Love For Eleanor

De FatimahIdris3

1.1K 807 528

Kutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya... Mai multe

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24.1
BAGIAN 24.2
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31

BAGIAN 10

50 28 37
De FatimahIdris3

Sebelumnya author mau ngucapin makasi buat yg udah meluangkan waktunya untuk baca cerita yang kagak jelas ini.

Makasi juga buat yang udah kasih semangat, kasih vote dan yang bersedia kasih saran serta komentnya.

Sayang kalian buanyak-buanyak.

Tanpa kalian apalah arti tulisan author ini.

Ok cukup cuap2nya.

Kuy lanjut......

Selamat membaca😉😉

🌺🌺🌺

        El menghela nafasnya. Lalu melihat pantulan dirinya dicermin besar yang ada disalah satu ruangan yang disediakan perusahaan Sharga. Hari ini tepat acara ulang tahun perusahaan Sharga sekaligus acara pertunangan antara Ahra dan Sharga.

      El sangat lega setelah beberapa hari yang lalu menceritakan semuanya pada Fai dan Ahra. Bersyukurlah El memiliki sahabat-sahabat yang bisa mengerti keadaannya.

"Sampai kapan kau akan berdiri disitu? Acaranya sebentar lagi akan dimulai" Suara itu milik Diaz.

        Entah sejak kapan, pemikiran El berubah pada Diaz. Pria itu, walaupun diluarnya seperti kulkas berjalan, namun ada kepedulian akan sekitarnya.

"Kau sudah gila ya? Kenapa senyum-senyum seperti itu? Dasar wanita aneh"

"Bisa tidak sekali saja kau memujiku? Katakan jika hari ini aku cantik atau apapun yang bisa membuatku senang" El cemberut.

"Tidak ada untungnya bagiku"

        Diaz berbalik, keluar dari ruangan itu. El mengikuti dibelakangnya. Sesekali El menggerutu karna Diaz tidak menanggapi perkataannya. Sementara Diaz terlihat biasa saja. Seperti tidak memiliki ketertarikan untuk berkomunikasi dengan wanita disampingnya itu.

      El tersenyum melihat ballroom yang kini telah berubah menjadi tempat pesta yang begitu indah. Rasa bangga memenuhi relung hatinya. Tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini.

"Waaaaaah harusnya dari dulu kau berpakaian begini, kau terlihat berbeda"

      Suara Aro yang berjalan berdampingan dengan Fai terdengar dibelakang El dan Diaz. El menoleh kebelakang. Tersenyum melihat Fai dan Aro. Mereka tampak serasi.

"Ahra dan Sharga sudah datang?" Tanya Fai.

"Mereka sedang diperjalanan" Jawab Diaz.

"Ayo mulai bersiap-siap" Kata El sambil memegang tangan Fai.

"Aku akan pergi memantau keadaan" Diaz juga pergi.

"Kenapa semua pergi? Hmm... Aku akan mencari wanita yang bisa kuajak kenalan saja, siapa tau ada yang cocok"

       Baru saja Aro akan melangkahkan kakinya, Diaz sudah menarik kerah bajunya.

"Heh heh apa yang kau lakukan?"

"Ikut denganku"

"Iya iya aku ikut denganmu, tapi lepaskan dulu tanganmu, aku tidak bisa bernafas"

        Diaz melepaskan tangannya dari kerah baju Aro. Lalu berjalan mendahului Aro. Perlahan, Aro mengikuti langkah Diaz.

🌺🌺🌺

         Billy memandang tajam kearah wanita yang kini tepat berada dihadapannya. Dengan air mata yang mengalir dikedua pipinya, Billy tau itu hanya alat untuk meyakinkan semua penghuni rumah itu bahwa wanita itu sedang bersedih.

       Semua orang bisa saja masuk dalam kebohongan wanita bernama Chitra itu. Tapi tidak dengan Billy. Pria itu tau persis seperti apa Chitra. Wanita itu akan melakukan apapun demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Termasuk berpura-pura hamil dan mengatakan jika anak yang dikandungnya adalah anak Billy.

