PHOSPHENES

By Neldamaega6

1.3K 180 19

Semburat cahaya berwarna yang kita lihat setelah mengucek mata More

INTRO
PHOSPHENES - 1
PHOSPHENES - 2

PHOSPHENES - 3

241 45 11
By Neldamaega6

Ayla menghampiri seorang wanita yang kira-kira berusia 40an itu atau sepantaran sama mamanya. Wanita itu terlihat sedang duduk diruang tamu sembari membaca majalah dengan sesekali menyeruput es jeruknya.

"Mana adik saya?" tanya Ayla.

"Eh Ay udah pulang?" balas wanita itu yang membuat Ayla memutar bola matanya malas.

"Adik saya mana?" Ayla kembali bertanya dengan menekankan setiap kalimatnya.

"Ada tuh diatas. Kamu tenang aja, papa kalian udah nitipin kalian sama tante. Jadi adik kamu udah pasti aman, kamu nggak usah khawatir," jelas wanita itu kembali.

"Nggak usah sok akrab. Dan satu lagi jangan berani jemput adik saya lagi! Dasar bitch!"

Wanita itu mendesis kesal saat mendengar umpatan Ayla yang dilontarkan kepadanya. Bahkan setelah mengumpat Ayla langsung berjalan meninggalkan wanita itu.

"Dan!" Ayla memanggil Aidan. Tak lama sosok yang Ayla cari keluar dari kamarnya masih dengan seragam lengkapnya.

Ayla langsung memeluk adiknya erat. Sumpah demi apapun Ayla sangat mengkhawatirkan adiknya ini. Bagi Ayla orang yang membuatnya bertahan sampai saat ini hanya adiknya---Aidan. Ayla tak ingin terjadi sesuatu kepada adiknya.

"Lain kali kalau pulang tungguin kakak, ya! Idan harus inget mau selama apapun kak Ay jemput Idan, Kak Ay akan tetap kesana. Nanti Idan nunggu bareng pak Tio satpam di sekolah Idan. Jangan pernah mau dijemput sama orang asing terutama orang yang jemput Idan tadi, apapun alasannya. Dengerin kakak!" jelas Ayla panjang lebar. Ayla merasakan jika Aidan mengangguk dalam pelukannya.

***

"Ka!"

"Arka!"

Sang pemilik nama yang masih bermalas-malasan diatas kasur miliknya melenguh pelan. Beranjak dari tidurnya dengan mata yang masih tertutup dan tentunya nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya.

"Udah jam 7, katanya ada kelas pagi!"

Suara itu kembali membuat Arka tersadar. Arka segera berlari mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandinya.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk Arka bersiap-siap. Dari Arka mandi, ganti baju dan menyiapkan perlengkapan kuliahnya. Tak ribet seperti perempuan.

"Pagi, bund!" Arka mengecup pipi sang bunda hangat.

"Pagi anak bunda!" balas sang bunda sambil tersenyum.

"Ayah mana?" tanya Arka.

"Ayah kamu udah berangkat dari jam 6 tadi, ada meeting pagi," jawab bunda. Arka mengangguk pelan dan langsung duduk dimeja makan.

Arka adalah anak tunggal dari pasangan harmonis bernama Virza Mahendra dan Andini Distiya Herman. Ayah Arka adalah seorang pebisnis yang sudah terkenal dikalangannya, sementara sang bunda adalah seorang designer dan sudah mempunyai bisnis butik serta toko bunga. Arka sangat beruntung dilahirkan dalam keluarga ini, kasih sayang yang selalu orangtuanya berikan serta support yang tak pernah ada hentinya.

"Selesai ngampus jam berapa, Ka?" tanya Andini sembari mengolesi roti tawarnya dengan selai cokelat.

"12 keknya bund, kenapa?" balas Arka bertanya.

"Bunda minta tolong nanti jemput Nara, ya di sekolahnya! Kamu 'kan tahu tante Manda di rumah sakit, mau ngelahirin adiknya Nara bentar lagi, abis ini juga bunda mau kesana" jelas Andini. Arka mengangguk mengerti.

"Ya udah, bund. Arka pamit dulu, assalamualaikum!" Arka berpamitan sembari mencium punggung tangan Andini. Setelahnya Arka berlalu untuk segera menuju kampusnya.

***

"Ingat kalian udah semester 6, segera masukkan judul kalian sama saya. Manfaatkan waktu kalian yang ada sebaik mungkin."

Sebagian mahasiswa kelas A menghela napas kasar. Ada yang merenggut, bimbang dan mungkin saja bisa menjadi stress. Beberapa dari mereka bahkan belum memikirkan judul apa yang akan mereka ambil untuk skripsi nanti. Memikirkan praktikum dan mata kuliah yang berjalan disemester ini saja sudah membuat pusing, belum lagi mata kuliah dibawah yang harus mereka kontrak karena mendapatkan nilai D dan E.

