[END] I'am Fun(Fuck) With You...

By QaraTanjung

61K 5.5K 1.5K

Warning! Cerita ini akan menyakitkan dan membuat kesal, ingin memaki serta umpatan yang berujung pada kekecew... More

Fun(Fuck) Bag I
Fun(Fuck) Bag II
Fun(Fuck) Bag III
Fun(Fuck) Bag IV
Fun(Fuck) Bag. VI
Fun(Fuck) Bag VII
Fun(Fuck) Bag VIII
Fun(Fuck) Bag IX
Fun(Fuck) Bag X
Fun(Fuck) Bag XI
Fun(Fun) Bag XII
Fun(Fuck) XIII
Fun(Fuck) Bag XIV
Fun(Fuck) Bag XV
Fun(Fuck) Bag XVI
Fun(Fuck) Bag XVII
Fun(Fuck) Bag XVIII
Fun(Fuck) Bag XIX
Fun(Fuck) Bag XX
Fun(Fuck) Bag XXI [END]
Ha(ppy)rd To Be With You!

Fun(Fuck) Bag V

2.9K 277 77
By QaraTanjung

Sorry For Typo
02/04/21

Biasakan Vote & Comment

Pandangan mata berwarna coklat muda itu menatap jauh menuju langit biru yg terlihat cerah, namun sayang suasana hatinya saat ini tidak begitu baik sejak kejadian tempo lalu. Beberapa hari ini entah kenapa Jimin menghindari Taehyung dengan alasan yg terkadang tak masuk akal. Ia juga kerap merenung saat para guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, ia merasa kehilangan fokus diri tanpa di sengaja.

Saat kelas pertama usai ia di panggil keruang BK, salah seorang murid kebanggan sekolah itu mengalami penurunan akhir-akhir ini sehingga para guru mulai mempertanyakan apa penyebabnya.

"Bukan kah kau ingin menjadi seorang sutradara?"

"Iya Saem"

"Lalu kenapa kau tak semangat lagi? apa kau sudah mengubah mimpi mu menjadi seorang penulis drama?"

"Bukan begitu Saem, aku hanya merasa kurang sehat"

"Jika kau sakit sebaiknya akhir pekan ini pulang ke rumah dan habiskan waktumu bersama keluarga, mungkin kau terlalu memaksakan diri untuk belajar"

Jimin memikirkan kembali percakapannya dengan wali kelas, Jimin bukan ingin mengubah mimpinya tapi ia hanya sedang tidak merasa tenang. Mungkin lebih baik ia mencari suasana baru agar fikirannya bisa pulih lagi.

"Jiminie..."

"Huh? J-Jungkook"

"Kaget? kau sangat sulit ku temui dan pesanku pun tak di balas" Jungkook duduk berhadapan dengan kekasihnya.

"Jungkookah... "

"Heum?"

".... Kau ingin tidur denganku?" Jungkook mengerutkan kening mendengar pertanyaan kekasih kecilnya.

"Mwo? Kau bicara apa?"

"Bukan kah orang yg pacaran itu melakukan hal-hal semacam ini?"

"Jimin sebaiknya jangan mengatakan hal-hal mesum, kau harus tetap seperti ini. Urrie Jiminie harus di jaga dengan baik" Jungkook mengusap rambut hitam Jimin.

"Apa kau melakukannya dengan orang lain?"

"Huh?"

"Jungkookah apa ku pernah melakukan hal itu dengan seseorang?" Jimin melepaskan tangan Jungkook yg masih mengusap rambutnya, tangan ini sudah di gunakan Jungkook untuk membelai orang lain. Jimin tak menginginkan perlakuan yg sama.

"Kenapa kau fikir begitu?"

"..Geunyang..."

"Lupakan, bagaiman jika akhir pekan ini kau ikut dengan kelompokku ke bar tuan Jung"

"Yang ada tempat billiarnya itu?"

"Heum"

"Aku akan mengajak Taehyung" Jimin memperhatikan perubahan ekspresi di wajah sang kekasih.