"Kau harus bertanggung jawab Billy" Kata sang ibu dengan nada kecewa.

"Tapi... Ibu"

"Tidak ada tapi, kau sudah membuat Chitra hamil, tidak ada alasan lagi selain menikahinya"

"Dia bohong, aku tidak pernah melakukan apapun dengannya, bahkan untuk menyentuhnya aku tidak sudi"

"Jaga ucapanmu Billy, ibu tidak pernah mengajarkan yang tidak baik padamu, jika kau menghina Chitra sama saja kau menghina ibu, dengan atau tanpa persetujuan darimu, minggu depan kau harus menikahi Chitra, tidak ada penolakkan"

      Ibu Billy melangkah meninggalkan Billy dan Chitra. Salah satu pelayan dirumah Billy juga memilih untuk menyusul ibu Billy.

"Apa kau puas? Ini yang kau mau bukan?"

"Ya sebenarnya ini belum seberapa, saat aku benar-benar menikah denganmu, barulah aku puas apalagi jika semua harta milik keluargamu jatuh ketanganku" Chitra tersenyum sinis.

"Owh... Jadi itu tujuanmu sebenarnya? Jika hanya hartaku yang kau inginkan, tidak perlu pura-pura hamil anakku, cukup kau katakan saja, maka akan kuberikan padamu" Kata Billy merendahkan.

"Kau mungkin akan dengan mudah memberikannya, tapi tidak dengan ibumu, jadi butuh sedikit alat untuk membuatnya tunduk padaku"

"Akan kupastikan kau tidak akan pernah mendapatkannya sepeserpun"

"Lakukan apa saja yang ingin kau lakukan, aku juga akan melakukan apa yang ingin aku lakukan" Kata Chitra memamerkan senyum jahat miliknya.

        Lalu pergi meninggalkan Billy sendiri. Billy benar-benar emosi dan melampiaskannya pada vas bunga dimeja ruang tamu.

🌺🌺🌺


        Acara ulang tahun dan pertunangan antara Ahra dan Sharga sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu. Para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Sembari menunggu pekerja yang membersihkan tempat acara tersebut, Fai dan beberapa orang lainnya menikmati suasana malam yang sepertinya akan turun hujan.

"Jangan melamun sendirian, kata orang itu tidak baik" Kata Diaz yang melangkah mendekat kearah Fai.

       Mungkin banyak yang tidak menyadari sikap dan gerak-gerik wanita itu malam ini. Atau mungkin bukan hanya malam ini tapi malam-malam sebelumnya juga. Dia sangat pintar menyembunyikan perasaannya lewat wajah garang yang dimilikinya. Hanya orang-orang tertentu yang tau dibalik sifat tegarnya ada hal yang disembunyikannya.

       Fai tidak menanggapi perkataan Diaz. Dia memilih kembali menatap kehamparan langit tanpa bintang. Diaz menghela nafas. Sudah biasa mendapat perlakuan serupa dari orang-orang sekitarnya.

"Pantas saja kalian cocok satu sama lain, ternyata kalian sama, suka menyimpan masalah sendiri, lalu apa gunanya kalian menjadi sahabat?"

       Masih tidak ada tanggapan dari Fai. Wanita itu seolah sengaja mengacuhkan keberadaan Diaz.

"Aku dan Sharga sudah mengenal sejak lama, apapun masalahku kuceritakan padanya begitu juga dia, tidak ada kata sungkan, malu apalagi ada perasaan tidak nyaman, dulu kupikir semua bisa kuselesaikan sendiri tanpa bantuan siapapun tapi sejak bertemu dengan Sharga, aku mulai mengerti apa itu persahabatan"

"Meski tidak sepenuhnya membantu, setidaknya bebanku sedikit berkurang, otak akan berjalan dengan sendirinya"

      Diaz menyipitkan matanya saat tidak sengaja matanya menangkap sosok seorang pria yang tidak asing baginya, mengobrol berdua dengan seorang wanita.

