𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。

By itz-vyy

7.8K 1.4K 205

「Kim Jennie ft. Jeon Wonwoo.」 ❝Sebuah kesalahan kecil bisa menjungkir hidupmu sampai seratus delapan puluh de... More

◑ Preface ◐
-OO-
-O1-
-O2-
-O3-
-O4-
-O5-
-O6-
-O7-
-O8-
-O9-
-1O-
-11-
-12-
-13-
-14-
‐15-
-16-
-17-
-18-
-19-
-2O-
-21-
-22-
-23-
-24-
-25-
-26-
27.
-28-
-29-
-31-
-32-
-33-

-30-

167 32 1
By itz-vyy


    "Wahai jiwa-jiwa yang tersesat, sudahi berkelana di dunia ini, pulanglah ke sisi yang maha kuasa."

Suara klotak-klotak dari sepatu berhak tinggi milik seseorang sanggup menjadi suara latar atas kalimat yang terus dilantunkan oleh wanita lain di depan sana. Waktu suara sepatu itu terdengar makin dekat dari wanita itu, ia buru-buru menoleh dengan ekspresi ketakutan.

Bibirnya semakin gencar mengucap kalimat entah berantah, yang katanya sanggup melindungi dirinya. Wahai jiwa jiwa yang tersesat, sudahi berkelana di dunia ini, pulanglah ke sisi yang maha kuasa. Kalimat itu diucapkan berulang-ulang kendati tangan wanita tadi gemetar bukan main.

"Tidakkah kau tahu kalau percuma mengusir sesuatu yang belum ingin pergi? Sudah berapa tahun kau melakukan hal sia-sia seperti ini, Ibu?"

Selepas suara tadi terdengar, tubuh wanita itu terpental ke belakang. Ia menatap dengan sorot mata takut pada sosok di hadapannya, yang pelan-pelan berubah wujud semakin seram.

"Sebelum aku bisa menghancurkan mereka dengan kedua tanganku sendiri, tidak ada yang bisa mengusirku pergi!"

Wonwoo memacu tungkai kembarnya agar segera sampai di kamar milik sang Ibu yang kini ditempati Yerim. Beruntung, gadis Kim itu masih di sekolah, jadi Wonwoo bisa lebih leluasa membongkar barang-barang milik ibunya.

Seingat Wonwoo, barang-barang milik ibunya belum pernah ia singkirkan lagi semenjak wanita itu pergi untuk selama-lamanya. Kalau pun dirapikan, pasti barang-barang yang penting masih ada di tempatnya semula.

Si Jeon mengecek satu per satu mulai dari lemari pakaian, nakas, hingga tempat lain yang sekiranya mungkin jadi tempat ibunya menyembunyikan kotak itu, tapi nihil---presensi benda itu masih belum juga ditemukan.

"Ah, sial! Di mana benda itu disembunyikan?!" Wonwoo mengacak surainya frustasi. Hatinya gelisah ingin cepat-cepat tahu mengenai rahasia terbesar ibunya. Wonwoo ingin tahu ibunya itu orang seperti apa. Apakah ibu yang selama ini ia kenal itu hanya palsu?

Di tengah rasa frustasinya, manik Wonwoo terarah ke kolong kasur, tempat yang belum ia periksa sedari tadi. Lelaki itu melongok ke dalam kolong, memastikan di sana ada sesuatu yang ia cari. Namun, di kolong juga kosong.

Tanpa sadar, ia memukul lantai kolong saat merasa makin putus asa lantaran benda yang ia cari tidak kunjung ditemukan. Kening Wonwoo mengerut saat sadar kalau suara lantai kolong saat dipukul terdengar sedikit beda dengan suara lantai yang lain, rasanya seperti bahan dasarnya berbeda dari lantai lain yang sudah dikeramik.