"... Ya kau boleh mengajaknya" Jimin memberikan senyuman manis sebelum akhirnya mereka berpisah untuk melanjutkan kelas masing-masing.

Awan mendung menghiasi langit-langit di akhir pekan, meski begitu Jimin sudah berdandan rapi untuk pergi ke bar sesuai janji tempo lalu. Jimin menatap dirinya di kaca tanpa berkedip, kaca mata yg selalu ia gunakan,  pakaian yg sangat biasa saja dan tak ada hal menarik tentang dirinya. Apakah ini yg membuatnya tampak membosankan.

Jimin membuka pintu kamar lalu melangkah keluar yg sudah di tunggu oleh Taehyung, Jimin menatap sahabatnya dari bawah hingga keatas. Taehyung memiliki tubuh tinggi langsing dan pakaiannya modis, ia bisa berdandan dan tampak ceria, berbeda dengannya yg memang  angkuh atau sombong karena sikap dinginnya kepada orang lain.

"Mimi sudah siap?"

"Heum... Taetae di bawa sudah ada Jungkook, kau pergi dulu saja dengannya aku harus ke suatu tempat terlebih dahulu"

"Wae? kita bisa pergi bersama" Taehyung bingung.

"Katakan pada Jungkook, aku akan bertemu dengannya langsung di lokasi saja. Anyeong Taetae" Jimin melambaikan tangan lalu pergi begitu saja meninggalkan Taehyung dengan sejuta tanya.

Jimin menaiki taxi dengan tujuan ke kota, sebenarnya tujuan ini sama saja dengan tempat yg akan mereka datangi, hanya saja Jimin perlu melakukan beberapa hal sambil memikirkan dengan baik tentang persahabatan dan juga cintanya.

Taxi yang di tumpangi Jimin berhenti di pusat perbelanjaan, ia melirik jam di tangan masih ada waktu sekitar satu jam sebelum bar itu di buka jadi Jimin akan memanfaatkan waktu singkat tersebut. Jimin melewati beberapa toko pakaian untuk membeli beberapa barang,  pertama kalinya Jimin menggunakan tabungan beasiswanya untuk berbelanja kebutuhan diri sendiri, biasanya hanya ia gunakan demi membeli buku.

Jimin sudah menenteng dua kantong belanja yg berisi baju dan celana, ia tak tahu mode apa yg sedang trand saat ini.

"Hmm.. Ya Park Jimin" Teriakan seseorang itu menghentikan langkah kaki Jimin.

"Y-Yoongi"

"Sedang apa kau disini? bukannya kita janji di bar tuan Jung?"

"Arra, aku hanya... belanja sedikit, apakah tampilanku terlalu kuno?"

"Haha kau baru sadar itu? ohoo ayolah coba ku lihat kau membeli apa?" Yoongi memeriksa isi kantong belanjaan milik Jimin " Oh My God! kau membeli pakaian apa? ini hanya di pakai oleh ahjusi-ahjusi" ekspresi Yoongi sangat mengesalkan.

"Aku tidak tahu harus belanja apa"

"Singkirkan benda itu, aku akan membantumu, kau ada dana berapa?"

"Tidak banyak"

"Baiklah tidak perlu pakaian bermerk yg penting pantas kau gunakan, kau itu menarik hanya saja kau selalu bersembunyi di balik image mu sebagai murid pintar yg culun" Yoongi menarik tangan Jimin memasuki toko-toko.

Jimin mengikuti langkah Yoongi kemanapun pria itu menariknya, hingga Jimin sudah mengenakan pakaian serba hitam dan aksesoris ringan sebagai pelengkap.

"Perfect!"

"M-min Yoongi, celana ini terlalu robek" ia mencoba menutupi kulit pahanya yg terekspos di balik jeans ketat dengan robekan di berbagai sisi yg membalut sempurna.