"Aku harus pergi, yang pasti ingat kata-kataku, berhenti sok tegar. Kau bukan robot, berhenti berpura-pura"

       Setelah mengatakan itu, Diaz bergegas pergi meninggalkan Fai yang kebingungan.

"Dia sama saja seperti El, aneh sekali" Gumam Fai sambil memperhatikan Diaz yang sudah menghilang entah kemana.

🌺🌺🌺

       El menatap pria yang ada dihadapannya kini dengan tatapan datar. Rasanya ingin sekali El melampiaskan rasa kesal dan sakit hatinya. Namun dia masih sadar dimana dia saat ini berada. Apalagi masih ada beberapa wartawan yang belum pergi.

       Pria itu tidak sendiri. Disampingnya berdiri wanita cantik dengan tinggi semampai juga bentuk tubuh yang sempurna. El akui, dibanding dirinya wanita itu lebih segalanya. Wanita itu merangkul erat tangan kanan Billy. Wajahnya menyunggingkan senyum angkuh.

"El..." Baru saja Billy ingin mengatakan sesuatu, tapi El langsung memberi isyarat agar pria itu diam.

"Jadi wanita ini?" Tanya El dengan wajah datar sambil mengangkat dagunya tinggi.

"El aku bisa menjelaskannya, dia..."

"Aku calon istrinya"

       Chitra memotong perkataan Billy begitu saja. Membuat Billy kesal.

"Benarkah? Waaaaah selamat kalau begitu, tapi bisakah aku menyelesaikan urusanku dulu dengan calon suamimu ini?" Tanya El yang sengaja menekankan "calon suamimu".

"Silahkan, tapi aku tidak akan pergi, aku tetap disini"

"Ck kalian pasangan yang cocok, baiklah aku tidak akan lama, aku hanya ingin pria ini memperjelas bahwa aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa" Kata El tegas.

"Tidak akan pernah El, aku tidak akan mengakhiri hubungan kita, kau tetap kekasihku" Kata Billy emosi. Dia tidak menyangka El akan memintanya untuk mengakhiri hubungan mereka.

"Apa yang kau katakan? Kau fikir untuk apa aku memintanya menemaniku ke tempat ini jika tidak dengan sengaja ingin bertemu denganmu, Billy memang akan mengakhiri hubungannya denganmu, karna saat ini ada kehidupan baru dirahimku yang mengalir darahnya" Kata Chitra sambil mengelus perut ratanya. Seolah memang ada calon bayi didalamnya.

"Apa!!!!????"

"Iya, aku sedang hamil anak Billy, itulah alasan kenapa Billy tidak bisa menemuimu"

"Hentikan Chitra!!! Sudah cukup untuk kebohonganmu itu!!!" Billy mengamuk. Dihempaskannya tangan Chitra yang dari tadi merangkul tangannya.

"Dengar ya, sudah kukatakan kau bisa menipu semua orang tapi tidak denganku, anak itu bukan anakku, aku sama sekali tidak pernah melakukan hal aneh denganmu"

"Tega sekali kau berkata begitu padaku? Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin mencampakkan aku begitu saja? Apa karna ada wanita ini? Ingat Billy ini darah dagingmu"

        Chitra berlari pergi meninggalkan El dan Billy sambil menangis. Tidak sia-sia bakat yang dimilikinya selama ini. Harusnya dia bukan saja menjadi seorang model, tapi aktris juga.

      Setelah kepergian Chitra, Billy berbalik menghadap kearah El. Billy berniat menjelaskan apa yang terjadi saat ini dan ada harapan bahwa El mempercayai semua yang dikatannya. Namun harapannya pupus saat sebuah tangan menampar pipinya.

"Harusnya dari awal aku tidak pernah mengenalmu, aku menyesal pernah percaya bahwa kau pria baik-baik, kau pria paling brengsek yang pernah aku temui, lupakan jika aku pernah menjadi kekasihmu, anggap saja itu mimpi, menjauh dari hidupku dan jangan pernah muncul dihadapanku lagi"

      El melangkah pergi tanpa menunggu Billy membalas perkataannya. Sementara Billy hanya bisa pasrah. Entahlah apa yang saat ini dirasakan Billy. Hanya dia sendiri dan Tuhan yang mengetahui isi hatinya. Dia percaya inilah takdir cintanya dengan El. Mungkin suatu hari akan ada pria yang tepat untuk El dan akan ada wanita yang tepat pula untuk dirinya.

