Tiupan angin subuh mengetuk-ngetuk
lapisan tipis kulit yang saling merekat enggan terusik,
bulir-bulir embun meninggalkan kesan basah di antara ciuman kita
Ia mengecup titik lemah tubuhku dari balik
Kain flannel biru malam yang tiap pekan kukenakan.
Desahan terputar berulang kali dari bilik kamar kita,
seperti suara piring hitam dari ruang tengah tetangga.
Kau candu aku dalam kutipan puisi yang tercampur erangan kasar,
Larik-larik yang sudah menemani malam kesendirian.
Aku menunggumu esok datang lagi, membawa serta buku-buku baru
Yang kau beli di sudut kota dari Negara yang
terasa samar-samar menyelip di dalam ragamu!
Mr.Tea 11 April 2021 [10:37]