PUPUS ✅

By OmaBucin

8.2K 2.2K 1K

[DILARANG PLAGIAT‼️] #Menghindari sebelum terjadi REVISI ADA DIVERSI NOVELNYA, YA! ‼️[SUDAH TERBIT DI PENERBI... More

On Radio 00.00 FM
DURASI - 00.05 FM
Chapter #2
Chapter #4
Chapter #5
Chapter #6
Chapter #7
Chapter #8
Chapter #9
Chapter #10
Chapter #11
Chapter #12
Chapter #13
Chapter #14
Chapter #15
Chapter #16
Chapter #17
Chapter #18
Chapter #19
Chapter #20
Chapter #21
Chapter #22
Chapter #23
Chapter #24
Chapter #25
Chapter #26
Chapter #27
Chapter #28
Chapter #29
Chapter #30 (END)
Ekstrak Part
Grup Chat
OPEN PRE-ORDER

Chapter #3

315 129 89
By OmaBucin

Vote dulu ya sayang ....

.
.
.
.

•••

Hari ini kami berempat berkumpul di sebuah cafe setelah selesai matkul. Kami menaiki kendaraan yang berbeda.

Alga dan Desi menaiki motor, sedangkan aku dan Bagas menaiki mobil yang tentunya Bagaslah yang menebeng padaku, tapi dia yang mengambil alih setir dan aku sebagai pemandu jalannya.

Sekarang kami sudah duduk dan memesan pesanan kami kepada pelayan di cafe. Hingga suara dehaman Alga memecahkan keheningan.

"Jangan pada diem-dieman dong," ujar Alga melirik Desi.

Mengapa aku tahu tentu saja kejadian itu ada di depan mataku sendiri jadi aku tahu.

"Lama banget sih minumannya dateng." Desi menopang dagunya.

Aku yang melihat suasana itu sungguh muak dan menyesakkan, aku membuka sosmed di ponsel daripada harus melihat orang yang dicinta mencintai sahabatku.

"Taro dulu napa Nes, hapenya," titah Bagas yang hanya aku angguki, tanpa aku turuti.

"Btw kalian udah ada rencana buat liburan gak nih?" sambung Bagas yang membuat kami bertiga menatapnya.

"Kalo gue sama Nesa udah milih pantai pas waktu ditelfon dulu ya, kan, Nes ?" tutur Desi yang ku-iya-kan.

"Lo kalo maen hape terus mending gak usah ikut kumpul aja!" Alga menatap tajam ke arahku yang kubalas tatapan tajam juga.

"Ya udah kalo gitu gue balik, bye." Aku bangkit dan meninggalkan mereka bertiga yang masih berdiam di tempat.

Sesampainya aku di parkiran teriakan Bagas dan Desi membuat langkahku terhenti.

"Nesa!" Aku menoleh dan menatap mereka yang setengah berlari ke arahku.

"Nes udahlah omongannya si alga jangan di denger," kata Desi yang di-iyakan oleh Bagas.

"Yuk balik ngumpul lagi, udah dong jangan cemberut, senyum dikit aja," pinta Bagas yang aku turuti dengan menampilkan deretan gigiku yang membuat Desi dan Bagas terkikik melihat tingkahku.

"Nah gini kan' enak diliat gak usah jauh-jauh ke margasatwa." Aku melotot mendengar ucapan Bagas yang langsung kuhadiahi cubitan yang membuatnya meringis kesakitan.

"Udah wey jangan uwu-uwuan, gue jadi mupeng nih." Desi memanyunkan bibir seolah benar-benar iri pada tingkah kami, aku tak menggubris ucapan desi dan lebih baik diam.

Sedangkan batin terus memberontak akan ucapan desi. "Andai lo tau des, guelah orang teriri yang pengen berada di posisi lo, dimana di sayang pria yang gue cintai."

Namun, perkataan itu tak mampu kuucapkan dan berakhir dipendam dalam hati kembali, aku hanya bisa tersenyum miris melihat diri ini semakin teriris.

"Udah ayok sampe kapan kita disini mulu," ajak Bagas kepada kami berdua yang kami berdua angguki.

Setelah aku kembali berkumpul sudah tersedia beberapa pesanan yang tadi kami pesan.

Kami menghabiskan waktu mengobrol kesana kemari, walaupun aku masih bungkam dan hanya sekali-sekali saja, karena sejak tadi aku memperhatikan Alga yang tak meminta maaf atas ucapannya tadi.

"Sesusah itukah, Ga ... sampe minta maaf ke gue aja gak bisa lo ucapin, 4 huruf yang seharusnya lo bisa ucapin tapi lo sulit banget buat ucapin itu didepan gue?!" batinku semakin sesak didada.

Aku melihat ke arah desi dan alga yang sejak tadi berbicang dengan asyik secara bergantian.

Disitulah titik tanyaku, mengapa Alga berbeda saat denganku dan saat dengan Desi? Mengapa? Mengapa sikap dan ucapan,  itu tak pernah hadir kepadaku? mengapa Alga?

"Nah kita udah selesai makan dan minum, sekarang waktunya penentuan liburan, gimana nih?" Suara bagas menghamburkan lamunanku.

Aku menyesap kopi dan berkata. "Gue sama Desi udah sepakat ke pantai, kalo kalian berdua?" tanyaku pada mereka berdua —Alga dan Bagas—

Mereka berdua terdiam, hingga Bagas angkat suara. "Gue sih pengennya kita camping."

"Gue setuju sama lo, Gas," sahut Alga.

