MALAIKAT BERNODA [✓][CheolHan...

By Akiraa8

7K 733 205

Dia bukan malaikat penyelamat, tapi iblis jahat yang membuatmu tersesat. ••• More

⚜01. Makan Hati Berulam Jantung
⚜02. Malang Tak Berbau
⚜03. Manikam Sudah Menjadi Sekam
⚜05. Mandi Berendam Tak Basah
⚜06. Masuk Sepuluh Keluar Lima
⚜07. Mandi Dalam Cupak
⚜08. Manis Daging
⚜09. Malu Tercoreng Di Kening
⚜10. Masak Di Luar Mentah Di Dalam [END]

⚜04. Maksud Bagai Maksud Manau

425 71 16
By Akiraa8

"Nenek, sebenarnya aku seharusnya datang ke desa ini kemarin. Tapi ternyata, warga desa ini sedang melakukan kegiatan yang tak aku ketahui apa. Tapi yang past---"

Sebelum Angel melanjutkan perkataannya, Nenek Laras sudah lebih dulu menutup mulutnya dengan salah satu tangan. Nenek itu berusaha untuk memberhentikan pertanyaan Angel, sebelum ada yang mendengarnya.

"Tapi kenapa aku tidak boleh bertanya?" tanya Angel.

"Ada beberapa bahasan yang tidak boleh kau bicarakan di desa ini. Bisa gawat jika ada warga desa yang mendengar. Hati mereka sensitif dan senang bergosip," kata Nenek Laras.

Angel melirik ke kiri dan kanannya. Dia memberitahu sang nenek, "Nek, tidak ada satu orang pun yang ada di luar rumah. Mereka tidak mungkin mendengar apa yang aku katakan."

Nenek Laras terdiam, dengan mata yang menelusuri sekilingnya. "Berhati-hatilah. Terkadang apa yang tak bisa kita lihat, bisa membahayakan keselamatan kita."

"Di desa ini semuanya harus diwaspadai. Tanah, batu, angin, atau bahkan pohon. Semuanya bisa memiliki telinga, untuk mendengar informasi baru," jelas Nenek Laras.

Ucup mengerti apa yang disampaikan Nenek Laras. Oleh karena itu, dia memilih untuk menutup bibirnya rapat-rapat. Sembari menyenggol lengan Angel. Ucup memberitahu, "Nenekmu benar. Di sini kau harus berhati-hati. Banyak sekali mata-mata tak terlihat."

Angel merasakan bulu kuduknya merinding. Jika bukan karena berita yang menjelek-jelekkan namanya, Angel tak akan sudi tinggal di desa seperti ini. Terlebih lagi ada beberapa hal janggal, yang mengusik pikiran dan hati Angel. Bisakah dia bertahan di desa ini?

•••

Hari kedua menghirup udara di desa Bentang. Di pagi hari, hati Angel menenang. Dia berdiri di dekat jendela yang terbuka, sembari menarik dan mengeluarkan napas. Sudut bibirnya terangkat ke atas, dengan helaian rambut yang tertiup angin pagi. Sejujurnya, tinggal di desa ini tidak buruk juga. Terlepas dari keanehan yang menyambut Angel saat datang kemarin.

Sayangnya sudut bibir Angel hanya bisa bertahan beberapa saat saja. Dia tidak memiliki teman untuk mengobrol atau mencurahkan isi hatinya. Neneknya pergi bekerja di kebun. Sementara Ucup sudah pergi sejak pagi-pagi sekali. Sekarang hanya ada Angel, seorang diri yang sedang mencari ketenangan.

Awalnya Angel menawarkan diri untuk bekerja dengan sang Nenek. Sayangnya, sang Nenek menolak mentah-mentah tawarannya. Nenek Laras ingin Angel beristirahat setelah rumor besar yang sempat menjatuhkan mental Angel.

"Di sini jaringan kadang muncul dan kadang tidak muncul. Aku memerlukan waktu yang lama, untuk bisa menghubungi Ibu," gumam Angel.

Di saat Angel sedang terdiam, dengan tatapan kosong ke depan. Tanpa sadar, jari jemarinya menyentuh perut rata miliknya. Sudut bibir Angel semakin turun ke bawah. Dia merindukan saat di mana perut itu masih berisi buah hati kecilnya. Namun, sekarang. Semuanya telah berubah. Bahkan, suaminya sendiri menyingkirkannya begitu saja.

"Para penggosip itu memang benar. Aku tidak pantas menjadi seorang Ibu. Aku bahkan tak bisa menjaga malaikat kecil, yang aku kandung. Ibu tidak berguna," gumam Angel.

Satu tetes air mata jatuh ke pipi Angel. Berulang kali Angel menahan air mata itu untuk tidak keluar. Namun, tetap saja. Mata Angel tak bisa diajak kerja sama. Semakin Angel menghapusnya, semakin juga air mata terus keluar dengan derasnya.

