WELCOME BACK READERS❤️
Tolong tandain kalau ada typo yaa❤️
•••
"ABELLL! LO GAPAPA KAN? LO BAIK BAIK AJA KAN? ADA YANG LUKA GA?" Saat baru sampai di kelas, Aura langsung menyerang Abel dengan berbagai pertanyaan. Tangannya tidak berhenti meraba wajah Abel hingga membuat Abel risih.
"ISH APAANSIH LO RA! JARI LO MASUK KE HIDUNG GUE BANGSAT! YA ALLAH TEMEN SIAPA SIH!" Karena kesal dengan tindakan Aura yang membuatnya risih, Abel menyingkirkan tangan Aura dari wajahnya. Anin yang melihat kelakuan kedua sahabatnya hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum kecil.
"Kan gue khawatir upil kuda, Anin kemarin udah cerita sama gue,"
"Gue baik baik aja Aura sayangku, cintakuuu," Abel berusaha sabar dengan memberikan senyuman lebar yang ia buat buat kepada Aura.
"Syukur deh, eh btw Naden tau ga?" tanya Aura.
Mampus.
"Gue gaberani ngasi tau anjeng. Yang ada gue kena damprat dia karena keluar sendiri malem malem." Naden memang melarang Abel untuk keluar larut malam sedangkan Abel adalah gadis yang keras kepala. Prinsip Abel mah kita terobos aja kali ye. Maka dari itu ia tak berani memberitahu Naden.
Mungkin mulai sekarang ia akan menuruti kata kata Naden. Atau mungkin ini adalah sebuah karma karena ia menentang pacarnya. Sudahlah biarkan Abel berkelana dengan pemikirannya.
"Guys, gue ke perpustakaan dulu ya. Ada buku yang harus gue cari." Anin berpamitan kepada kedua sahabatnya.
•••
Namun tidak sesuai ucapannya, Anin tidak melangkahkan kakinya ke perpustakaan melainkan ke rooftop sekolah. Ia perlu udara segar saat ini.
"Ngapain lo?" Suara serak nan berat itu membuat Anin membuka matanya yang sedang terpejam. Kegiatan menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya tertunda karena mendengar suara asing.
"Rayland? ngapain lo disini?" Anin menanggapi dengan santai.
"Orang nanya itu harusnya dijawab, bukannya ditanya balik." Dengan nada datar khasnya Rayland menjawab Anin. Rayland menempatkan dirinya di samping Anin yang sedang berdiri di pembatas rooftop. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana menambah kesan gagah Rayland.
"Cuman pengen aja." Anin menanggapi pertanyaan Rayland dengan singkat. Rayland yang mendengar itu hanya berdeham.
"Lo kenapa baru muncul sekarang Anin?" Rayland menghadapkan tubuhnya ke arah Anin yang sedang menatap ke jalanan yang dipadati oleh kendaraan.
"Pengen aja." Wah sepertinya Anin harus diberi penghargaan. Baru kali ini Rayland mendapat respon cuek dari seorang gadis yang sialnya semakin membuatnya penasaran dengan kehidupan Anin.
Saat kelas 10 Anin memang lebih sering diam di kelas daripada diluar kelas. Setiap berangkat sekolah Anin akan datang lebih pagi sehingga sedikit murid yang melihatnya. Ia akan membawa bekal makanan dari rumah sehingga ia tak perlu berbelanja di kantin.
Saat pulang sekolah, sopir selalu dateng sebelum jam pulang sekolah sehingga Anin tak perlu menunggu jemputan lagi.
Anin tidak tau mengapa ia menjadi seperti itu, yang pasti ia merasa seperti tidak ingin untuk bergabung dengan mereka mereka yang asik bercanda dengan temannya dan lebih sibuk dengan lagu lagu yang berada di playlistnya.
Namun semenjak ia memasuki kelas 11, Anin berpikir bahwa tidak baik untuk menutup diri terus. Ia juga perlu mengenal lingkungannya dengan baik.
Walaupun begitu bukan berarti ia tak mengetahui berita mengenai sekolahnya, salah satunya tentang Argos dan Rayland.
Rayland, pemuda ini memang sangat meresahkan bagi kaum hawa di sekolahnya. Bukan berarti meresahkan dalam artian yang negatif, tetapi meresahkan karena dirinya yang hampir mendekati kata sempurna. Tampan, pintar, tajir, bijaksana dan bertanggung jawab sebagai ketua, katanya sih begitu. Anin tidak terlalu memusingkan hal itu.
Namun minusnya, sikapnya yang dingin dan datar kadang membuat para gadis di sekolahnya merasa segan. Kendati demikian, tak mengurangi popularitas Rayland di sekolah maupun di luar sekolah. Beberapa guru perempuan juga ada yang sampai suka dengan Rayland.
Rayland menaikkan sebelah alisnya mendengar jawaban singkat Anin.
"Gue mau ke kelas, bentar lagi bel."
Tatapan datar Rayland menatap punggung kecil namun terlihat tegas milik Anin yang perlahan mulai menghilang.
•••
Saat ini Ray dan beberapa anggota Argos sedang berada di Warung Mbak Mina.
Plak!
"HEH JANGAN AMBIL BAKWAN GUE!" Naden menampar kecil punggung tangan Alex yang hendak mencomot bakwan jagungnya.
"Pelit amat," Cibir Alex sembari memutar bola matanya malas.
"Ray, barusan Hero ngirimin gue chat katanya mau ngajak Stelios dan Argos buat kumpul bareng. Udah lama juga kita ngga kumpul kumpul sama mereka." Athan memberi tahu pesan yang ia dapat kepada Rayland.
"Kasi tau anggota yang lain kalo kita bakal kumpul bareng Stelios. Untuk waktu dan tempat gue serahin sama Leo." Leo menganggukan kepalanya tegas.