Maka tanpa pikir panjang, si lelaki Jeon itu berusaha merangkak makin dalam, menarik karpet abu-abu yang menyelimuti lantai itu. Wonwoo sudah heran mengapa karpetnya diletakkan tepat di bawah kasur, ternyata fungsinya untuk menutupi sesuatu di bawahnya.

begitu karpet itu tersingkap, ia dapat melihat sebuah pintu kayu, yang mungkin menuju ke tempat lain di bawah sana. Mungkin juga, jawaban yang Wonwoo cari ada di bawah sana.

Livy termenung memandangi berlembar-lembar kertas di hadapannya. Saat ini Livy tengah berada di kantor dan harusnya ia fokus bekerja seperti biasanya. Tapi si gadis Seo itu tidak bisa. Pikirannya terus tertuju ke tempat lain. Tepatnya, isi kepalanya itu sudah penuh dengan Wonwoo dan ibunya.

Livy tahu, bagi Wonwoo yang sudah jauh lebih lama tinggal bersama sang ibu, pasti sulit mempercayai fakta yang ia katakan. Ia pasti cuma mau berpikir ibunya orang baik, ibunya malaikat, persis seperti apa yang wanita itu tunjukkan pada anak-anaknya selama ini. Namun, Livy juga tidak bisa menyangkal bukti yang sudah ada di depan mata.

"Permisi, Nona." Suara Sekretaris Min memecah lamunan Livy.

Si gadis Seo buru-buru membenarkan posisi duduknya dan alihkan atensi pada pria bermarga Min itu. "Oh, Sekretaris Min? Apa ada kabar terbaru dari mereka?"

Yang ditanya menjawab, "Lee Chan sudah dibebaskan karena kurangnya bukti, sepertinya Walikota Lee juga akan lebih waspada mulai sekarang."

Jemari si gadis Seo tergerak untuk memijat pelipisnya guna meredakan rasa pusing yang melanda. "Uh, aku yakin ada sesuatu yang belum terungkap," gumamnya. "Bisakah Paman menyelidiki lebih lanjut soal Lee Chan? Kalau bisa, temukan relasi antara ia dan kasus ini." Ia menyerahkan berkas kasus ayah Yerim pada Sekretaris Min.

Kening sekretaris Min mengernyit usai membuka berkas itu. "Bukankah ini kasus bertahun-tahun lalu? Apa yang menganggu Anda?"

"Pelaku kasus itu adalah Ayah Yerim," kata Livy. "Mulai dari sana, aku rasa Ibu mulai memasuki fase hancurnya hingga memutuskan bunuh diri tidak lama setelah Ayah Yerim dieksekusi."

Sekretaris Min mengangguk paham. "Apa menurut Anda kasus ini berhubungan dengan kematian Tuan dan Nyonya?"

Livy tersenyum tipis. "Akan lebih baik kalau begitu," kalimatnya dijeda selama beberapa saat, "Paman, aku sudah lelah dengan semua ini."

"Oppa!" Chaerin langsung menghampiri Lee Chan begitu kakaknya itu kembali ke rumah besar keluarga mereka.

"Apa yang terjadi? Kenapa mereka menangkapmu?" Gadis itu kembali lantingkan tanya pada sang kakak yang masih membisu.

Kendati begitu, ada gurat-gurat cemas dan takut pada wajah si lelaki Lee. Lelaki itu tahu kalau saat ini, ada sosok yang tengah mengintainya. Yang jadi masalah adalah ia tidak tahu siapa sosok itu. Ia hanya tahu kemungkinan apa motif dari sosok itu.

"Oppa! Kenapa kau mengabaikanku, sih?!" Kesal, Chaerin menghentak lengan Lee Chan yang semula ia pegang.

Lelaki itu menatap sang adik dengan pandangan sulit diartikan. "Masuklah ke kamarmu. Aku sedang lelah dan ingin istirahat sebelum Ayah pulang dan mulai mengomel," katanya, lantas berlalu begitu saja dari hadapan sang adik.

