Love and Death

By fleurpurkiss

13.6K 1.9K 403

Celine Abrianna Pevensie. Hidupnya dibayang-bayangi oleh kematian. Orang-orang yang ia cintai selalu meningga... More

[1] Not Alone
[2] Meet Mrs.Malfoy
[3] Harry is missing
[4] Amortentia
[5] Memories
[6] Reason
[7] Friend?
[8] Slug Klub
[9] Gryffindor's Victory
[10] Still Love Him
[11] Christmas Party
[12] Spend Time With Granger's
[13] Gift
[14] Ron Is Poisoned
[15] Hogsmeade
[16] Sink
[17] Sectumsempra
[18] Hermione Know's Everything
[19] Truth
[20] Dumbledore's Death
[21] After
[22] Chance
[23] Be a Good Friend
[24] Other Side
[25] Do you get Déjà vu?
[26] Gift For Draco
[27] Not Found Her
[28] Go or Stay
[29] Finally
[30] Draco's Angry
[32] We Meet Again
[33] Fake Death

[31] Boom!!

281 25 12
By fleurpurkiss

Setelah Celine mengungkapkan semua rencananya kemarin, Draco menjadi sangat kacau. Lebih kacau daripada saat dirinya terbebani oleh tugas untuk membunuh Dumbledore.

Narcissa mencoba menanyakan apa yang terjadi namun Draco hanya diam tak ingin menjawab. Dan pagi ini Nyonya Malfoy itu menemukan kamar anaknya menjadi sangatlah berantakan dengan beberapa barang yang sepertinya sengaja dipecahkan.

Semua buku berserakan, bantal dan selimut sudah tidak berada di tempat yang semestinya, dan yang paling parah ia menemukan anaknya sendiri menyandarkan dirinya di kasur kamarnya sendiri dengan keadaan yang acak-acakan.

Matanya sembab dan terlihat memerah, rambutnya benar benar berantakan, dan pakaiannya sangat tidak pantas jika untuk bertemu dengan orang lain. Narcissa ingin sekali mendekati anaknya sendiri dan menagihnya sebuah penjelasan. Tapi dilihat dari kondisinya, Draco pasti membutuhkan waktu lagi untuk berbicara. Akhirnya ia memilih untuk berbalik dari kamar anaknya.

Laki-laki itu benar benar hancur hanya karena seorang gadis. Mungkin ini bukan pertama kalinya Draco merasakan kisah asmara remaja, namun kali ini dirinya benar benar dipermainkan.

Celine adalah gadis yang membuatnya menyadarkan semua kesalahannya di masa lalu dan membuka hatinya untuk menjadi yang lebih baik lagi. Tapi ternyata, gadis itu juga yang membuat luka besar di dalam hatinya.

Draco benar-benar tak menyangka kalau Celine akan melakukan hal seperti itu pada dirinya. Ia pikir Celine hanya gadis pendiam dan lugu, ternyata Draco terlalu menganggap remeh gadis itu.

"Aku pikir aku mengenalmu jauh daripada Weasley."

***

Sementara itu, Celine tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri di kamarnya. Ia hanya bisa menangis, melamun dan tiba-tiba berbicara sendiri.

Ia duduk di depan meja dimana banyak barang pemberian Cedric diletakkan. Ia menatap semua barang itu secara kosong.

Tangannya masih memegang figura Cedric, ia tak pernah mau melepaskannya sejak kejadian Draco kemarin kemarin. Ia merasa dirinya berubah dan ia malu. Celine berpikir Cedric pasti akan marah melihat kelakuannya selama ini.

"Aku benar-benar tidak bermaksud," ucapnya lirih.

Sebulir air matanya mengalir lagi untuk sekian kalinya dalam sehari. Memikirkan semua hal yang telah ia perbuat pada Draco, apakah lelaki itu pantas mendapatkan hal yang setimpal?

"Kau tau? Aku yakin kau melihat semuanya Cedric. Semua yang terjadi selama ini—aku..." Celine menarik nafasnya berat. Ia tak bisa melanjutkan ucapannya lagi.

Gadis itu memilih memeluk figura milik Cedric dan mulai terisak kembali. Ia terus meminta maaf kepada foto Cedric di pelukannya.

'Heii, tenanglah...'

Celine berhenti terisak, ia mengenali suara itu, sangat mengenali. Tapi ia pasti berhalusinasi. Kemudian ia melirik foto di depannya. "Apa kau mendengarnya, Ced? Atau aku mulai berhalusinasi lagi?"

