Pak Linggar

By rammdinn

1.7M 141K 1.5K

[TAMAT] cerita ini santai minim konflik untuk penghilang penat:) *** Rheta Amanita L, mahasiswa semester tiga... More

00
01. pagi yang buruk
02. pak dosen idola?
03. kecelakaan
05. modal pdkt
06. temu kangen
07. masalah baru
08. malaikat tanpa sayap
09. phone
10. no more excuses
11. happiness
12. kembali ngampus
13. mall
14. poor Arumi
15. cat cafe
16. mba Riri
17. akhir (tak) bahagia
18. nasi goreng
19. kebodohan yang haqiqi
20. hey siapa dia
21. Bisma sialan
22. tanpa judul
23. sugar baby
24. dapat(kan) ijin papah
25. malam berbintang
26. kembang api
27. aku yang salah
28. best vren
29. andai aku bisa
30. video call
31. pak Linggar sakit
32. agresif
33. spesial undangan
34. cemburu tanda cinta
35. birthday party
36. tembok transparan
37. jodoh orang
38. semakin rumit
39. hancur
40. perjanjian tanpa sadar
41. chill dren
42. titik terang bukan
43. pecah
44. doi ngambek
45. ditelpon Mamah
46. di waktu yang singkat ini
47. kita kembali
48. hanya mimpi
49. perundingan meja makan
50. the end
51. hari yang cerah
52. sisi buruk pak Linggar
53. hadiah indah
54. katanya mau pergi
55. pesan terakhir
the last
extra part
extra part lagi
extra part dulu
extra part terus
yuk yuk extra part nih
extra part lagi astogel
mabok extra part:")

04. diperiksa pak dokter

40.6K 3.1K 47
By rammdinn

1000+ words untuk bab ini 😂🙌 mantap. semoga suka ya,

happy reading !!

***

RHETA POV

Ini aku engga lagi mimpi kan?

Aku masih masih hidup kan?

Apa beneran aku udah engga tinggal di dunia lagi? Tapi di kayangan?

Huaa Mamahhh Rheta takut. Rheta masih punya banyak dosa sama Mamah. Rheta belum pernah buat Mamah bangga.

Aku gegana sendiri. Entah ini nyawaku yang banyak omong atau arwah yang tidak tenang. Sumpah aku susah bedainnya! Aku coba yah, teriak sekencang mungkin.

"Aaaaaaaaa!" Kalian dengar ga?

Aduhh kayanya kalian ga dengar ya. Gawat, gawat, aku harus gimana ini??

Eh tapi tunggu. Ini kenapa mataku dibuka-buka? Pake segala disenterin lagi.

Aku lagi di rumah sakit? Aku liat ada dokter. Ih asli ini aku ada di rumah sakitt??

Tandanya aku ga terbengkalai di bangkai mobilku kan?? Ya Tuhan terimakasih banyak.

Tapi mon maap ini mata saya silau dok.

Dokter itu malah kembali menyenteri mataku yang satunya.

Astaga. aku cuma bisa pasrah. nurut aja paling dokter sedang memeriksa keadaanku.

Lalu tiba-tiba gelap lagi.

***

Mataku cuma bisa lihat kegelapan. entah sudah berapa lama.

Perlan-pelan aku coba gerakin kedua bola mataku ke kanan-kiri, ada kemajuan! Aku coba membuka kelopak mataku satu persatu. Pelan tapi pasti dan hasilnya cahaya!!

TERIMAKASIH YA TUHANN!

Bersyukur banget deh bisa membuka mata lagi. Aku bisa menatapi langit-langit ruang yang aku yakini ini adalah ruang inap rumah sakit.

Ini jadinya gue masih hidup?

Lubang hidungku pun pelan-pelan kembali bekerja seperti semestinya, menerima pasokan oksigen atau bau-bauan sekitar.

Aihh! Sekarang fix, aku yakin kalau aku masih hidup. Aku bisa nyium bau dinginnya rumah sakit!

Terimakasih Tuhan, Engkau masih beri aku kesempatan untuk hidup. Tau aja kalau aku masih banyak dosa, makanya aku dihidupin lagi ya?

Iya gapapa. Aku juga belum siap masuk nerakamu. Huuu.

Cklek.

Suara pintu itu kukira dokter kemarin yang mau memeriksa. Tapi saat aku melirik kearahnya, seketika aku terkena serangan jantung.

Cowok gilak itu!!!