"Kau akan terbiasa, ini modis dan tidak ketinggalan jaman. Kaos dan Jeans itu sudah sangat bagus, langkah selanjutnya mari kita ke salon"

"Yaa... Tidak perluu"

"Perlu, ikut saja" ujarnya dengan nada penuh penekanan.

"Rambutmu sangat sehat, kau hanya perlu menatanya sedikit. Percayalah padaku"

Jimin menggangguk setuju tanpa perlawanan lagi, seperti perkataan pria berandalan itu rambut Jimin hanya di potong sedikit untuk merapikan beberapa sisi dan menatanya menggunakan pomade. Yoongi tampak puas dengan hasil akhir pada tampilan kekasih sahabatnya.

"Hmmm... Apa yg salah yah, semua sudah ok, tunggu sebentar"

"Wa-wae? apa aku terlihat jelek?"

"Hm... Kacamata mu, lepas itu"

"Aku tidak akan bisa melihat Yoongi"

"Jinjja? Aaa aku tahu, ayo kita gunakan Soflens" lagi-lagi Yoongi menarik tangan Jimin sesuai keinginannya tanpa menunggu jawaban dari pria culun itu.

Waktu menunjukan pukul 7 malam, sudah saatnya Jimin dan Yoongi menuju ke bar tuan Jung. Namun sebelum itu, Jimin menatap dirinya di kaca full dari atas hingga ke bawah. Benarkan ini dirinya? Jimin tidak menyangka jika ia memiliki sisi tampan yg berdiri seperti saat ini. Senyum tipisnya mengartikan jika Jimin puas, bahkan ia tak menyesal telah menghabiskan sedikit tabungannya untuk membeli barang-barang yg dipilihkan oleh Yoongi, termasuk makeup dan sepatu.

Kedua pria itu berjalan dengan tenang, mereka memilih untuk jalan kaki saja menuju lokasi karena jaraknya yg tak begitu jauh. Hanya perlu berjalan sekitar 10 menit maka mereka akan sampai tanpa terkena macet. Jimin memeriksa ponselnya yg terus bergetar, Jungkook menghubunginya hampir sepuluh kali.

"Yeobseo..."

"Kau dimana?"

"Aku sudah jalan ke Bar, maaf tidak mengangkat telponmu ponselku tidak berbunyi"

"Aku akan menjemputmu"

"Tidak perlu, aku bersama Yoongi, kami bertemu di depan. Tenanglah aku sedikit lagi sampai"

"Baiklah,  aku menunggumu"

"Arraseo... Anyeong"

Jimin memasukan kembali ponselnya kedalam tas, Yoongi menatap pria yg berjalan di sebelahnya yg sedari tadi hanya menarik nafas lalu terlihat tidak bersemangat.

"Ada masalah apa?" Yoongi menyadarkan lamunan Jimin yg hanya menatap bumi.

"Tidak ada, Min Yoongi... Apa kau pernah di khianati?"

"Mwo?? maksudnya bagaimana?" Yoongi memperhatikan Jimin dengan seksama.

"Kau tahu bagaimana rasanya jika kekasihmu bermain di belakang dengan sahabatmu?"

"Aku tidak mengerti, aku tidak berminat berpacaran dengan siapapun."

"Bagaimana jika Kekasihmu bersetubuh dengan sahabatmu?"

"Molla, kami memang saling berbagi, tapi jika salah satunya sudah memiliki kekasih maka kami tidak boleh mengusik miliknya lagi" Yoongi menjawab dengan jujur, begitulah sistem pertemanan mereka.  Jangan lupakan jika mereka ini adalah sekumpulan orang-orang bangsat.

"Aku sedang memikirkan bagaimana jika ada orang yg tersakiti seperti itu"

".... Apa Jungkook melakukan sesuatu?" Yoongi menghentikan langkahnya sejenak.

"Anni... Jungkook tidak melakukan itu. Aku hanya bertanya asal" ujarnya lagi.

Akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan, bar itu tampak sangat ramai. Yoongi masuk lebih awal dan menyapa teman-teman kelompoknya yg sudah memenuhi ruang billiar, Jimin memilih untuk memesan minuman manis yg mengandung sedikit alkohol agar membangkitkan rasa percaya dirinya. Ia meneguk habis satu gelas tanpa ragu, seketika Jimin merasakan jika tubuhnya menjadi rileks dan lebih segar.

Jimin melihat sekumpulan kawanan yg berjumlah hampir lima belas orang, wajah mereka tampak babak belur seperti habis saling pukul namun mereka tetap tampan. Jimin mengamati wajah itu satu persatu hingga ia menemukan targetnya, Jeon Jungkook dia duduk sendirian di sudut ruangan.

Tidak sendiri ternyata, tempat duduk di hadapannya ada seorang pria yg juga duduk dengan senyuman manis. Mereka hanya saling melihat tanpa berbicara apapun, tapi mata mereka menjelaskan semuanya. Pandangan yg di penuhi dengan cinta. Jimin menekan dadanya pelan, perasaan sialan ini muncul lagi.

Jimin masih mengamati dari jauh, Jungkook tak akan langsung mengenalinya karena Jimin yg ada disini sudah bukanlah Jimin yg berpenampilan culun. Sesak sekali jika berada diantara mereka tapi Jimin bisa apa? ia meneguk minuman beralkohol itu sekali lagi tanpa ragu.

Di pikirnya jika kedua orang yg sangat ia sayangi itu hanya saling memandangi dalam diam, tapi ternyata tangan mereka di bawah meja saling menggenggam dengan manis. Air mata bening milik Jimin akhirnya jatuh juga, sudah cukup untuk semua ini. Jimin bangkit dari tempat persembunyiannya, dengan langkah kuat ia berjalan menuju meja tersudut yg minim cahaya itu.

SPLASSHH!

Jimin menuangkan segelas air jus yg entah ia ambil dari mana ke wajah Jungkook, pria itu kaget bukan main dan siap untuk memukul orang yg berdiri dihadapannya tanpa tahu rasa takut.

"Brengsek! apa mau mu?"

"Bajingan, kau yg brengsek" Jimin menyumpahi tepat di wajah Jungkook.

"M-mwo...  Yaa... Kau Jimin?"

"Nee... Wae? kau tidak mengenali ku?" Jimin menantang kekasihnya dengan tangguh.

"Apa-apaan tampilanmu ini, dan kenapa menyiramku?"

"Sudah cukup sandiwara mu Jeon Jungkook, Yaa... Makan saja dia jika kau sangat menyukainya. Jangan permainkan perasaanku, kau pikir aku bodoh?"

"Sayang tenanglah, kau kenapa?"

"Taetae... Jika kau menyukainya maka katanya dengan jujur padaku, jangan merahasiakan apapun dariku" tatapan goyah itu melihat tepat ke bola mata milik Taehyung.

"Mimi... Kau salah paham..." Taehyung meraih tangan mungil sahabatnya.

"Mwo? salah paham? Ya Kim Taehyung, aku melihat semuanya! kalian saling menggoda, aku melihat Jungkook memiliki akses keluar masuk kamarmu, aku melihat kemeja sekolah Jungkook di dalam lemari  mu, aku melihat cairan (pelumas) untuk bercinta di dalam kamarmu, Taehyungah jangan mengelak... Aku hanya butuh kejujuranmu" Teriakan lantang itu menarik perhatian semua anggota kelompok yg ada di ruang billiar.

"M-Mimi... Ma-maafkan aku" Taehyung masih menggenggam tangan Jimin.

"Dan Kau brengsek! apa kau puas mempermainkan persahabatan ku dengan nya? apa kau puas bercinta dengannya tapi kau juga menjadi kekasihku?" Mata Jungkook terasa sangat panas, emosinya juga meningkat tapi ia tak tahu harus mengatakan apa.

"Bajingan!"

Bruughh!!!