'Kau tidak berhalusinasi, sayang.'

Celine terlonjak kaget karena suara itu benar-benar berada di samping telinganya. Dia sontak menoleh dan dirinya benar-benar terkejut melihat sosok di sampingnya itu.

Ia reflek berdiri dan kursinya pun tak sengaja jatuh karena dirinya sendiri. Tangannya semakin erat memeluk figura di pelukannya. Celine mencoba menyadarkan dirinya bahwa seseorang yang didepannya saat ini adalah sosok yang ia pikirkan.

"Cedric? I-itu kamu?"

Cedric hanya bisa tersenyum membalas pertanyaan Celine. Namun, itu bukan benar-benar sosok manusia betulan, lelaki itu terlihat tidak nyata. Sisi tubuhnya terlihat sedikit bercahaya tidak terlihat seperti manusia normal biasa. Bukan, bukan cahaya karena dia tampan. Lelaki itu benar-benar tidak utuh.

Celine melangkahkan kakinya perlahan ke arahnya. Masih belum mengerti bahwa ini nyata atau halusinasinya. Tapi ia berharap kalau ini nyata.

"Cedric..."

'Iya, Celine?' jawabnya dengan lembut seperti dia berbicara dengannya di masa lalu.

Celine menatap lekat-lekat wajah Cedric. Masih tak percaya dengan apa yang di depannya. Ia mengeluarkan air matanya lagi disertai dengan tawa harunya.

Cedric ada di depannya. Ini yang ia inginkan selama ini. Ia mencoba mengusap wajah lelaki itu tapi nihil, tangannya malahan menembus wajahnya. Dan seketika senyumnya sedikit pudar, ia melirik telapak tangannya sejenak dengan sedikit rasa syok.

"Kau tidak utuh." Itu bukan sebuah pertanyaan yang dia lontarkan, tetapi memang sebuah pernyataan.

Cedric yang ada di depannya hanya bisa tertawa kecil. Ia mengusap rambut Celine walaupun yang gadis itu rasakan hanya angin dingin yang menerpa rambutnya. "Dan kau sangat dingin," lanjutnya.

'Aku sudah mati, sayang. Ingat?'

"Kau terlihat... transparan."

'Itu alasan aku tidak bisa memelukmu sekarang.'

Dan akhirnya Celine mengerti. Saat ini ia berbicara dengan arwah Cedric. "Tapi kenapa kau bisa disini?"

'Leluhurmu mengizinkanku turun,' jawabnya dengan senyuman. Walaupun sudah mati lelaki itu masih murah senyum dalam pikiran Celine.

"Leluhurku?"

'Ya. Dan selama ini leluhurmu juga yang mengizinkan aku untuk mengawasimu setelah aku mati.'

"Sebentar, apa maksudmu? Kau bertemu leluhurku? atau bagaimana?"

Sekali lagi laki-laki itu hanya bisa tersenyum dan menunduk sejenak sebelum menatap kekasih hidupnya di depannya. 'it's complicated, babe.'

Celine menunduk. Apakah karena sejak kemarin ia berbicara dengan foto Cedric ia menjadi sedikit gila?

'Sayang,' panggil lelaki itu. Tangannya mencoba meraih dagu gadisnya di masa ia hidup, tapi itu hanya membuat Celine sedikit menggigil karena ia merasakan angin yang sangat dingin. 'Aku disini, kau bisa cerita denganku.'

"Kau bilang kau melihat semuanya bukan? Selama ini? Dan kenapa kau baru mau menemuiku saat ini?" Pertanyaan ini terlihat egois, tapi dalam dirinya ia sangat penasaran. Ia tidak marah, hanya saja ia sedikit kesal.

'Kau sudah bertemu dengan orang yang tepat. Sosok yang ingin melindungimu. Karena itu aku tidak perlu turun.'

Celine tertawa hambar mendengarnya. Tentu ia tau siapa sosok yang dimaksudkan Cedric. Ia berbalik dan berjalan menuju kasurnya diikuti arwah Cedric di belakangnya. Dan dia juga ikut berjalan?!

Ia duduk di kasurnya dengan Cedric di sampingnya. Lelaki itu seolah-olah siap mendengarkan apapun yang akan diucapkan oleh Celine.

"Kau tau kan, itu semua hanya formalitas. Bocah itu hanya diperintahkan oleh Bibi Cissy. Aku lebih membutuhkanmu daripada dia."

'Dia tulus. Aku tau kau tau.' Ia tersenyum lagi. Bisakah dia berhenti tersenyum dan membuat Celine tau kenyataan. 'Tipikal Celine Pevensie, tidak pernah ingin mengakui perasaannya.'