"Terima kasih untuk beberapa bulan ini El, aku harap kau selalu bahagia dan suatu saat kau akan menemukan pria yang lebih baik dariku, ma'af selama mengenalku hanya membuatmu sedih" Gumam Billy dalam hati.

🌺🌺🌺

        Diaz tengah sibuk memperhatikan layar laptopnya. Entah sejak kapan dia memperhatikan wajah wanita dilayar laptopnya itu. Kadang dia tersenyum sendiri tapi tiba-tiba saja dia mengerutkan keningnya.

"Jika kau menyukainya, katakan saja tidak perlu disimpan terlalu lama" Sebuah suara mengejutkannya.

       Diaz menatap wanita mungil yang sekarang duduk ditempat tidurnya itu. Wanita itu memamerkan senyum manis yang Sharga selalu banggakan.

"Entahlah aku hanya sedikit ragu, dia baru saja putus dengan kekasihnya, bukankah aneh jika tiba-tiba aku mengatakan jika aku menyukainya?"

"Jadi benar kau menyukainya? Sharga tidak bohong?"

     Bukannya menjawab pertanyaan Diaz, wanita itu malah mengajukan pertanyaan lain. Diaz melangkah mendekati wanita itu, lalu mencubit pipi chubbynya dengan gemas.

"Yaaaaaaaaaaaaaaa, sakit" Wanita itu mengeluh kesakitan.

"Benar kata Sharga kau itu imut sekali, hehhehehhehhe" Diaz menghentikan cubitannya dipipi wanita itu.

       Beberapa saat keadaan hening. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Ahra, menurutmu apa aku cocok dengan El?" Tanya Diaz memecah keheningan.

"Apa yang membuatmu berfikir jika kalian tidak cocok?"

"Kau tau, aku hanya anak angkat paman Sharga, aku tidak tau siapa orang tua kandungku, pasti tidak mudah bagi orang tua El menerimaku"

"Aku sudah dengar semua dari Sharga tentang dirimu, aku juga tau bahwa sampai detik ini kau masih sering mengunjungi makam ayah angkatmu padahal dia dulu menyiksamu"

"Sial, kenapa dia menceritakan banyak hal padamu?"

      Ahra tersenyum melihat reaksi kesal Diaz saat tau bahwa Sharga menceritakan kisah hidupnya pada Ahra.

"Jika aku jadi El, aku pasti sangat bersyukur bisa mengenalmu, apalagi jadi pasanganmu, kau punya hati yang baik, kau juga penyayang ya walaupun ada satu kekuranganmu"

"Apa itu?" Tanya Diaz penasaran.

"Kau itu tampan tapi sayang kurang tersenyum" Jawab Ahra.

"Itu sudah bawaan dari lahir" Kata Diaz sambil memalingkan wajahnya.

"Tapi aku pernah beberapa kali melihatmu tersenyum bahkan tertawa lepas bersama Sharga"

"Aku bisa seperti itu jika aku merasa nyaman dengan orang itu"

"Oowwwh.... Begitu ya"

"Oya, kenapa kau masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu lebih dulu? Apa Sharga tidak mencarimu?" Tanya Diaz dengan wajah datar mode on.

"Jangan menatapku begitu, kau membuatku takut. Aku minta ma'af karna tidak mengetuk pintu sebelum masuk, itu salahku" Ahra menundukkan kepalanya merasa menyesal.

"Huft... Sepertinya virus yang kau bawa bukan hanya meracuni Sharga tapi meracuni aku juga"

"Hah?? Maksudnya?" Ahra mendongakkan kepalanya menatap Diaz.

      Diaz memeluk Ahra seperti seorang kakak yang memeluk adik bungsunya. Membuat Ahra tersenyum karna merasa diterima oleh pria itu. Ahra membalas pelukan Diaz. Ini seperti obat pelepas rindunya pada sang adik. Tinggi Diaz hampir sama dengan adik Ahra. Jadi dipeluk Diaz sama saja dengan dipeluk adiknya.

