LUKA | Antara Luna dan Raka [...

By JisungChenleJeff

2.8M 144K 9.3K

[19+] [CEPAT BACA!!! SEBELUM BEBERAPA BAGIAN HARUS DIHAPUS!!!] CERITA DALAM PROSES TERBIT >>> Cerita ini tent... More

CAST
01 - Kecelakaan
02 - Amnesia
03 - Malam Pertama
04 - Malam Kedua
05 - Hamil
06 - Tanggung Jawab
07 - Nikah & Pindah
08 - Ganti Baju
10 - Surat Perjanjian
11 - Kulkas Dua Pintu
12 - Gak Asing
13 - Genk Istri Konglomerat
14 - Ngidam
15 - Baby Gender Reveal
16 - Baby Gender Reveal (2)
17 - Gak Tahu Diri
18 - Kelon
19 - Angkat Rahim
20 - Bertemu?
21 - Rumah Mertua
22 - Kisah Arga
23 - ASI
24 - Rileksasi
25 - Curiga
26 - Tak Datang
27 - Ingatan
28 - Sahabat
29 - Pulih
30 - Egois
31 - Dibalik Sikap Raka
32 - Angel
33 - Kenyataan Pahit
34 - Semua Karena Raka
35 - Takdir Tuhan
36 - Baby Twins
37 - Rasa Bersalah
38 - Rencana
39 - Kehilangan
40 - Harapan?
41 - Bertemu
42 - Terbongkar
43 - Kabur
44 - New York
45 - Teka - Teki Baru
46 - Akur
47 - Kabar Buruk
48 - Menemukan
49 - Terjebak
50 - Resmi Cerai
51 - Siap?
52 - Wedding Day
53 - Salena
54 - Next Honeymoon
55 - Maldives
56 - Last Day
Aku mau tanya (Bukan update)
NEW
KEJUTAN DARI LUNA
JOIN GRUP YUK!!!
VOTE COVER!!!
OPEN PO LUKA!!!

09 - Check Up

33.3K 2.5K 201
By JisungChenleJeff

Tok.. Tok.. Tok..

Luna mengetuk pintu ruang kerja milik Raka. Usia kandungannya sudah hampir 2 bulan, tapi Raka belum pernah sekali pun mengantarkannya check up kandungan. Jangankan check up, dibelikan susu hamil saja tidak pernah.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk!" Suara Raka terdengar dari dalam ruang kerja.

"Ada apa?" Tanya Raka yang tak mengalihkan pandangannya dari setumpuk kertas di hadapannya.

"M-mas.." Ucap Luna terbata - bata.

"Ngomong yang jelas!" Ucap Raka masih dalam keadaan yang sama.

"B-besok bisa anterin a-ara cek kandungan??" Tanya Luna hati - hati.

"Gak bisa." Ucap Raka datar.

"T-tapi m-mas.." Ucap Luna.

"Sayangggggg!!!" Suara teriakan Aira terdengar dari luar.

Ceklek!

"Loh ada kamu ra?? Ngapain?" Tanya Aira berjalan menuju Raka.

"Gak usah dipikirin." Ucap Raka.

"Ada apa hm??" Tanya Raka lembut pada Aira.

"Besok waktunya kita cek dedek bayi, papa!!! Papa ga sibuk kan??" Tanya Aira mengikuti suara anak kecil.

"Oh iya?? Besok kamu mau di cek sama dokter ya??" Tanya Raka menghadap perut sang istri.

"Bisa kan ka??" Tanya Aira.

"Bisa sayangg, apapun demi kamu dan anak kita." Ucap Raka tersenyum.

Hati Luna mencelos begitu saja. Anaknya benar - benar tidak dianggap disini. Tak apa, untuk saat ini ia akan bersabar. Luna menahan untuk tidak menitihkan air matanya, lalu secepat mungkin pamit keluar.

"M-mas, M-mba, Ara ke kamar dulu.." Ucap Ara.

"Hmm.." Deheman dari Raka.

——

Tadi pagi, Luna menghubungi Arga. Ia meminta Arga untuk menemaninya cek kandungan, syukurlah Arga tak sibuk.

"Nyonya Dirgantara!" Ucap perawat memanggil Luna untuk masuk keruang Dokter.

Raka dan Aira yang juga ada di ruang tunggu yang sama pun langsung mengedarkan pandangannya. Perasaan mereka baru datang? Cepat sekali jika disuruh masuk ke dalam, pikir Raka.

Raka dan Aira tak tahu tentang Luna yang datang ke dokter kandungan bersama Arga. Maka dari itu, mereka kebingungan saat nama belakang Raka disebutkan.

Raka menjatuhkan pandangannya pada Luna yang duduk sendirian di bangku rumah sakit. Lancang sekali Luna memakai nama Dirgantara untuk mendaftar rumah sakit.