Celine memutar kedua bola matanya. Kenapa sifat Cedric yang seperti itu keluar di saat seperti ini.

'Aku mendengar ucapan terakhirmu setelah Malfoy pergi semalam.'

"Aku—"

'Dan aku tau kau sungguh-sungguh mengucapkannya.'

"Kau semakin sok tau."

'Tapi aku benar bukan?'

Gadis itu bergeming sejenak. "Maafkan aku, aku hanya—"

'Kau meminta maaf untuk apa? Aku senang kau menemukan sosok baru setelah aku.'

"Kau tidak marah?"

Tawa lembut itu keluar lagi dari mulut Cedric. 'Untuk apa aku marah? Aku sudah tidak punya hak untuk melarangmu mencintai laki-laki lain.'

"Aku belum bisa melupakannmu."

'Jangan melupakan aku, kau hanya perlu mengikhlaskan aku. Dan Malfoy bisa merubah itu.'

Celine menghela nafas sejenak. Ia masih merasa dirinya sedikit gila. Dirinya sedang berbicara dengan arwah Cedric saat ini. Ia melirik Cedric lagi. "Bukankah kau membencinya?"

Cedric menaikkan kedua alisnya. 'Siapa? Draco Malfoy?'

Gadis itu mengangguk membalas ucapannya. Dan kali ini arwah Cedric memalingkan pandangannya dari Celine dan menunduk.

'Dulu dia menyebalkan bukan? Tapi melihatnya selama ini, bagaimana dia  mengkhawatirkanmu dan tulus mencintaimu... Aku senang. Akhirnya ada laki-laki lain yang sungguh-sungguh mencintaimu. Ia sampai mengorbankan dirinya walaupun dalam keadaan dirinya sudah menjadi salah satu pelahap maut. Aku tau kau membenci kumpulan itu, tapi percayalah, ada dari mereka yang berada di pihak Harry. Mungkin satu atau dua, tapi aku yakin. Aku juga tidak tahan melihatmu berubah setelah banyak kematian yang sudah kau lihat. Kau semakin menjadi pendiam, tak makan teratur, kau tidak berkonsentrasi lagi dalam melakukan aktivitasmu dan juga mimpi buruk yang selalu mengganggumu. Jujur, di saat kau seperti itu aku ingin sekali bertemu denganmu, memelukmu. Tapi apakah aku bisa? Tidak. Aku sudah mati. Kemudian Malfoy datang padamu, ia bersedia menggantikan posisiku. Dan sepertinya aku tidak perlu mengkhawatirkanmu lagi bukan?'

Celine menatap dan mendengarkan Cedric dengan serius. Apa yang diucapkan Cedric ada benarnya. Namun semuanya sudah berubah, ia merusak semuanya.

"But now, I ruined everything," akunya.

Cedric kembali menatap Celine. 'I know. Aku tidak membenarkan apa yang kau lakukan kemarin padanya.'

"Aku buntu, Ced! Aku tidak punya cara lain untuk keluar dari sini. Membantu Harry dan Orde, bertemu para Weasley. Aku ingin melakukan itu semuanya."

'Tapi caramu salah dengan menghancurkan lelaki itu, sayang.'

Celine menarik nafas panjang sebelum menjawab ucapan Cedric kembali. "i'm sorry..."

Cedric kembali tersenyum. 'Jangan meminta maaf kepadaku.'

Tidak ada yang berbicara setelah itu dan terjadi keheningan pada keduanya. Celine berharap Cedric bisa di sini selamanya untuk menemaninya. Ia sangat merindukan sosok dia.

Begitu juga dengan apa yang dipikirkan arwah Cedric. Ia ingin sekali memeluk kekasih hidupnya namun apa daya? Dia sudah mati. Dia tak bisa melawan hukum alam.

"Aku benar-benar merindukannmu," celetuk Celine setelah beberapa menit terdiam.

'Kau tau aku juga. Aku pernah berfikir dan berharap kau cepat-cepat bertemu denganku—maksudku aku tidak berharap kau cepat-cepat mati,' Cedric mencoba untuk tidak panik atas perkataannya karena tatapan Celine yang sedikit syok. 'Aku yakin suatu saat nanti kita akan dipertemukan lagi—'

"Aku hanya ingin memelukmu," jawab Celine cepat.

Arwah Cedric terdiam mendengar permintaan gadisnya. Ia bimbang, bagaimana bisa ia mengabulkan permintaannya. 'Kau akan kedinginan.'