Lee Chan membuka pintu bercat putih yang jadi pembatas antara kamarnya dengan ruangan sebelumnya. Ketika ia memasuki ruangan itu, semuanya tampak normal. Namun, saat ia menutup pintu kamar, ia baru menyadari kalimat dengan tinta merah tertulis di sepanjang tembok dekat pintu.

'Cepat akui semuanya sebelum kau dikabarkan tewas. Bukankah lebih baik diselidiki saat masih hidup dari pada diselidiki saat sudah jadi mayat?'

Si lelaki Lee refleks memundurkan badannya. Mau berteriak, tapi ia tidak ingin memancing siapa pun mengetahui hal ini. Ia tahu kalau sedang diawasi, sosok itu bisa berada di mana saja. Jadi, yang bisa ia lakukan saat itu hanya gemetar ketakutan sambil melirik ke sekeliling, memastikan kalau ia hanya sendirian.

Lee Chan merogoh sakunya, mencari ponsel yang sudah ia sambungkan dengan cctv di kamar itu. Beruntung ia selalu waspada, siapa tahu Lee Chan bisa menemukan pelakunya sekaligus sosok yang selama ini menghantuinya lewat cctv.

"Apa ini ...?" Matanya terbelalak saat melihat seorang gadis masuk ke kamarnya sambil membawa pilok warna merah. Selang beberapa saat usai menulis kalimat seram itu ke tembok, gadis itu menghadapkan tubuhnya ke arah kamera. Sejurus kemudian, wajahnya terangkat, membuat Lee Chan dapat dengan leluasa mengenali identitas gadis itu.

Refleks, Lee Chan menjatuhkan ponselnya saat melihat wajah gadis itu menyeringai seram di sana, tertawa seolah tahu kalau dirinya sedang diawasi dalam ketakutan. Namun, sejujurnya yang paling membuat ia terkejut adalah identitas gadis itu.

Tepat saat itu juga, pintu kamar Lee Chan diketuk dari luar. "Oppa, kau sudah makan siang?" Suara itu milik Chaerin, pelaku yang mengetuk pintu kamar Lee Chan.

Suara ketukan kembali terdengar saat Lee Chan tidak kunjung membuka pintu. "Oppa? Makan siang sudah siap, ayo ke luar dulu."

Di dalam kamar itu, Lee Chan menutup kupingnya rapat-rapat sambil gemetar ketakutan, terlebih lagi saat suara ketukan pintu semakin gencar terdengar memasuki rungunya.

Sebab, lelaki itu tidak tahu siapa yang sebenarnya ada di balik pintu. Apakah itu adalah Chaerin yang selama ini ia kenal, atau Chaerin yang mencoret-coret tembok dengan wajah seram seperti di rekaman cctv kamarnya?

[]

Livy lelah, aku lelah, kalian lelah juga ga nunggu mortala apdet? ㅠㅠ
akhirnya kita punya sudut pandang Lee Chan, kira-kira kenapa dia diterror, ya?





Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 233K 52
"Satu langkah kakimu keluar dari rumah, aku tidak akan segan-segan memotong kakimu!" Memiliki suami mafia berjiwa psikopat itulah yang dialami wanita...
3.1M 194K 72
𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬: Baru saja Kayla memaki tokoh antagonis dalam novel 'Fall in Love' yang ia baca, Kayla tak menyangka, setelah kecelakaan, ia malah t...
The Last Note By Aludra

Mystery / Thriller

3.2K 540 14
collaboration of four authors @aara432 / Aludraa49 @kritisi24 @zaezazizi @lyoghopile- || Perjalan empat siswi dan satu guru muda untuk membentuk dan...
Pengantin Iblis By Khalisa

Mystery / Thriller

307K 18.3K 44
"Kau telah terikat dengannya, Alana." Malam itu burung gagak membawa kabar buruk yang akan menghancurkan seluruh hidup Alana, sebuah kutukan yang mem...