Satu pukulan telak mendarat di wajah Jungkook, pelakunya bukan Jimin tentunya. Ia tak sekuat itu bisa memukul Jungkook hingga pria itu tergeletak di lantai. Yoongi memukul rahang Jungkook dengan sekuat tenaga.

"Woah brengsek, ternyata kau benar-benar pelakunya?" Yoongi mengingat kembali ucapan Jimin beberapa saat yg lalu, ia tak menyangka jika sahabatnya melakukan permainan kotor di belakang kekasihnya.

"Yoongi tahan" anggota yg lain mencoba memulihkan suasana.

"Mimi... Maafkam aku, tapi ini tidak sepert---"

"Stop! jangan katakan apapun lagi, aku sangat jijik melihat kalian berdua, rasanya ingin memuntahkan semua kotoran di perutku"

Jimin mengambil semua barang bawaannya lalu pergi meninggalkan bar dengan perasaan tersakit yg ia alami.

"Jiminah... Jimin!!!" Jungkook sudah berdiri dan siap mengejar Jimin namun langkahnya di hentikan oleh Yoongi.

"Urusan selingkuhan mu bangsat, Jungkookah kita akan bahas ini nanti, kau tetap di sini! Dasar gila!!" Yoongi menatap penuh penekanan kepada Jeon Jungkook.

"Aahh sial!!! Yoongi!!!" Anggota lainnya menahan Jungkook agar pria itu tidak saling membunuh.

Yoongi meninggalkan bar dengan maksud menyusul Jimin, entah kenapa ia merasa bersalah atas perbuatan temannya yg melukai hati Jimin, bagaimana pun Jimin tidak memiliki kesalahan apapun disini pelaku sebenarnya adalah kedua orang brengsek yg ada didalam.

"Jimin!!" Yoongi menarik tangan Jimin yg melangkah tanpa arah.

"Tinggalkan aku, Yoongi!"

"Ya!! Lihat dirimu, berhenti bersikap konyol kau mabuk!"

"Hiks Ahhh appo!!!" teriak Jimin keras, meski menyita banyak perhatian tapi mereka tak perduli, saat ini memang Jimin berada di bawah pengaruh alkohol.

"Aku tahu!!"

"Kau tidak tahu!! Ya yoongi kau bahkan tidak pernah berpacaran!"

"Aku tahu,  tenanglah jangan menangis lagi"

"Aku hanya ingin menangis!"

"Aahh Jinjja!" Yoongi meraih tubuh Jimin dan membawanya kedalam pelukan "Menangislah bersamaku, kau bisa melampiaskan rasa kesal itu padaku"

"Arrghh!! Sialan!! Hikss bangsat... Hiks aku ingin membunuh Jungkook!"

"Sshhh sshhhhtt"

"Hiks... Ottokae..."

"Tenanglah ... Sshhhtt" Yoongi terus mengusap punggung Jimin dengan lembut.

Di pinggir jalan di pusat kota malam ini, Jimin menangis keras dalam pelukan Yoongi, perasaan Jimin terluka sangat dalam bahkan berteriak pun ia masih merasakan sesak tak terhingga. Hancur sudah hubungan percintaannya begitupun hubungan persahabatannya dengan Kim Taehyung. Hanya karena seseorang pria brengsek dan berakhir dengan kesia-sian. Rintik hujan turun menyapa bumi, seketika menjadi deras hingga membasahi tubuh dua orang yg masih berpelukan di tengah derasnya hujan.


Bersambung

Adohhh kalian kalo jadi Jimin
Bisa apa yah?

Qara Mizuki

Continue Reading

You'll Also Like

53.1K 2.1K 7
Hanya kumpulan oneshoot or twoshoot Kooktae/kookv BxB 🔞 No plagiat Ranking: #4 TopKook -> 04-02-2022
205K 6.2K 16
all x Jungkook request silahkan komentar di chapter [open request] Highest Rank #1 in freefire (08/21-09/22)
3.5M 26.9K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
3.4M 51.1K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...