil merangkul bahu Paul yang memang memiliki tubuh sedikit gemuk.

"Sembarangan lo!" kesal Paul malah membuat mereka tertawa.

"Lain kali kalau ada yang ngomong kayak gue tadi, jangan itu jawabnya," ucap Artan setelah puas tertawa.

"Trus?" Itu Wales yang ikut nimbrung.

"Jawab aja. Makanan gue kelas bintang 5 semua, gitu," lanjut Artan dan Paul hanya mengangguk polos.

"Gitu ya?" gumamnya.

Wejangan gratis nan bermakna dari seorang Artan pagi ini.

Mereka terus fokus pada kegiatan masing-masing sampai tidak sadar sang wali kelas sudah ada di depan barisan mereka.

Memang, seluruh wali kelas diwajibkan berbaris bersama muridnya untuk mengawasi.

"Dengerin Ibuk sini," intruksi sang wali kelas.

"Buk, kita gak ikut upacara aja ya. Panas Buk," ucap salah satu siswi dan diangguki yang lainnya.

"Ya makanya dengerin Ibuk dulu," ucap Buk Ica.

Iya nama wali kelas mereka itu Buk Ica, panjangnya Ananda Zulya. Katanya ini adalah tahun pertama dia menjadi wali kelas. Kalau dilihat-lihat Buk Ica ini memang masih muda dan cantik, tubuhnya juga kecil-kecil lucu. Kalau Artan berdiri di samping Buk Ica, maka Buk Ica akan terlihat seperti adiknya.

Tapi kalau ada orang yang bertanya, maka Artan akan dengan bangga menjawab bahwa Buk Ica adalah pacarnya.

Oke, terserah Artan saja.

"Jam ke tiga, kalian kosong hari ini. Mau ikut Ibuk nggak nanti?" tanya Buk Ica.

Mereka tampak berfikir terlebih dahulu memikirkan untung ruginya.

"Di jamin nggak rugi deh," ucapnya lagi seolah tau apa yang mereka pikirkan.

"Ya udah Buk, kita ikut," ucap Arkan selaku ketua kelas.

"Oke. Syaratnya cuma jangan terlalu bar bar. Mudah 'kan?" ucap Buk Ica tersenyum manis.

Mereka sudah menduga kalau akan ada syarat semacam itu.

"Ibuk bilang, jangan terlalu 'kan Buk?" tanya Caramel dan Buk Ica mengangguk.

"Berarti boleh Buk?" Itu Jihan yang nanya dan lagi Buk Ica cuma ngangguk.

"Asal jangan sampai diprotes sama Kepala Sekolah aja," ucapnya lagi.

Mereka semua mengangguk setuju. Itu tidak sulit, jangan terlalu bar-bar dan jangan sampai diprotes kepala sekolah. Itu hal yang mudah.

Intruksi dari pembawa acara membuat semua diam. Barisannya lebih rapi dari pada tadi. Komandan pasukan, kali ini Sagas yang di tunjuk, berdiri didepan barisan untuk menyiapkan barisan. Sedangkan Buk Ica sudah berdiri diujung kiri barisan.

Kelas di sebelah hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Ada yang takjub karena bisa menjinakkan preman pasar seperti warga X IPA 4, ada juga yang iri karena ingin mendapat wali kelas seperti Buk Ica juga. Jarang ada wali kelas yang bisa mengerti jiwa-jiwa nakal seperti mereka ini.

*****

Upacara sudah selesai. Dan warga ipa 4 itu total menurut pada perkataan Buk Ica. Meskipun mereka tetap tidak bisa diam, tapi setidaknya itu tidak terlalu fatal, dan tidak sampai diprotes kepala sekolah, hanya dilirik-lirik tajam sedikit dan menyindir sedikit. Itu tidak termasuk protes 'kan?

Dan di jam ke tiga ini, Buk Ica ada di kelas memberi intruksi.

"Di sini ada yang ke taman belakang nggak sebelumnya?" tanya Buk Ica dan beberapa orang mengangkat tangan termasuk si kembar dan Wales.

"Jangan bilang kalau Ibuk ngajak kita ke sana, Buk," ucap Anggun dan Buk Ica mengangguk.

"Ngapain Buk?" tanya Meika bingung.

Pasalnya tidak ada hal menarik di sana.

"Ada deh. Ikut aja, yuk," Buk Ica berjalan lebih dulu keluar kelas.

"Ikut nggak nih?" tanya Devin pada mereka semua.

"Berapa jam, kosongnya?" Ayana bertanya.

"Tiga jam-an lah," jawab salah satunya.

"Lama bener. Bisa modar kelamaan di kelas," timpal yang lain.

"Ya udah, ikut aja. Gue penasaran Buk Ica mau ngapain," ucap Artan akhirnya.

Sang ketua kelas hanya mengangguk menyetujui.

Baru saja mereka ingin keluar, tiba-tiba Buk Ica kembali berdiri di ambang kelas.

"Ada bawa baju olahraga nggak?" Mereka hanya mengangguk.

"Ganti baju ya. Ibuk tunggu 20 menit. Nggak mau tau pokoknya," ucap Buk Ica dan segera pergi dari sana tanpa berkata apa-apa lagi.

"Lah, Buk Ica gimana?" protes Jihan.

"Udahlah ikutin aja. Yang cewek duluan ya. Tutup gordennya, kita yang cowok bakal jaga di luar. Habis itu gantian." I
tu si ketua kelas kita.

Mereka hanya mengangguk patuh.

Jika ingin tau, di sekolah ini warga Ipa 4 hanya patuh pada sang wali kelas dan si ketua kelas. Hanya dua orang itu.

Tidak sampai 20 menit, mereka sudah selesai mengganti baju dan sudah berkumpul di taman belakang.

Di sana, Buk Ica sedang menunggu mereka di salah satu bangku taman sambil bermain ponsel. Buk Ica ternyata juga sudah berganti baju.

"Buk, kita ngapain di sini?" tanya Ayana duduk di samping Buk Ica.

Buk Ica memperlihatkan sebuah foto di layar ponselnya.

"Cantik 'kan?" tanyanya setelah semuanya dapat melihat gambar tersebut.

"Bentar, jangan bilang ...."

Jihan menggantung ucapannya dan Buk Ica hanya mengangguk.

"Gimana kalau kita rombak taman ini? Seru pasti. Terserah deh kalian mau bikin kayak gimana. Yang penting, ini bisa jadi markas kita," jelas Buk Ica menatap mereka satu persatu.

Reaksi kaget dan tercengang mereka seketika digantikan oleh binar bahagia di mata mereka semua.

Seketika jiwa-jiwa seni mereka menggebu-gebu, mereka itu suka berkreasi.

"Let's go!!" teriak mereka semua serentak.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

332K 17.9K 32
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...
53.9M 4.4M 69
Serial adaptasi kini sudah tayang di Vidio! Gini rasanya jadi ISTRI seorang santri ganteng mantan badboy>< buruan lah mampir, siapa tau suka. F...
414K 33.7K 42
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
2.1M 74.8K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...