Kenapa harus dateng sekarang sih? ga tepat banget waktunya. Aku kan belum punya cukup tenaga untuk maki-maki dia. Orang baru juga bangun dari sakaratul maut. Untung aja ini aku ga mati dua kali waktu tau ada dia di sini.

"Sudah sadar?" tanyanya kini berada tepat di sampingku.

Dih sok baik. Aku ingin mutar bola mataku jengah, tapi inget engga ga ada tenaga:(

"Kalau gitu ikuti intrupsi saya ya."

Dia mendekatkan jari telunjuknya ke tengah-tengah mukaku. Ini maksudnya apaan?

Mataku bergerak ngikutin jari dia yang bergerak ke kanan-kiri. Aku kesal liat dia seolah ga punya dosa sama sekali. Jangan-jangan dia ga ingat siapa aku lagi.

Huh sampai iya, rasa benciku nambah berkali-kali lipat. titik!

"Kamu sudah berhasil melewati masa kritis, selamat. Tinggal nunggu pemulihannya."

Gak usah sok peduli!!!

"Kalau begitu saya permisi. Semoga lekas sembuh."

Lah? Udah? Cuma gitu doang? Dia keluar ruanganku dengan langkah santainya. Beneran dia ga ingat siapa aku??

Wah ga bisa dibiarin. Dateng-dateng kerjaannya cuma ganggu terus ngilang pas udah sayang-sayangnya, eh?

Otak gue ikut kegeser nih pas kecelakaan kemarin.

Tadi apa katanya ya? Aku berhasil melewati masa kritis? emang aku kritis?! Omg separah itukah aksi Limbat ku? Kira-kira aku kritis berapa hari ya? Mamah tau ga ya kalau aku kritis?

"Mamah..." Aku memanggil nama Mamah dengan suara yang lemah. Kering banget ini tengorokanku. ingin minum tapi lemes. nasib... nasib.

Andai ada Mamah di sini, aku ingin manja-manja sama Mamah.

Oke! untuk semalam ini aku harus banyak-banyak istirahat. Agar besok lebih seger. Lalu aku bisa gembor-gembor ke Mamah-Papah, Arumi-Alya kalau aku dirawat di rumah sakit, hampir mininggal karena nambrak beton jalan. Masalah yang maboknya ga akan ceritain ke Mamah-Papah lah, yang ada aku disuruh bayar rumah sakit sendiri ntar.

Aku bobok, semoga mimpi indah. Sialnya malah muka si cowok rese itu yang muncul!

What the hell?!

***

Cklek.

"RHETA!!"

"Mamah?!"

Aku yang terbelalak segera memutar posisi badanku menjadi tidur menghadap atas. Mamah datang dengan raut muka yang... ehm. You know lah.

"Kenapa bisa begini?!" tanya Mamah ngegas. Aku meringis.

"Sakit Mah..." rengekku semoga berhasil membuatnya luluh.

"Halah mabok-mabokan aja ga sakit!"

"Mamah..."

"Apa?! Benerkan apa kata Mamah? Kamu pasti abis mabok-mabokan. Sama siapa? Sama si Arumi-Arumi itu? Iya?"

"Bukan Arumi yang ajak, i-ini Rheta sendiri yang mau." Terpaksa deh aku jujur, takutnya Mamah salah paham sama Arumi. Mamah sedikit kurang suka sama Arumi meskipun kita udah sahabatan lama banget.

"Ck kamu ini Rheta." Mamah memijat pangkal hidungnya. Kayanya pusing banget deh punya anak kaya aku. Hiks. Maapin Rheta ya Mah.

"Mau sampai kamu kaya gini? Nunggu dijemput malaikat dulu, baru mau berhenti?!"

"Mamah kok omongnya gitu sih. Aku ga mau meninggal dulu Mah."

"Ya terus? Kelakuanmu aja ga beradab gini! Mabok itu bahaya Rheta, ga baik untuk tubuh kamu. Ga baik untuk kesehatan kamu. Kamu kan tau sendiri itu. Kamu juga anak kesehatan, kenapa ga tobat-tobat?!"

Aduh kayanya Mamah beneran marah besar sama aku. Sebelum-sebelumnya Mamah ga pernah secerewet ini. Mana segala bawa-bawa jurusan kuliahku lagi. Kan malu sama Mr.Galen, anaknya bandel begini.

"Iya Mah janji Rheta ga ulangi lagi."