"Apakah aku peduli?" ucapnya terlihat sedikit merajuk. Dia terlihat seperti anak kecil di mata Cedric.

Cedric tertawa kecil. Ia mencoba merengkuh tubuh Celine walaupun ia tak bisa merasakan apapun pada tangannya. Dan lelaki itu takut membuat Celine tak nyaman karena dingin dari arwah tubuhnya.

Awalnya Celine terlihat sedikit menggigil namun gadis itu mencoba menahannya. Ia menahan tubuhnya agar tidak terjatuh karena kepalanya benar-benar tidak bisa bersandar pada tubuh Cedric. Mencoba membayangkan dingin yang ia rasakan adalah sebuah kehangatan yang pernah Cedric berikan semasa ia hidup.

'Celine, apakah aku sudah memberi tahumu?'

"Apa?" jawab gadis itu tanpa ingin menatap arwah Cedric.

'Ada cara lain untuk keluar dari sini.'

Celine yang awalnya menunduk sontak mendongak ke arah Cedric untuk meminta penjelasan cara lain untuk keluar dari sini. Namun, ia tak mendapati arwah Cedric lagi. Sosok arwahnya benar-benar hilang dan menyisakan sisa-sisa cahaya yang ada di tubuh Cedric tadi.

"Ced?"

Celine melihat ke sekeliling kamarnya, mencoba mencari sosok itu lagi. Ia berdiri dan mencoba memanggil namanya. Tapi sosok Cedric tidak muncul lagi.

Gadis itu mulai melangkahkan kakinya keluar kamar, terus memanggil nama Cedric. Ia harus berbicara pada Cedric, Cedric tau jalan keluarnya.

Ia menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Sampai di tangga terakhir pun dia putus asa karena tidak ada siapapun lagi disini. Dia menjatuhkan dirinya karena merasa dia sudah tidak punya harapan.

Dia kembali menangis. Celine berpikir mungkin hidupnya akan terus menangis jika ia seperti ini. Ia sudah kehilangan semangat Gryffindornya dan mungkin Godric akan malu padanya.

Tiba-tiba asap cahaya yang besar muncul di ruang tamunya. Dan sedikit demi sedikit asap itu menampakkan hal yang tak ingin ia lihat.

Itu adalah bayangan Bellatrix membunuh ayahnya. Tawa Bellatrix benar benar mengisi otaknya saat ini. Tak lama dari itu Bellatrix menyiksa ibunya.

Dan ia menyadari kalau serangan paniknya mulai kembali, traumanya kembali. Suara suara di kepalanya memenuhinya. Celine bahkan sampai tidak bisa berpikir jernih.

Dengan memberanikan diri ia mendekat ke arah bayangan dimana mayat ayah dan ibunya tergeletak. Celine berdiri di belakang Bellatrix.

Gadis itu tidak bisa bernafas dengan normal karena menangis. Rasanya gila. Dia berharap bayangan itu cepat pergi darinya. Celine hanya bisa berdoa semoga siapapun bisa menyadarkan dirinya.

"Please...Go...Away," bisiknya pelan, bahkan jika ada seorang pun yang ada di sini hanya dia yang dapat mendengarkannya.

Namun, Celine merasa bayangannya sedikit berbeda dengan kejadian dimana kedua orang tuanya dibunuh. Setelah membunuh kedua orang tuanya, Bellatrix mengucapkan omong kosong yang membuatnya muak. Akan tetapi, bayangan disini Bellatrix diam. Para pelahap maut pun diam.

Betapa terkejutnya Celine ketika Bellatrix membalikkan badannya dan menatap dirinya dengan senyum mengerikannya. Seolah-olah wanita gila itu mendengar dan melihat Celine yang sekarang. Dan saat ini juga, Celine benar-benar ketakutan.

"Sekarang, waktunya dirimu!"

Celine terlonjak kaget dan sontak ia memundurkan tubuhnya. Ia sampai terjatuh karena langkahnya sendiri. Ini tidak mungkin pikirnya. Ini semua hanya bayangan traumanya.

Celine terus terisak dan memohon pertolongan sembari memundurkan dirinya.

"Please, don't hurt me!"

"Cedric!"

"Draco help!"

"Ronald! Harry! Hermione!"

Ketika bayangan Bellatrix mendekat Celine tidak bisa menahan rasa takut, marah dan paniknya bersamaan. Dia menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya bersamaan dengan dirinya berteriak keras sampai ia tidak menyadari sesuatu terjadi pada tubuhnya sendiri.

