Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :
@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12
9k vote + 20k komen untuk next!
Komen tiap paragraf, ya! 😍
ABSEN DULU PAKAI NAMA MINUMAN KESUKAAN KALIAN!
*****
"Mukanya Eksa pasti masih sakit, ya?" tanya Ilona pada kekasihnya itu yang baru saja pulang sekolah bersama sahabat-sahabatnya yang lain.
"Marvel 'kan pernah bilang kalau dia mau hajar Reksa kalau sampai buat lo nangis, Na," terang Canva.
"Tapi, Eksa 'kan nggak salah," balas Ilona.
Marvel menatap gadis itu datar. "Setelah bikin lo nangis, itu namanya apa?"
"Apel kan emang gitu. Jahat, nyeremin, galak, pantesan nggak ada cewek yang mau sama dia. Zura aja takut ngeliatnya," ceplos Azura yang tengah sibuk membuka bungkus permennya.
Ucapan gadis itu langsung mendapat toyoran di kepalanya dari Samuel. "Diem lo, Bocah."
"Baby El jahat! Kita belum nikah aja udah KDRT kayak gini," ujar Azura seraya mengusap kepalanya yang terasa lumayan sakit.
"Emang siapa yang mau nikah sama lo? Ogah," tolak Samuel mentah-mentah.
"Awas kalau suatu saat nanti lo berubah jadi bucin. Gue tandain muka lo, Bos," ancam Marvin dengan wajah dibuat seserius mungkin.
"Mau gue patahin leher lo?!" Samuel melotot galak.
Marvin meringis. Samuel selalu terlihat menyeramkan jika sudah mengucapkan kalimat keramatnya itu.
Areksa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka. Ia kembali menatap Ilona yang menyenderkan tubuhnya di senderan tempat tidur. "Marvel bener. Gue salah, Na."
"Harusnya lo bilang aja kalau diancem bokapnya Ilona. Siapa tahu kita bisa bantu," ujar Canva pada sahabatnya itu.
"Ilona aja nggak boleh deket sama kita semua. Gue nggak bisa ngapa-ngapain selain nurut. Dari pada Ilona dibawa pergi." Areksa tersenyum. Ia mengusap puncak kepala Ilona pelan. "Jangan bahas itu lagi. Gue benci kalau inget perkataan gue ke Ilona kemarin."
"Maafin bokap gue, ya?" pinta Ilona.
"Nggak masalah. Kita ambil hikmahnya aja. Lo bisa belajar dari kesalahan dan Om Rean sama Tante Gina bisa berubah jadi lebih baik," jawab Areksa. Ia menatap sahabatnya secara bergantian. "Sori, gue ngecewain kalian semua."
Marvin yang duduk di sebelah Areksa itu menepuk pundak cowok itu pelan. "Lo nggak sepenuhnya salah, Sa."
"Lupain masalah ini, kita fokus ke hal yang lain. Kemarin, gue sama Marvel sempet ngobrol berdua bahas masalah teror yang ganggu kita akhir-akhir ini," ujar Samuel mulai mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Raut wajah mereka bertujuh langsung berubah serius. Samuel berdeham pelan. "Kalian masih inget waktu Ilona pernah dapet teror di kamar mandi sekolah?"
Canva membulatkan matanya. "Inget! Gue inget!" balasnya heboh.
Mereka semua mengangguk kompak.
"Kalau dipikir secara logika, dari mana peneror itu tahu kalau Ilona mau ke kamar mandi?" tanya Samuel.
Areksa memandang Samuel dengan kening mengerut. "Kenapa kita baru sadar?"
"Gue tau!" ujar Ilona membuat yang lain menatap ke arahnya penasaran. "Waktu itu ada pemeriksaan dan gue lagi pakai rok yang terlalu pendek."
"Terus gimana?" tanya Marvin penasaran.
"Waktu Eksa sama OSIS lainnya dateng ke kelas, tiba-tiba aja Seano kasih rok ke gue. Gue nggak tau dia dapet rok itu dari mana. Yang jelas, karena waktu itu gue lagi butuh banget, jadi gue terima aja pemberian rok sekolah dari dia," jelas Ilona.
"Seano? Kasih lo rok sekolah?" tanya Samuel.