Tak berlaku bagi Ayla. Walaupun terkadang Ayla capek, tapi Ayla tak pernah mengeluh layaknya teman-teman sekelasnya. Lagipula kepada siapa Ayla mengeluh? Ayla sudah memikirkan judul skripsi yang akan diambil sejak semester 4. Jadi, Ayla tak perlu repot memikirkannya lagi. Semoga saja judulnya yang akan dimasukkan kepada dosen pembimbingnya nanti bisa diterima dengan baik.

"Kenapa gue harus nyasar ke jurusan ini sih? Sumpah ya gue nggak pernah bayangin masuk ke jurusan Farmasi,"

"Sama. Orangtua gue malah yang maksain gue buat masuk sini. Katanya kalau nggak mau dokter, Farmasi aja. Gue kan mikir ya dokter lebih menakutkan, eh ternyata disini sama aja. Otak gue nggak bisa beradaptasi,"

"Kapan waktunya buat gue istirahat dari semua ini?"

"Gue kangen sama pacar gue. Karena jurnal, laporan sama praktikum ini gue jadi nggak punya waktu buat jalan,"

"Gue diputusin karena selalu nggak ada waktu buat dia."

Ayla hanya menggelengkan kepala pelan mendengarkan keluhan-keluhan dari beberapa teman sekelasnya. Namun, Ayla cukup bangga kepada mereka selalu banyak mengeluh tapi tetap tak lupa tanggungjawab mereka. Tetap datang ke kampus, melaksanakan semuanya secara teratur. Berbeda dengan beberapa orang temannya yang telah gugur duluan. Ibaratnya disemester 4 adalah masa seleksi alam bagi jurusan mereka. Walaupun sudah ada yang menyerah dari pertama masuk.

Ayla sangat mengingat pertama kali masuk ke jurusan ini tidaklah mudah. Dan setelah masuk ternyata jauh lebih sulit dari yang dibayangkan. Baru awal masuk sudah bisa membuat begadang sampai 3 hari berturut-turut tanpa tidur. Beberapa temannya bahkan sempat sakit. Bagi Ayla dijurusannya saat ini yang paling penting adalah sehat fisik dan mental.

"Buat group kelompok steril nggak, Ay?" gadis berambut panjang dengan mata monolid menghampiri Ayla yang sedari tadi hanya diam melamun.

"Buat aja, Stell." Jawab Ayla kepada teman sekelasnya---Stella.

Ayla memang jarang berkomunikasi dengan teman sekelasnya, namun diantara teman sekelasnya hanya Stella yang cukup dekat dengan Ayla. Dan satu lagi yang bernama Gista.

"Oke, kantin nggak?" Stella mengangguk pelan dan kembali bertanya.

"Next time, ya. Gue harus jemput adik gue." Jawab Ayla.

"Oke Ay, see u." Stella melambaikan tangannya pada Ayla dan berjalan meninggalkan kelas. Ayla segera membereskan alat tulisnya dan memasukkan ke dalam tasnya.

***

"Gimana udah ditembak belum?"

Dea menunduk dan menggelengkan kepalanya pelan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Katya. Saat ini Dea, Katya dan Oliv sedang berada dirumah makan tempat biasa mereka makan dan berkumpul selain kantin fakultas teknik. Bagi mereka ini adalah tempat paling aman untuk menggibah.

"Lo kurang kali kodeinnya," ujar Katya sambil menyeruput es teh manisnya.

"Kurang gimana lagi sih, Ya? Emang tuh cowok aja yang dodol sama nggak pekaan," Dea bersunggut kesal.

"Gini aja deh lo langsung to the point aja sama Juna. Lo tinggal bilang 'Jun, gue suka sama lo. Lo nggak ada niatan mau nembak gue gitu' dah selesai." Dea langsung menoyor kepala Katya pelan.

"Murahan banget gue anjir," seloroh Dea.

"Udah ikutin saran gue, dijamin manjur," Katya kembali meyakinkan Dea dengan saran konyolnya itu.

"Tapi, Ya. Lo aja belum bisa dapetin ka Tian. Kenapa nggak dicoba juga hal yang sama biar ka Tian sadar?" Oliv yang sedari tadi diam menikmati mie ayamnya menimpali ucapan Katya.

"Heh!" Katya menatap Oliv kesal.

"Nah, ini baru teman gue!" Dea tertawa dan segera merangkul Oliv sembari mengajak Oliv untuk ber-tos ria. Oliv tak mengerti namun tetap saja mengikuti Dea dan ikut tertawa bersamanya.

"Dasar rese. Gue laporin ka Ay nih," Katya mencibir dan hendak mengambil ponselnya namun segera ditahan oleh Dea.

"Siang epribadeh!" seruan itu cukup mengagetkan ketiganya terutama Katya yang orangnya kagetan dan panikan.

"Fano kebiasaan," Oliv mengerucutkan bibirnya kesal.

"Maaf cantikku," sahut sang pelaku yang ternyata Fano. Tentu saja Fano tak sendiri, Fano datang bersama Tian dan Juna.

"Eh, kebetulan banget. Tadi kita baru aja ngomongin kalian," ujar Oliv sembari tersenyum. Katya dan Dea melotot ke arah Oliv.

"Oh ya? Ngomongin apa, Liv?" Juna langsung mengambil tempat duduk didepan Oliv namun segera disingkirkan oleh Fano.