"Janji-janji palsu. Bosen Mamah dengarnya." Mamah kini duduk di sofa, menaruh tas mahalnya lalu memejamkan mata.

Kasian banget Mamah, pasti capek banget dari German ke Indo.

"Mamah khawatir banget sama aku ya? Keliatan pusing gitu. Mamah terbang jam berapa tadi?" tanyaku sambil senyam-senyum kegeeran. Mengingat kepanikan Mamah.

"Mamah ga khawatir sama kamu. Mamah pusing mikirin biaya service mobil kamu. Tadi Mamah udah ke kantor polisi dan liat semuanya. Mamah juga udah ketemu sama dokter yang tanganin kamu."

Ck. Mamah malah lebih khawatirin mobilku!

"Tinggal minta Papah aja sih, Mah. Pake dipikir," sewotku kesal. Lagian masa lebih sayang ke uang daripada anak sendiri.

"Kamu itu. Ga kasian sama Papah apa? Udah tua dia. Harusnya kamu yang berhenti macem-macem. Jangan jadi beban keluarga terus. Mamah capek liatnya."

Hmm.

"Udah makan belum? Badanmu kok kurusan? Ntar ga dapet sua--"

"Belom." Aku buru-buru menyela ucapan Mamah. Paling males kalo udah bawa-bawa kata 'suami'. Merembet urusannya.

"Ya makanlah! Ga usah berpolah lagi ya kamu. Makan tinggal makan. Udah suster anter juga. Tinggal dimakan aja kok repot."

Hmm.

Selalu nih kalo sama Mamah aku olahraga mulut. Berdebat mulu. Ga tau tuh kenapa bisa aku tetep sebut-sebut Mamah waktu sakaratul maut kemarin.

Cklek.

"Selamat siang, ibu."

Aku liat Mamah menoleh. Aku memilih menatap jendela yang menampilkan langit cerah siang ini.

"Waktunya pemeriksaan siang ya bu."

"Iya silahkan suster," jawab Mamah.

Aku agaknya terjolak waktu tanganku diraih oleh seseorang. Hangat. Itu yang aku rasakan. Begitu ingin menoleh,

"Apa-apaan lo?!" Mataku melotot galak. Lalu menyentak tangan dokter itu.

Aduh! Malah tangan gue sendiri yang sakit!

Perasaan tadi cuma ada suara si suster doang. Kenapa sekarang malah ada dia? Dia dokter di sini juga?

Ihhhh kenapa harus dia sihh.

"Saya periksa sebentar." Suaranya berat tapi sopan banget masuk ke telingaku.

Aduh mikirin apasih lo Rheta. Dia musuh lo sekarang. Jangan kasih kendor!

"Ga usah. Sama dokter lain juga bisa, jangan elo!"

"Rheta."

Aku menatap protes ke Mamah.

"Dia dokter kamu. Jangan kurang ajar kamu," kata Mamah lagi.

Sumpah demi mimi peri paling cantik sedunia, aku benci banget situasi ini! Di mana aku sudah punya tenaga tapi aku ga bisa maki-maki cowok itu karena ada Mamah.

"Silakan dok, lanjutin aja. Anak saya udah jinak."

Aku mendengus melihat Mamah yang tebar senyum genit ke cowok itu. Cuih. Ternyata Mamah sama aja kaya yang lain. Aku kembali menatapi luar jendela daripada banget natapin dia.

Tanganku kembali dipegang dia. Gatau apa yang diperiksa sama dia. Lalu dia periksa ini-itu. Ditanya-tanyain juga, tapi aku males menjawab Kecuali kalau sudah Mamah pelototin.

Ada juga tahapan dia yang periksa dadaku pake alatnya yang bernama stetoskop.

Eh dada?

Anjrot dada gue!!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 125 31
JUAN MAHENDRA sang ketua osis yang berwajah tampan dan juga bertubuh tinggi. Bertemu dengan gadis cantik dan mungil bernama JASMINE gadis cerewet yan...
57.9K 6.5K 56
Raina datang sebagai tetangga dari keempat lelaki tampan itu. Di apartemen tua, dimana terdapat empat lelaki yang berwujud layaknya seorang pangeran...
3.6M 39K 32
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
3.7M 336K 48
Aksa Ghadi Alhayyan adalah jenis manusia otoriter, pemaksa dan perfeksionis. Bagi Keira, pria itu adalah pangeran yang diturunkan ke bumi dan dikemas...