Ilona mengangguk. "Iya, dia kasih rok itu ke gue."
"Aneh," gumam Marvel.
"Apa ...." Farzan menghentikan ucapannya. Matanya memandang satu persatu ke arah yang lainnya. "Kalian pasti paham sama pikiran gue."
"Kita cek ke rumahnya sekarang," putus Samuel seraya berdiri dari duduknya.
"Lo tau alamatnya?" tanya Marvin.
"Gue tau," balas Marvel membuat mereka semua memutuskan untuk benar-benar pergi ke rumah Seano.
"Kita semua pergi ke sana?" tanya Areksa.
"Kita berenam," jawab Samuel.
"Baby El, Zura gimana?" tanya Azura saat Samuel sudah bersiap untuk pergi dari kamar Ilona.
"Lo di sini aja jagain Ilona. Om Rean sama Tante Gina lagi ada masalah di perusahaannya dan Alana lagi pergi les," perintah Samuel yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari Azura.
"Di luar ada satpam. Kalau ada apa-apa langsung panggil dia, Ra," imbuh Areksa memberi tahu Azura.
Sebelum pergi, Areksa terlebih dahulu mengusap kepala Ilona. "Bentar, ya, Cantik. Jangan ke mana-mana."
*****
"Pagarnya kebuka doang nih? Kok nggak ada yang jaga rumahnya?" Canva bertanya bingung saat mereka semua sampai di rumah Seano.
"Pintunya juga kebuka. Mungkin aja dia ada di rumah," balas Areksa seraya menunjuk pintu utama rumah milik Seano yang terbuka.
"Kita wawancarai dia langsung," balas Samuel. Cowok itu turun dari atas motor, diikuti oleh yang lainnya. Mereka semua mengikuti ketua mereka dari belakang.
Samuel memencet bel rumah yang tertempel di samping pintu. Cowok itu menekannya beberapa kali, tetapi tidak kunjung mendapatkan jawaban.
"Langsung masuk aja, El. Kelamaan," ujar Areksa tidak sabaran.
"Nggak sopan lo!" tegur Canva.
"Nggak usah pencitraan." Marvin menoyor kepala sahabatnya itu lumayan keras.
"Berisik," ujar Marvel. Tanpa banyak bicara, cowok itu pun memimpin masuk ke dalam rumah. Suasana rumah Seano terlihat begitu sepi dan sunyi. Sepertinya, cowok itu hanya tinggal sendirian.
"Sepi amat. Lo yakin ini rumahnya Seano?" tanya Farzan agak ragu.
Marvel menatap malas ke arah sahabatnya itu. "Lo pikir, gue ngasih info yang salah?"
"Iya juga sih. Lo orangnya teliti banget soalnya," balas Farzan.
"Kayaknya dia nggak ada di rumah," ujar Areksa dengan mata yang meliar ke seluruh penjuru ruangan.
"Nggak ada di rumah atau kabur?" Marvel menaikkan sebelah alisnya.
"Kalau kabur, itu berarti Seano bener-bener ada sangkutpautnya sama peneror itu," balas Marvin mulai berpikir.
"Tapi ... kalau Seano emang ada hubungannya sama teror yang kita dapet selama ini, kenapa dia nggak pernah coba nyakitin Ilona padahal mereka sering berdua?" Farzan beropini.
Mereka semua terdiam dengan pikiran di kepala masing-masing. Beberapa detik setelahnya, fokus mereka buyar saat terdengar dering telepon milik Samuel. Ketia dari Diamond itu buru-buru mengambil ponselnya yang ada di saku celana. Tanpa lama-lama, Samuel segera mengangkat telepon yang masuk itu.
"Halo, Ra?"
"Aku ... aku minta maaf. Zura nggak bisa jagain Ilona ...."
Samuel mendadak panik setelah mendengar perkataan Azura yang diiringi isak tangis. "Ngomong yang jelas."
"Ta-tadi ada dua orang pakai baju item-item. Terus ... di-dia bawa Ilona pergi. Waktu Zura mau ngejar dia, Zura malah didorong, hiks. Maaf ...."
"Shit!" umpat Samuel membuat yang lain menatap bingung ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Areksa yang langsung peka.