"Sekali lagi, kepada Nyonya Arabelle Arga Dirgantara untuk masuk ke dalam Poli kandungan." Ucap perawat melalui pengeras suara.

Tak lama Raka memperhatikan Luna yang berdiri dari duduknya dan dihampiri oleh adiknya. Arga? Ngapain anak itu disini? Dan apa tadi? Arabelle Arga Dirgantara?

Raka dan Aira melihatnya! Luna tengah dituntun jalan oleh Arga! Dan apa - apaan ini?

Kedua rahang Raka mengeras. Bagaimana bisa Arga yang menemani istrinya cek kandungan? Apa mereka sedang bermain api di belakang Raka? Pikiran itu mendadak muncul dipikiran Raka. Padahal, dari awal ia sama sekali tak perduli mengenai Luna dan janin yang dikandung.

Lalu sekarang? Aneh rasanya bila Arga yang mendampingi wanita itu.

Raka masih memperhatikan pintu dokter yang tertutup. Setelah 15 menit, barulah pintu itu terbuka dan menampilkan raut wajah bahagia milik Luna.

"Ara udah izin kamu kalau mau kesini, sayang??" Tanya Aira.

Raka menggelengkan kepalanya. Luna memang tak mengatakan apapun lagi semalam, tapi Raka benar - benar tak tahu bila istrinya malah nekat pergi berasama adiknya.

"Udah gapapa, biarin aja.." Ucap Aira pelan.

——

Saat ini Luna dan Arga sedang berada di Mall, tepatnya di Super Market. Kata Dokter tadi, Luna harus rajin mengonsumsi susu hamil, buah, dan sayuran.

Selama ini, Kandungan Luna benar - benar tak ditemani susu dan vitamin hamil. Yaiyalah! Raka saja tak pernah membawanya cek kandungan.

"Arga udah gausah banyak - banyak." Ucap Luna saat melihat Arga mengambil 5 box susu hamil dan memasukkannya ke keranjang.

"Ra, nurut ya sama Arga? Ini kan buat bayi jugaa..." Ucap Arga lembut.

"T-tapi Ara gak enak sama Arga."

"Hey, kenapa gak enak?? Karena Arga bukan Papa bayi?" Tanya Arga lagi.

"B-bukan gitu ga.."

"Terus..??" Arga masih penasaran.

"Ya ga enak aja.." Jawab Luna.

"Kenapa gak enak sih ra?? Kalau emang karena Arga bukan Papa bayi, nanti bayinya Ara boleh kok manggil Arga Papi." Ucap Arga.

Harusnya sikap lembut seperti ini Luna dapatkan dari suaminya! Luna benar - benar tersentuh oleh penuturan Arga. Ia mau menganggap ponakannya lebih dari itu. Ia bahkan mau menjadi Ayah untuk anak - anaknya, sementara sang Ayah kandung? Secara terang - terangan menolak anak ini.

"Arga, makasih.." Ucap Luna.

"Gausah makasih, ra. Mulai sekarang, Ara harus rajin kasih tau Arga ya tentang kondisi bayi?? Mulai sekarang, Arga yang bakalan temenin Ara check up, Arga yang bakalan anterin susu hamil, dan semua tentang bayi bakal Arga lakuin.. "

"Plis Ara jangan nolak." Sambung Arga.

Luna hanya mengangguk dan menghambur ke dalam pelukan Arga. Ia benar - benar berterima kasih, karena memiliki Arga disisinya.

"T-tapi kalau Mas Raka marah gimana??" Tanya Luna.

"Buat apa dia marah?? Toh, selama ini Ara gak pernah dianggap kan di rumah itu?? Arga orang pertama yang bakal ngelindungin Ara kalau nanti terjadi apa - apa." Ucap Arga meyakinkan Luna.

"Makasih ya ga." Ucap Luna tersenyum.

"Yuk ke kasir, udah sore. Mami bayi harus mandi, dah bau acem..hehe." Ucap Arga menggoda Luna.

"Ih papi bayi gak boleh gitu dong!"

——

"Ra, aku gak bisa nganter ke dalam. Aku bener - bener ada urusan." Ucap Arga di mobil.

Setelah belanja tadi, mereka langsung memutuskan untuk kembal kerumah.

"Iya gapapa ga, Ara bisa sendiri." Ucap Luna tersenyum.

"Diminum ya ra susu hamilnya, vitaminnya jangan lupa. Kalau Arga telfon juga diangkat. Terus kalau Ara lupa, Arga bakal marah." Ucap Arga cerewet.

"Iya - iya. Ihhh Papi bayi cerewet bangettt siii??" Ucap Luna mencubit pipi Arga.

"Yaudah, masuk gih."

"Iya, makasih udah ditemenin hari ini." Luna keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah.

Saat masuk ke dalam rumah, langkahnya terhenti ketika melihat Raka dan Aira di ruang keluarga. Ini bukan karena mereka yang terlihat mesra, tapi ini karena rahang Raka mengeras dan tatapan tajamnya mengintimidasi Luna.