Ketika kesedihan memenuhi benak Angel. Tiba-tiba Angel merasakan angin dingin menusuk ke dalam tulangnya. Angin ini berbeda dari angin biasanya, karena membuat bulu kuduk Angel berdiri. Wanita itu terdiam, kemudian mendengar suara bisikan halus tepat di sampingnya. "Patuhi perintahku, dan aku akan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milikmu."

Spontan, Angel langsung melirik ke kanan. Dia memelototkan mata, karena tak menemukan siapa pun di sampingnya. "Siapa ... siapa orang yang baru saja berbisik padaku?" gumam Angel.

Angel menyentuh keningnya sendiri. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Dengan jari jemari yang bergetar hebat. Angel yakin, ada seseorang yang baru saja berbisik padanya. Suara bisikannya bahkan masih terngiang-ngiang di kepalanya. Apa Angel hanya salah mendengar saja? Namun, kenapa bisikan itu terasa begitu nyata?

Buku kuduk Angel berdiri, membuat tangan Angel memeluk tubuhnya sendiri. Wanita itu mengusap-usap bahunya, dengan pandangan menelusuri ke setiap sudut rumah Nenek Laras. Andai saja, sang nenek ada di rumah. Dia mungkin tidak akan kesepian seperti ini. "Nenek menyuruhku untuk tetap diam di sini. Tapi aku tak bisa diam. Aku ingin menyusul Nenek pergi ke Kebun. Tapi Nenek menyuruhku untuk tetap diam."

Rasa takut, tak membuat Angel pergi dari rumah sang Nenek begitu saja. Wanita itu mengeluarkan napas panjang, dengan tubuh bergetar hebat. Wanita itu berniat mencari pekerjaan rumah untuk dikerjakan. Namun, yang dia temukan malah sebuah kotak bekal makan siang, milik sang Nenek.

"Tampaknya Nenek melupakan kotak bekal makan siangnya. Dia sudah tua, wajar saja pelupa, " gumam Angel.

Tak butuh waktu lama, untuk membuat Angel memikirkan sebuah ide. Wanita itu menarikkan sudut bibirnya ke atas, kemudian berkata, "Aku bisa menggunakan alasan ini, untuk pergi keluar rumah."

Tanpa menunggu waktu terbuang sia-sia. Angel langsung mengambil kotak bekal makan siang Nenek. Dia masih mengingat jelas, jalan kecil menuju kebun milik Nenek Laras. Jarak antara rumah dan kebun tidak jauh. Hanya saja, perjalanan menuju tempat itu harus membuat Angel melewati pemukiman penduduk.

Pada siang hari, semua warga bekerja sesuai pekerjaan mereka masing-masing. Tak ada yang aneh dari mereka semua. Beberapa dari orang-orang itu bahkan tersenyum ramah ke arah Angel. Mereka menebarkan perasaan diterima, yang membuat Angel nyaman sedikit demi sedikit.

Di saat Angel berjalan melewati kantor desa, Angel kembali mendengar suara-suara aneh. Kali ini, dia mendengar suara tawaan seorang anak diiringi dengan suara tangisan. Kedua suara itu bersatu menjadi satu, sampai membuat indera pendengaran Angel terganggu.

"Dari tadi aku terus mendengarkan suara-suara bisikan tak jelas. Tampaknya aku harus memeriksa telingaku pada dokter," niat Angel kemudian melanjutkan perjalanannya.

Baru saja Angel berjalan selangkah. Matanya langsung memelotot, melihat sebuah penampakan anak kecil yang berlari ke arahnya. Anak itu berlari tanpa menggunakan mata. Dia tidak bisa menahan larinya, saat di depannya terhalangi oleh Angel.

"Tuyul!" teriak Angel ketakutan.

Anak yang disebut tuyul itu menabrak tubuh Angel. Sampai kotak bekal makan siang yang dipegang Angel terjatuh ke tanah. Begitu juga dengan terjatuhnya tubuh Angel dan tubuh anak itu. "Dino bukan Tuyul! Nama Dino, Dino! Pokoknya Dino! Tapi bukan Dinosaurus!" gerutu Dino.

Angel mengedipkan mata beberapa kali, mendengar pengakuan anak di depannya. Dia pikir, Dino adalah Tuyul, karena anak itu berkulit putih dengan baju putih dan tubuh kecil. "Ah, Maafkan aku," kata Angel.

Ketika Angel berniat mengambil kotak bekal makan siangnya, Dino sudah lebih dulu berdiri. Anak itu berniat berlari, sebelum terdengar suara Ucup yang memanggilnya, "Dino! Berhenti! Jangan bermain-main sekarang! Papa banyak kerjaan!"

Angel mengernyitkan kening, melihat Ucup berlari ke arahnya. Dia akhirnya menyadari jika Dino adalah putra Ucup. Sebisa mungkin, Angel berlari menuju Dino. Setelah itu, dia menangkap tubuh Dino, untuk diserahkan kepada Ucup.