"Tapi gue gak mau camping, ribet," tukas Desi yang mendapat pertimbangan dari Alga dan juga Bagas.

"Ya udah kita ngikut yang cewe-cewe aja, emang mau ke pantai mana sih?" tanya Alga yang diangguki Bagas.

"Kita juga belum tau mau kemana sih," jawab Desi dengan jujur.

"Ya udah ke pantai dewata bali aja gimana?" tanya Bagas yang dibalas anggukan dari kami bertiga.

"Gue ikut aja." Setelah aku angkat bicara aku kembali menyesap kopi yang tinggal satu tegukan lagi.

"Btw gue gak bisa lama-lama, gue mau ijin cabut duluan yah gaes. Lo mau ikut balik gak, Gas?" tuturku yang dibalas anggukan dari dua sejoli itu.

"Oiya dong jelas." Bagas bangkit dan mengikuti langkah kakiku.

Aku seperti biasa duduk dibangku depan bersebelahan dengan Bagas yang mengambil alih mengemudi.

Selama diperjalanan kami saling terdiam hingga sesampainya kami di perumahannya, dia pun turun dari mobikku dan kemudi setir pun aku ambil alih.

"Nes, makasih ya untuk hari ini," tutur Bagas yang menampilkan senyum manisnya yang membuatku sedikit terpesona olehnya.

Namun dengan cepat langsung ku-iya-kan dan masuk ke dalam mobil. Entah apa yang Bagas maksudkan.

Akupun langsung menancapkan gas menuju apartemen, karena hari juga sudah mulai menggelap.

•••

"Mimpi buruk itu terputar lagi ...."

-Nesa Gladys

•••

Setelah kepulanganku dari mengantar bagas pulang, aku langsung menidurkan diri ini ke kasur king size yang membuatku terlarut dalam dunia mimpi.

Dialam mimpi aku hanya sekilas melihat mereka yang aku rindukan.

"Pah ...."

"Mah ...."

"Azka ...."

"Ga ...."

"Jes ...."

"Ma-afin Nes-a hiks ... ja-ngan t-tinggalin ... hiks ... hiks ... hiks ...."

Setelah itu hanya ada kabut, dering dari ponsel yang membuatku terperanjat bangun. Aku membuka ponsel yang menampilkan nama Bagas.

"Gila ini anak ngapain miscall jam 12 malem," gumamku.

Aku matikan ponsel dan berganti pakaian, setelah itu menuju dapur, karena sejak kepulangaku mengantar bagas, aku belum menyuapkan makan malam.

Aku membuka kulkas yang hanya berisi makanan ringan dan beberapa minuman kaleng, sedangkan sayuran dan kawan-kawannya tidak ada dikulkasku.

"Ck ... gue laper banget masa iya makan jajan doang, pesen makanan tengah malem kek begini mana ada," rutukku.

Aku mengambil jaket dan menuju supermarket 24 jam yang tak jauh dari apartemenku, saat pintu lift terbuka.

"Bagas." Aku menantapnya sebentar sebelum akhirnya Bagas keluar dari lift dan menarikku menjauh.

"Lo mau kemana tengah malem begini?" tanyanya.

"Seharusnya gue yang tanya elu kek begitu," tuturku sambil bersidekap.

"Ehehe gue cuman mau nganterin ini doang," ujar Bagas yang menunjukkan totebag yang iya bawa.

"Nih." Bagas menyerahkan totebag ditangannya itu kepadaku.

"Ini apaan?" tanyaku yang menyernyit heran.

Pasalnya, aku tak pernah melupakan barang atau apapun yang dipinjam atau sengaja ditinggalkan.

"Buka aja nanti pas masuk apartemen lo, btw itu Mamah gue khawatir banget sama lo, sesekali mampir ke rumah gue lah." Saat Bagas mengakhiri ucapannya dia menatapku sekilas lalu memalingkannya kembali.

"Guenya juga khawatir dan kangen sama lu," lanjutnya dengan lirih, namun aku dapat mendengarnya.

"Ya udah gue mau balik ya dan elu ga usah keluar rumah tengah malem lagi terus usahain angkat telfon gue atau kalo lu perlu sesuatu telfon, gue selalu ada buat lu." Bagas tersenyum dan mengacak-acak rambutku sebelum dia pergi.

Sedangkan, aku masih terdiam ditempat sebelum akhirnya tersadar dan masuk kembali ke apartemen.

Saat aku sudah masuk dan membuka totebag pemberian dari Bagas tadi, terdapat rantang yang masih bisa kurasakan kehangatannya dari luar dan terdapat sepucuk surat.

Aku membuka surat itu. "Nesa sayang nanti pas berangkat dan pulang dari kampus sama bagas yah, tante tunggu kedatengan kamu ke rumah ini lagi, love tante tiana." Itu isi dari sepucuk surat yang diberikan tante tiana --Mama Bagas--

Aku tersenyum simpul dan membuka rantang yang segera kusantap, rasanya masih sama dan selalu lezat.

Setelah kuhabiskan, aku langsung membersihkan rantangnya setelah itu aku beranjak dan pergi untuk kembali tidur.

•••

Aaa bagas sosweet banget, pengen author karungin, boleh kan'?! boleh lah ya 😭
.
.
.
.
.

Votment dulu ya sayang, makasih.

Continue Reading

You'll Also Like

192M 4.6M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
194K 12.3K 57
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
1.1M 55.5K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
22.9K 1.7K 15
chitchat gotblackvelvet as high school student receh, gaes ©vandjoy, 2019