BRAK!

Raka memukul meja lalu berdiri dari duduknya.

"Dari mana kamu?" tanyanya datar.

"D-dari dokter m-mas.." Luna takut, demi apapun ia masih belum terbiasa dengan Raka yang tiba - tiba murka.

"Dari dokter apa pergi pacaran sama adik saya?!" Tanya Raka.

"Arga cuma nemenin Ara mas, g-ga lebih.." Luna sudah bergetar dibuatnya.

"Apa jangan - jangan anak yang kamu kandung itu anak Arga? Iyakan itu anak Arga kan?!"

Bagaimana bisa Raka berpikiran seperti itu?!

"Mas, Ara tau mas gak pernah akuin anak Ara! Ara sadar sama posisi Ara disini Mas! Tapi apa Mas gak kelewatan kalau sampai bicara kayak gitu??" Teriak Ara. Habis sudah kesabarannya.

"Emang ada seorang istri diantar sama adik iparnya untuk cek kandungan? Jangan kira saya tidak tahu, tadi kamu memakai nama Arga di rumah sakit!"

"M-maaf, Ara takut pakai nama Mas..Hiks.. Hikss.." Ucap Luna disela tangisannya.

"Ck, alasan!" Raka berdecak kesal.

"Bilang aja lah ra, kamu emang main api kan sama Arga?!" Suara Raka mulai meninggi.

"Hiks... Hikss.. Sumpah demi apapun Mas, Ara sama Arga gak ada apa - apa.. Hiks..."

"JUJUR KAMU!" Raka membentak Luna.

BUGH!

Satu bogeman mentah dari Arga.

Tadi saat Luna turun dari mobilnya, Arga merasa akan terjadi sesuatu dengan Luna. Makanya ia mengurungkan niatnya untuk pergi dari sini.

Dan benar saja, Luna yang baru pulang langsung disambut dengan suara bentakan Raka!

"LO APA - APAAN SIH BANG?!" Teriak Arga.

BUGH!

Raka membalas bogeman Arga!

"LO YANG APA - APAAN?! BERHENTI IKUT CAMPUR URUSAN RUMAH TANGGA GUE!"

"RUMAH TANGGA MANA YANG LO MAKSUD? AIRA? ATAU ARA?! APA PERDULI LO SAMA ARA?!" Arga tak habis pikir oleh kakaknya ini.

"ARA MASIH ISTRI GUE ANJING!!"

BUGH!!!

Satu tinjuan mendarat di sudut pipi Arga.

"STOPPP!!!" Teriak Aira dan Luna bersamaan.

"M-mas Raka udah.. K-kasian Arga.. A-ara minta maaf kalau A-ara salah.." Suara Aira benar - benar terdengar sangat pilu.

"MASUK KAMAR!" Titah Raka pada Luna.

"T-tapi M-mas, Ara mau o-obatin A-arga.." Ucap Luna sambil sesegukan.

"KALAU SAYA BILANG MASUK KAMAR YA MASUK KAMAR!!!" Teriak Raka di hadapan Luna.

"K-ka, kamu kenapa?! Kamu cemburu?? Hiks.." Aira tak kuat membendung air matanya. Selain takut karena amarah Raka, hatinya tiba - tiba mencelos saat melihat Raka seperti orang yang dibakar api cemburu.

"Kamu juga masuk kamar!" Titah Raka pada Aira.

Aira benar - benar tak habis pikir. Ia meninggalkan Raka dan Arga di ruang keluarga.

Kedua kakak beradik ini masih dilanda keheningan. Sampai suara bariton milik Arga memecahkan atensi Raka.

"Biarin gue yang jaga anak dan istri lo!" Ucap Arga sambil memegangi sudut bibirnya.

Raka belum memberikan respon apapun. Tapi, kedua tangannya sudah mulai mengepal.

"Biarin gue, atau Mama Papa tau kelakuan lo selama ini ke Ara?!" Ancam Arga.

Fine! Raka tak bisa berkutik. Jika Mama dan Papanya tahu, ia pasti akan dihajar habis - habisan. Atau yang lebih parahnya adalah, ia bisa saja diasingkan.

"Gue gabutuh jawaban lo bang! Mulai besok dan seterusnya, gue yang bakalan jagain Ara! Dan lo gak berhak ngekang Ara seenak lo!! Lo benci anaknya Ara kalau lo lupa." Ucap Arga final.

Arga pergi meninggalkan Raka sendiri di ruang keluarga. Ada yang aneh rasanya, ketika Arga memintanya untuk mengurus semua urusan istri dan anaknya. Raka benar - benar tidak menyukai perkataan Arga tadi.

"ARGHHHH!!!" Teriak Raka frustasi.

——

To Be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

630K 31.4K 44
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.2M 55.9K 51
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
210K 8.5K 36
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...