"Ilona diculik," balas Samuel membuat mereka semua membulatkan mata kaget.
*****
Azura meringkuk di sudut ruangan. Barang-barang di kamar Ilona terlihat berantakan dengan pecahan kaca yang bercecer di mana-mana. Enam inti Diamond itu terkejut dengan apa yang mereka lihat. Apa lagi ketika mereka melihat Azura yang tengah ketakutan sembari menangis kencang.
"Kenapa bisa kayak gini?!" tanya Samuel setengah emosi. Cowok itu berjalan cepat menghampiri Azura yang masih tetap menundukkan kepala.
"Maaf. Jangan marahin Zura," ujar Azura disertai iringan isak tangisnya. Sekujur tubuh gadis itu bergetar hebat.
Areksa mengacak rambutnya kesal. "Ceritain kenapa Ilona bisa sampai dibawa pergi."
Azura mendongakkan pandangannya takut. Wajah gadis itu terlihat memerah dan basah karena menangis. "Aku nggak tau, tiba-tiba ada dua orang dateng ke sini. Terus tiba-tiba Ilona digendong sama mereka. Aku udah teriak minta tolong tapi mereka cepet banget. Satpam di depan juga pingsan. Bahkan mereka sampai pecahin kaca dan lukain tangan Zura ...."
Azura menyodorkan kedua telapak tangannya yang berlumuran dengan darah. Samuel yang melihat itu pun terkejut bukan main. Ia segera menarik tangan gadis itu untuk dilihatnya.
"Ra, ini parah," kata Samuel dengan wajah panik.
Azura menggelengkan kepalanya seraya menarik tangannya kembali. "Ini nggak ada apa-apanya. Yang kasian itu Ilona, dia dibawa pergi waktu lagi sakit. Bukan cuma itu, dia juga ditampar keras banget waktu Ilona coba hajar mereka."
"Astaga Ilona ...." Areksa meraup wajahnya gelisah.
"Kita minta bantuan tetua buat kali ini," ujar Marvin mengusulkan.
Samuel mengangguk setuju, begitu pun dengan yang lainnya.
"Kita kumpulin seluruh anggota Diamond dan purna angkatan satu di markas buat cari Ilona," perintah Samuel. Mereka yang berada di sana mulai menghubungi seluruh anggota Diamond untuk berkumpul.
"Ikut gue. Tangan lo luka." Samuel merangkul pundak Azura untuk dibawanya ke klinik terdekat.
*****
Banyak yang dm ke aku, katanya tinggal di Malaysia. Siapa aja yang dari sana? Nanti aku tanyain bisa apa nggak kirim paket ke luar negeri 🤍
Aku kasih spoiler ada merchandise apa aja di PO AREKSA nanti. Untuk harga dan gambarnya ditunggu, ya! Masih dalam proses 🥰
Pilih paket yang mana nih kira-kira? 😍
Uang THR nya sisain buat jemput AREKSA, ya 🤍🤍🤍
Spam pakai #SiapPerangPOAREKSA yang banyak di sini!
KALAU MAU TAU SPOILER-SPOILER AREKSA, SILAKAN FOLLOW AKUN TIKTOK @queenofwp (Queen of Wattpad) dan @martabakkolor1 (MartabakKolor)
Kalau ada yang mau ditanyakan bisa dm di ig wp.martabakkolor. Aku juga sering adain question box di sana.
Kalau kalian nemu adegan favorit kalian, jangan lupa upload di igs kalian dan mention aku, ya! 😍
Pantengin terus ig @id.akad dan @wp.martabakkolor dll buat info seputar novel AREKSA. SELALU RAMAIKAN SETIAP KITA POST SESUATU DI SANA 😍
Ps : Mulai nabung!
Pantau info update di ig aku, ya.
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPADKU YA. BIAR LEBIH CIHUY.
9k vote + 20k komentar untuk next!
Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :
@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12
JANGAN LUPA SHARE CERITA INI BIAR MAKIN BANYAK YANG BACA!
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA. AKU SAYANG KALIAN SEMUA ♥
JANGAN PERNAH BOSEN DENGAN CERITA AREKSA.
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KARENA ITU SANGAT-SANGAT BERHARGA.
Tertanda, President of RAMOR