"Heh, siapa yang mengijinkanmu memeluk calon istriku?"

       Sharga muncul dan langsung menarik Ahra kearahnya. Menatap Diaz tajam seolah ingin menerkamnya. Diaz hanya membalas tatapan itu dengan memutar matanya malas.

"Cari pasangan sendiri jangan menyentuh milikku" Kata Sharga galak.

"Enak saja milikmu, aku bukan barang" Protes Ahra dibalik punggung lebar Sharga.

"Ma'af sayang, bukan maksudku menyamakanmu dengan barang, kau itu hanya milikku, tidak boleh ada yang menyentuhmu selain aku, mengerti" Kata Sharga sambil memegang kedua pundak Ahra.

"Egois" Gumam Ahra cemberut.

"Dia memang egois" Sahut Diaz sambil tertawa puas.

"Diam kau!!" Kata Sharga tidak terima.

"Tok.... Tok.... Tok..."

         Suara ketukan pintu mengintrupsi ketiganya. Ada Mila didepan pintu.

"Ma'af menganggu, tapi ada telepon untuk nyonya Ahra"

"Oh benarkah? Siapa yang meneleponku?" Tanya Ahra penasaran.

"Ma'af nyonya saya lupa" Jawab Mila sambil tersenyum salah tingkah.

"Baiklah"

          Ahra akan keluar dari kamar Diaz saat tangannya ditahan Sharga. Ahra mengurungkan langkahnya dan menatap kearah Sharga.

"Aku mencintaimu" Kata Sharga.

        Bukan hanya Ahra, Diaz yang berdiri dibelakang Sharga juga memutar matanya bosan. Jika bersama Ahra, Sharga memang bersikap berlebihan. Terkadang Ahra sendiri muak. Ahra menghela nafas dan memaksakan tersenyum lalu memiringkan kepalanya guna melihat kearah Diaz.

"Kita lanjut nanti lagi ya kak Diaz" Kata Ahra sambil melambaikan tangannya. Tidak lupa senyum manis yang tersungging diwajah bulatnya.

        Diaz membalas senyuman Ahra dan dengan reflek ikut melambaikan tangannya. Sharga cemberut melihat interaksi antara Ahra dan Diaz. Apalagi saat mendengar Ahra memanggil Diaz dengan sebutan kakak.

"Sudah sudah, cepat terima teleponnya" Kata Sharga sambil mendorong punggung Ahra lembut agar keluar dari kamar Diaz.

        Setelah Ahra pergi, Sharga menatap Diaz tajam.

"Apa???" Tanya Diaz menantang.

       Tanpa menjawab pertanyaan Diaz, Sharga langsung mendorong Diaz. Membawa pria itu ketempat tidur. Mereka mirip dua anak kecil yang berebut mainan. Saling menendang, memukul bahkan menjambak rambut masing-masing menjadi hal biasa yang mereka lakukan.

        Setelah puas, keduanya sama-sama terlentang dengan nafas yang terputus-putus. Lalu tertawa bersama-sama. Geli sendiri ketika mengingat kelakuan mereka. Umur mereka memang tidak lagi muda tapi jika sudah bertemu, mereka lupa segalanya.

🌺🌺🌺

           Aaaaaaaaaaaaa adakah yang baper sama persahabatan Sharga dan Diaz?????

           Atau baper sama persahabatannya Ahra, El sama Fai????

        Kuy kasih tau author gmn kisah persahabatan kalian hehehheheeh.

       Sampek ketemu di bagian selanjutnya ya......

       Jangan lupa vote dan komentnya ya..... Makasi

♥♥♥♥

Continuă lectura

O să-ți placă și

909K 9.3K 24
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
My sekretaris (21+) De L

Ficțiune generală

163K 1.4K 14
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
OneShoot 🔞 De ItchyPussy

Ficțiune generală

892K 3.6K 9
Kocok terus sampe muncrat!!..