"Lepaskan Dino! Dino ingin bermain kejar-kejaran dengan Papa Dino!" gerutu Dino.

Ucup segera berlari menghampiri Dino dan Angel. Dengan napas terengah-engah dia berkata, "Terima kasih sudah menangkap anak nakal ini. Seharusnya pengasuh Dino tidak membiarkan dia pergi menyusulku ke sini."

"Tapi Dino rindu Papa! Dino ingin bermain dengan Papa!" gerutu Dino.

Ucup langsung mengangkat tubuh Dino. Dia menggendong tubuh kecil anak itu, kemudian berkata, "Tidak sekarang. Banyak sekali pekerjaan yang harus Papa lakukan. Lain kali saja, ya?"

"Tidak mau! Dino ingin bermain di desa ini!" kukuh Dino.

"Tidak bisa. Kau harus pulang," elak Ucup.

Dino menangis kencang, menghasilkan suara yang tak enak didengar. Ucup menghela napas panjang. "Baiklah, aku akan menyuruh pengasuh untuk mengajakmu bermain di desa ini."

"Dino bosan bermain dengan pengasuh!" tolak Dino.

Angel tiba-tiba menawarkan, "Jika Dino mau, Dino bisa saja dititipkan padaku. Aku sangat kesepian di rumah, setidaknya suara anak ini akan mengurangi kesepian rumah."

Ucup berpikir beberapa menit. Dia ingin menolak, tapi Dino sudah bersemangat dengan tawaran Angel. Anak kecil, itu mengangguk setuju kemudian menjulurkan tangannya di depan Angel. Dino meminta Angel untuk menggedongnya, sebelum Ucup menolak tawarannya. "Dino ingin bermain! Dino bosan di rumah terus!"

"Jangan begitu Dino. Kau tak boleh menyusahkan orang lain," kata Ucup.

"Pokoknya Dino ingin bermain!" Tangisan Dino kembali mengganggu indera pendengaran. Tanpa ragu, Angel meminta Ucup menyerahkan anak kecil itu ke dalam gendongannya. "Percaya padaku. Aku sudah lama ingin bermain dengan anak kecil," kata Angel.

Permintaan Angel membuat Ucup luluh. Mau tak mau pria itu memberikan Dino pada Angel. Sudut bibir Angel terangkat ke atas. Dia merasakan perasaan senang, ketika jemari tangannya bisa menyentuh seorang anak. "Anak nakal ini memiliki wajah yang enak dipandang. Aku tebak istrimu pasti sangat cantik."

Perkataan Angel membuat Dino menurunkan sudut bibirnya. Berbeda lagi dengan Ucup yang tersenyum kikuk. "Sebenarnya Dino bukan anak kandungku. Dia anak sahabatku yang sudah meninggal."

Angel langsung meminta maaf pada Dino sekaligus Ucup. Dia baru mengetahui fakta ini. "Maaf, maafkan aku."

Ucup menggelengkan kepala. "Tidak papa. Wajar, karena aku tidak memberitahumu sebelumnya. Namun, walaupun Dino bukan anak kandungku, aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri."

Angel menganggukkan kepala. "Kalau begitu, bagaimana tentang istri---"

Belum sempat Angel melanjutkan perkataannya, Ucup sudah lebih dulu berkata, "Aku sudah bercerai dengan istriku."

Lagi-lagi Angel meminta maaf. Wanita itu menepuk bibirnya beberapa kali. Karena rasa penasaran, dia jadi banyak bertanya kepada Ucup. Namun, hal itu tidak membuat Ucup keberatan. Pria itu masih menunjukkan kedua lesung pipinya. Kemudian bertanya, "Kau sedang apa ada di jalan seperti ini? Padahal aku baru saja ingin berbicara dengan kepala desa ini."

Angel baru menyadari jika dia harus mengantarkan kotak bekal milik Neneknya. Dia kemudian melirik ke bawah, mencari-cari kotak bekal makan siangnya yang terjatuh. "Di mana kotak bekal itu?"

"Kau mencari apa?" tanya Ucup.

"Aku mencari kotak bekal makan siang milik Nenekku. Hari ini aku ingin mengantarkan makan siangnya ke kebun," jelas Angel.

Ucup membantu Angel untuk mencari kotak itu. Mata keduanya memelotot, melihat sebuah kotak makan siang, yang sudah terbuka dan jatuh ke tanah. Ucup bertanya dengan ragu, "Apa itu kotak bekalnya?"

Angel menganggukkan kepala. Bentuk kotak bekal makan itu memang persis sama seperti kotak bekal Neneknya. Hanya saja, di dalam kotak itu terdapat beberapa potongan daging mentah dengan cairan merah yang kental.

"Apa-apaan ini?"

•••

Maksud bagai maksud manau❞ : Menghendaki sesuatu yang tidak mungkin tercapai

Continue Reading

You'll Also Like

328K 1.7K 15
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
7.1M 349K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.8M 86.8K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
367K 28.4K 37
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...