Stelios bisa dibilang adalah sahabat Argos. Kedua geng itu selalu saling membantu jika salah satunya ada yang membutuhkan. Stelios juga termasuk geng yang kuat dan anggota mereka juga cukup banyak. Maka dari itu, Rayland menyetujui usulan ini sekaligus untuk mempererat tali persaudaraan di antara kedua geng ini.
"AKHIRNYA GUE BAKALAN KETEMU SOULMATE GUE!" Athan berteriak kegirangan dan tak lupa menggoyangkan bokongnya untuk menyalurkan kesenengannya. Para anggota yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya karena sudah terbiasa melihat kelakuan childish Athan.
•••
Weekend, waktu yang tepat untuk bermalas malasan. Namun untuk hari ini, Anin memutuskan untuk pergi ke salah satu shooting club terkenal di kotanya. Ia merasa bosan di rumah sendirian. Daddy nya yang sedang perjalanan bisnis keluar kota.
Setelah sampai dengan mengendarai mobilnya, Anin melangkah masuk ke dalam shooting club yang dimana letaknya adalah outdoor. Ia menaruh tas nya disalah satu bangku lalu memakai perlengkapan yang sudah di sediakan seperti ear plug dan kacamata pelindung.
Anin memilih senjata dan pilihannya jatuh kepada salah satu jenis senapan yang terlihat sangat tampan pikirnya, maka dari itu Anin memilihnya. Ia menatap senapan itu dengan tatapan kagum, untuk pertama kalinya ia memegang senapan ini.
Tak lama kemudian ia mencoba membidik sasarannya menggunakan senapan tadi. Matanya memicing dengan fokus.
Dor!
Bidikannya tidak meleset dan tepat mengenai sasarannya. Wah, sepertinya dia harus pamer kepada Daddy nya.
Tepukan tangan terdengar ditelinganya dan membuat Anin menoleh ke sebelah kanannya. Disebelahnya terlihat sosok pria paruh baya yang umurnya mungkin tidak beda jauh dengan Daddynya.
"Kamu keren sekali, dalam satu bidikan bisa mengenai sasaran dengan tepat. Saya harus mengulang setidaknya 3 kali agar bisa mengenai tepat sasaran," Pria paruh baya itu tersenyum lembut dan terlihat sangat bangga. Padahal mereka baru pertama kali bertemu tetapi Anin sudah memberikan kesan yang bagus terhadapnya.
"Ah thankyou so much! " Anin memberikan senyuman dan mengucapkan terimakasih sembari membungkukan sedikit badannya.
"Jadi siapa namamu? kenalin nama uncle Arion." Arion menjulurkan tangannya bermaksud untuk mengajak salaman.
"Anin, uncle." Anin menyambut uluran Arion dengan baik.
"So Anin sampai jumpa, uncle harap kita bisa bertemu lagi di lain waktu." Arion menatap arloji yang melingkar rapi di pergelangan tangannya, ia harus kembali untuk melanjutkan beberapa pekerjaannya. Sayang sekali ia harus kembali secepat ini, padahal ia masih ingin melihat kemampuan Anin lebih jauh.
"See u uncle!" Anin melambaikan tangannya yang dibalas dengan acungan jempol dari Arion.
•••
Anin saat ini sudah sampai dirumahnya, tubuhnya terasa sangat pegal karena bermain berjam jam. Anin membersihkan dirinya dan bersiap untuk tidur.
I'm sour candy....
Dering ponselnya menunda kegiatan Anin untuk menuju ke alam mimpinya. Ternyata daddynya sedang melakukan video call dengannya.
"MUKA LO NAPA LEMES AMAT DAH!"
Sabar, sabar inget Nin dia itu daddy lo, bapak lo.
"Apasih dad, dateng dateng malah ngatain." Anin menjawab Vano dengan nada sinis.
"Heh sama bapak sendiri juga, ga kangen apa lo sama gue? Ni anak ye mentang mentang ditinggal ga ada nanyain kabar daddy sama sekali, tampol nih."
"Ya maap dad, aku sibuk." Anin menampilkan cengiran khasnya menyadari kesalahannya tidak menanyakan kabar daddynya semenjak pergi.
"Sibuk sibuk ndasmu!" Sepertinya Vano masih merasa jengkel karena anak gadisnya ini terlampau sangat cuek.
"Yaudah, kabar daddy gimana?" Anin mengalah.
"Kibir diddi gimini." Anin rasanya ingin menghajar Vano saat ini juga setelah mendengar nada mengejek itu.
"Bercanda anakku, kabar daddy baik. Disini banyak bule cantek loh, kalo daddy comot satu kayaknya boleh kali ya?!"
"HEH?!" Anin memelotokan matanya mendengar perkataan daddynya itu. Saat ini daddynya sedang berada di Bali. Vano tertawa mendengar nada bentakan dari Anin bukannya terlihat seram, malah terlihat menggemaskan.
"Bercanda sayang, kamu gimana kabarnya? ada yang ganggu ga? baik baik aja kan?" Kali ini Vano bertanya dengan nada serius.
"Hm, aku baik baik aja. Daddy kapan pulang?"
"Lusa daddy pulang kok say, tunggu gue ye. Dah sekarang lo tidur, jangan lupa pintu, jendela di kunci. Good night anak daddy!"
"Iya, good night too daddy." Anin memutuskan panggilan dan melanjutkan aktivitas tidurnya yang sempat tertunda.
TBC!
Untuk cast Anin, aku masih belum nemuin sosok yang pas buat jadi tokoh Anin☹️
Jangan lupa vote dan commentnya kalo kalian suka sama cerita ini!❤️ See u next part!