Atlantas & Arabella

By badgrik

23.2K 2.2K 1.1K

Mini Extra Part Atlantas & Arabella || "Karena kamu adalah milikku." Baca selagi on going || Update sesuai ta... More

01 • Cemburu
02 • Dasi
03 • Pantai
04 • Lebaran 1
05 • Lebaran 2
07 • Kisah Mereka
08 • Hilang
10 • Ketakutan Atlantas
09 • Sakit
12. Kegiatan Akhir Pekan
11. Panti Asuhan

06 • Kiss

2.1K 218 159
By badgrik

Atlantas menggeram pelan. Abel sudah menjadi candu tanpa henti untuknya. Belum pernah ia rasakan sensasi hangat dengan menggebu-gebu di tengah dinginnya AC seperti ini.

“Kak ...,” lirih Abel. Saat ciuman panas itu terlepas.

Atlantas menatap dalam kedua netra Abel dengan napas memburu. Kedua tangannya masih setia menumpu badan agar tidak menimpa Abel yang terbaring berantakan di bawahnya. Wajah memerah itu malah membuat hormon Atlantas semakin menjadi-jadi.

Atlantas hampir gila dalam kubangan nafsunya sendiri.

“Kak Atlas, baik-baik saja?” tanya Abel.

Atlantas memejamkan kedua mata kala tangan Abel menyentuh lembut rahangnya.

“Aku tidak baik-baik saja,” jawab Atlantas, jujur.

“Kenapa?” tanya Abel, lagi.

“Karena kamu.”

Atlantas kembali membuka mata. Ia merendahkan wajah agar bisa mencuri ciuman di bibir ranum Abel di sela-sela berbicara.

“Kamu tau, kamu candu untukku,” ungkap Atlantas. Tiba-tiba saja tatapan Atlantas jadi menyendu. “Dan aku takut akan menyakitimu.”

“Kak Atlas ngomong apaan, sih.” Abel tertawa pelan. “Selama ini Kak Atlas sudah menjadi orang yang baik untuk Abel. Kak Atlas juga nggak pernah sakitin Abel, kan.”

“Bukannya nggak pernah, tapi belum,” lirih Atlantas. “Aku benar-benar takut.” Atlantas menenggelamkan wajahnya di leher Abel.

“Abel akan baik-baik saja.”

Atlantas mengangguk pelan dengan posisi yang tidak berubah. Abel jadi merasa geli, namun ia diam saja.

“Mungkin Kak Atlas kecapekan, terus ngomongnya mulai melantur. Jadi, mari kita tidur.”

“Hm.”

“Minggir dulu. Abel sesak kalau kayak begini.”

Dengan patuh Atlantas mengikuti instruksi Abel hingga kini mereka berhadapan dengan Abel yang berbaring menggunakan bantalan lengan Atlantas.

“Tidur duluan,” titah Atlantas.

Abel tersenyum manis. “Kak Atas tau, kan, kalau Abel percaya penuh dengan Kak Atlas. Jadi, jangan takut, ya. Abel yakin kok kalau Kak Atlas bisa mengatasinya,” ucap Abel penuh makna.

“Tadi aku ham—”

“Tapi, Abel dapat menghentikannya, kan?”

Atlantas mengangguk. ”Maaf kalau aku lancang.”

Abel paham dengan ketakutan Atlantas. Nyaris saja beberapa saat yang lalu Atlantas melewati batas-batas mereka selama ini. Untung saja Abel dapat menghentikannya.

Abel memejamkan kedua mata. Masih terekam dengan jelas saat bibir Atlantas menyapu leher dan bahunya yang sudah ter-ekspos.

Atlantas seperti kehilangan kendalinya sendiri. Tidak bosan-bosannya ia mengecap bibir manis Abel yang terbuka sedikit. Siap menerima gigitan-gigitan kecil ataupun belitan lidah darinya.

“Kak .... ” Napas Abel terengah-engah. Namun Atlantas tidak kunjung menghentikan kegiatannya.

Salah satu tangan Atlantas mulai aktif. Mengusap lembut dan pelan pipi Abel, kemudian turun ke leher dan terakhir memeluk posesif pinggang ramping cewek tersebut dengan ciuman yang semakin panas dan dalam.

Akal sehat Atlantas seperti jauh dari sang empu, sehingga membuat cowok tersebut semakin semangat menyatukan bibirnya ke bibir Abel.

“Ahhh .... ”

Desahan pelan lolos dari mungil Abel kala Atlantas melepaskan ciuman mereka dan langsung menggigit ujung telinga Abel dengan basah.

Abel mencengkram kuat rambut Atlantas.

“Kamu nikmat,” ucap Atlantas serak. Tatapannya menggelap dengan seringaian tipis.

Abel tidak mampu melakukan apapun. Atlantas memberikan kecupan-kecupan ringan di sepanjang leher dan bahunya, bahkan sampai pergelangan tangan. Namun ujung-ujungnya akan kembali ke bibir.