"Posesif banget anying," Juna mencibir yang tak dihiraukan oleh Fano.

"Jadi tadi tuh_

"Ayo duduk, duduk. Kalian lapar pasti 'kan, ya? Mau pada pesan apa nih? Tenang nanti ditraktir Katya, hari ini bonyoknya ulangtahun," Dea berusaha mengalihkan pembicaraan.

Katya yang mendengar ucapan Dea segera melototi sahabatnya itu. Bisa-bisanya menjadikannya sebagai tumbal dalam keadaan seperti ini? Lagipula apa itu bonyoknya ultah? Sejak kapan?

"Beneran, Ya? Wah mantep nih," sahut Fano.

Dea mengkode Katya dengan tatapan memelas.

Katya menghela napasnya pelan "Iya, pesan aja. Nanti gue yang traktir."

"Asik makan gratis!" Juna berseru dan segera memesan makanan diikuti oleh Fano.

"Ka Tian nggak mesen?" tanya Katya.

"Halah emang suka malu-malu babi nih anak," seloroh Juna yang dibalas anggukan oleh Fano. Tian mendengus kesal, kedua temannya ini memang halal untuk Tian ancungi pisau dibibirnya.

"Pesan aja, ka." Katya kembali berseru. Tian mengangguk dan tersenyum pada Katya. Katya menahan napasnya sesaat, sungguh senyuman yang sangat menawan.

Dea yang menyadari perubahan wajah Katya hanya mencibir dalam hatinya.

***

"Kak Ay!"

Ayla tersenyum membalas lambaian tangan adiknya yang sudah berdiri menunggu kedatangan Ayla di depan sekolah. Lebih tepatnya masih di dalam tidak di depan gerbang.

"Ini siapa?" tanya Ayla saat melihat Aidan sedang bersama seorang gadis cantik yang seumuran adiknya itu.

"Nara, teman sekelas Idan," jawab Aidan.

"Hai, Nara!" Ayla tersenyum menyapa.

"Hai kak Ayla pasti, ya? Idan sering ceritain tentang kakaknya yang cantik dan hebat," jelas Nara dengan senyum sumringahnya. Ayla menatap adiknya penuh haru.

"Nara pulang sama siapa?" tanya Ayla.

"Sama om Nara, ka." Jawab Nara.

"Om nya Nara mana?" Ayla bertanya kembali dan membuat Nara mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk melihat keberadaan orang yang ditunggu.

"Om Arka!" Nara berseru saat melihat orang yang ditunggunya turun dari motornya.

"Itu om Nara," lanjut Nara kembali.

Ayla mengikuti arah pandang Nara. Mata Arka dan Ayla saling bertemu namun Ayla langsung mengalihkan pandangannya kembali ke depan.

"Kakak Nara!" Nara tersenyum lucu mendengar protesan dari Arka. Arka memang tak suka jika dipanggil om, menurutnya membuatnya terlihat begitu tua. Lagipula Nara adalah sepupunya atau anak dari adik perempuan mamanya.

"Iya kak Arka," balas Nara.

"Oh iya kak. Ini teman Nara namanya Aidan dan ini kak Ayla kakaknya Aidan," Nara memperkenalkan Ayla da Aidan pada Arka

"Hai kak Arka," Aidan menyapa Arka duluan yang dibalas senyuman tipis oleh Arka. Ayla hanya bersedekap dada dan menatapnya sengit. Hal itu membuat Aidan menyenggol pelan lengan kakaknya.

"Ayla," ujar Ayla.

"Udah tahu," sahut Arka yang membuat kedua bocah itu menatap Arka dan Ayla bergantian.

"Kakak sekampus sama kak Ayla?" Nara bertanya dengan histeris. Arka hanya mengangguk pelan. Sementara, Ayla hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Yuk, pulang!" ajak Arka. Namun, Nara masih diam ditempat dan menatap motor ninja milik Arka yang terparkir.

"Kak Arka 'kan Nara udah bilang, Nara nggak bisa naik motor kayak gitu," Nara merenggut kesal.

Arka mendesis pelan dalam hatinya. Arka lupa mengganti mobilnya tadi di rumah. Bundanya juga sudah memperingatinya jika menjemput sepupunya itu jangan menggunakan motor besarnya itu.

"Nara pulang bareng Idan aja sama kak Ayla nanti dianterin kok. Iya 'kan, kak?" timpal Aidan yang langsung menatap Ayla.

"Em iya," Ayla menyahut yang membuat Aidan dan Nara tersenyum sumringah. Berbeda dengan wajah Arka yang sudah terlihat kesal. Lantas manfaatnya datang kesini apa?

"Di depan. Tunjukkin jalannya!" Ayla berujar pada Arka dan segera menggandeng tangan Aidan dan Nara.

"Dikira gue maps berjalan apa," Arka mendengus kesal namun segera berbalik dan menaikki motornya. Di belakangnya sudah ada Ayla bersama Nara dan Aidan dengan mobil merahnya.


Selamat berpuasa semua, semoga lancar ya🥰

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.5M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.1M 262K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
6.5M 214K 74
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.9M 168K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...