"WINTER!!! AAAAAAAAAAAAA!!"

BOOM!

Cahaya putih keluar dari tubuhnya seperti bom yang baru saja meledak. Sihir yang ada dalam diri Celine
keluar tak beraturan karena emosinya. Dan sihir itu menghempaskan semua bayangan tadi, bahkan termasuk mansionnya juga. Mansion miliknya mulai gemetar, dinding-dindingnya mulai retak dan akan rubuh saat itu juga.

Bangunannya mulai berjatuhan di atasnya. Namun bersyukur karena sihirnya yang meledak sebagian masih melindungi dirinya.

Butuh waktu untuk Celine tersadar dari semua apa yang terjadi. Ia mulai mendongakkan kepalanya dan terkejut melihat apa yang terjadi di hadapannya.

Rumahnya hancur semua tak bersisa. Ia melihat ke sekelilingnya dan ia menemukan sebuah foto figura dirinya dan kedua orang tuanya yang awalnya berada di atas perapian sekarang sudah hancur menjadi tiga bagian.

"Astaga... Apa yang aku lakukan?" Ia menutup bibirnya dengan salah satu tangannya.

Tubuhnya gemetaran ketika ia kembali melihat sekelilingnya. Ini seperti ilusi yang dibuat oleh Narcissa Malfoy dan Severus Snape pada rumahnya. Dan sekarang ini semua bukan ilusi lagi.

"Winter," bisiknya. Ia baru sadar kalau ia memanggil Winter dan dia semakin khawatir pada peri rumahnya itu. "Winter!"

Dan ia sangat bersyukur ketika peri rumah itu muncul dengan satu tas yang diberi mantra perluasan miliknya. Peri rumah itu terlihat sama khawatirnya seperti Celine.

"N-nona apakah Anda terluka?"

"Tidak, bagaimana denganmu?"

"Winter aman, Winter melakukannya tepat waktu. Tapi hanya ini yang dapat Winter bawa," Peri Rumah itu menunjukkan tas yang ia bawa. "Sekarang Nona Celine harus berlindung."

"Tapi dimana?! A-aku menghancurkan mansionnya. A-aku tidak sengaja melakukannya," ucapnya masih dengan suara yang gemetaran.

"Winter tau tempat yang aman," Winter merogoh sesuatu dari tas yang ia bawa. Dan ia mengeluarkan sebuah syal, syal yang Draco berikan untuknya sebagai hadiah ulang tahunnya di tahun ke enam. "Nona pakailah syal ini."

Celine ragu untuk mengambilnya, namun saat ini ia berada di luar perlindungan. Ia harus menutupi tubuhnya. Segera ia meraih syal itu.

Setelah mengenakannya, Winter meraih tangan Celine. "Winter akan membawa Nona Celine ke tempat yang aman."













































——————————————————

HAI SEMUANYA!!!
AKU KANGEN KALIAN HUHU

A

nyway author udah di Hogwarts nih, ayo ketemuan!

Maafin author karena udah jarang up cerita, author punya alasan tersendiri kenapa author tidak melanjutkan cerita ini setelah sekian lama.

2022 really sucks isn't it?
yeah that's my reason.

Aku melewati cukup banyak hal-hal baru yang menantang dan ini memang cobaan yang Tuhan berikan untuk aku lakukan. Karena aku tau, Tuhan punya rencana sendiri untuk hamba-hamba-Nya. Karena itu aku belum sempat memikirkan ide baru apa untuk cerita ini.

Dan sekali lagi maaf karena ceritanya semakin kesini semakin emboh 😔.Tapi buat kalian yang masih mau baca cerita ini, aku kasih lopek banyak

💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗

Oiya, dan selama author hiatus kemarin (anjai sok hiatus), author mendapatkan ide cerita baru. Dan niatnya akan author up kalau author sudah punya 5 chapter yang siap untuk dibaca. Aku kasih spoiler dulu ya 😙

HAHAHAHAHA AKU SANGAT EXCITED DENGAN CERITA INI. POKOKNYA TUNGGU AJA YA.

spoiler dikit :
.......

NGGA ADA MANA ADA SPOILER, NANTI BACA SENDIRI 😠

OKE SEKIAN TERIMA KASIH, DARLING DARLING KU. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA!!! GA VOTE GA KOMEN DI SUN PETER PETTIGREW.

Continue Reading

You'll Also Like

92.1K 10.4K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
50.4K 5.4K 20
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
302K 25.4K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
69.5K 14.4K 161
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...