Atlantas memiringkan kepala. Menekan tekuk Abel guna memperdalam ciuman kesekian kalinya itu. Lidahnya membelit lidah Abel dengan pelan, mengajaknya berliuk-liuk dengan mesra dalam rongga mulut.

“Kak ... stop.”

Abel memejamkan kedua matanya erat. Merasakan lumatan Atlantas kian cepat dan kasar.

“Eungghhh, Kak Atlas ... stop, please.”

Atlantas menggeram dan ciuman itu terhenti seketika.

Abel mengigit bibirnya bawahnya. Dasar mesum! Bisa-bisanya adegan panas tersebut membayangi malamnya. Abel jadi merasa malu sekaligus berdebar. Tanpa sadar Abel bergerak gelisah dalam pelukan Atlantas.

“Diam, Bella, atau aku akan berubah pikiran.”

🏍️🏍️🏍️

Abel mendesah pelan. Rasanya ia ingin menghilang saja dari Bumi saat ini. Ini semua akibat ciuman panas malam tadi. Abel benar-benar dibuat lupa daratan oleh Atlantas.

“Malu banget,” gerutu Abel. “Malam tadi Abel nggak bau mulut, kan?”

Lagi dan lagi Abel mendesah pelan dengan wajah lesu. Meratapi nasibnya yang sungguh memprihatinkan. Abel bahkan tidak sanggup untuk bertatap muka dengan Atlantas pagi ini. Maka dari itu, yang Abel lalukan hanya bersembunyi di dalam kamar mandi sambil menggerutu.

“Kak Atlas sudah bangun nggak, ya.” Abel jadi bimbang. “Tapi, nanti Kak Atlas juga pasti cari-cari Abel, kan? Nggak ada gunanya juga buat sembunyi.”

Abel hanya perlu bersikap biasa-biasa saja dan harus berani menghadapi Atlantas.

Dengan pelan Abel membuka pintu, namun betapa terkejutnya Abel saat melihat Atlantas yang sudah berada di depan pintu dengan keadaan setengah telanjang.

“Kak Atlas! Pasang bajunya, cepat!”

Greb

Atlantas langsung memeluk Abel dengan erat. Perasaannya jadi berkecamuk.

Napas Atlantas terdengar ngos-ngosan. “Jangan hilang lagi.”

“Ab-Abel nggak hilang. Abel cuman ke kamar mandi.”

“Dari tadi aku panggil-panggil nggak ada respon. Aku pikir kamu pergi.”

“Jangan panik.”

“Nggak bisa!” Atlantas semakin mengeratkan pelukannya.

Abel hanya tertawa. Hilang sudah beban yang sedari tadi mengganjal dirinya. Kini, Abel merasa lebih lega. Sepertinya Atlantas juga tidak akan membahas ciuman malam tadi.

“Yaudah, Kak Atlas pasang baju dul—”

Atlantas tiba-tiba saja tersenyum sembari mengelus leher Abel.

“Ternyata malam tadi aku buat banyak tanda, ya.”

Kedua pipi Abel langusng memerah. Dengan keras Abel memukul lengan Atlantas.

“Kak Atlas, mesum!”

Abel keluar dari kamar dengan gugup. Atlantas benar-benar membuat jantungnya jumpalitan sepagi ini.

Sedangkan Atlantas tersenyum tipis. Ia benar-benar tidak sanggup untuk berpisah dengan Abel, barangkali sejenak saja. Saat pagi tadi saja—Atlantas bangun dengan keadaan ranjang yang kosong sebelah, rasa khawatir terhadap Abel langusng menggerayangi dirinya. Perasaan takut, cemas, hampa, semuanya bercampur jadi satu.

Atlantas tidak bisa tanpa Abel.

“BELLA, AYO CIUMAN LAGI!”

“DALAM MIMPIMU!”

“Kamu tau, kan, aku nggak suka penolakan, hm.”

“Nggak usah hm hm hm gitu! Damage-nya bikin Abel ketar-ketir.”

Atlantas tertawa pelan. Abel itu sangat menggemaskan menurutnya.

“Ayo, sekali lagi,” ajak Atlantas, sengaja.

“Nggak mau! Nggak mau! Kak Atlas mesum!”

Atlantas menggelengkan kepalanya. “Sini, bantu aku siap-siap. Kita berangkat ke Bandung hari ini juga.”

🏍️🏍️🏍️

Astagfirullah, keep halal brother. Kenapa cepat banget sih komentarnya jebol. Nggak nyangka secepat ini. Huhuhu, senang banget. Terima kasih buat kalian yang sudah meninggalkan jejak di cerita ini ><

Sesuai janji, kalau dah jebol komentarnya, aku akan auto update.

Kali ini 150 komentar gimana? Siap, spam next?

See u next part 👩‍❤️‍💋‍👩

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 114K 43
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
485K 53.1K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
258K 24.3K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...