That Day | Treasure ✓ [TELAH...

By ALO-EVERA

621K 108K 75.5K

Telah terbit dengan judul The Culprit of The Tragedy ❝ Sejak hari itu, impostor yang sesungguhnya beraksi. ❞ More

Prolog
ˋ1ˊ
ˋ2ˊ
ˋ3ˊ
ˋ4ˊ
ˋ5ˊ
ˋ6ˊ
ˋ7ˊ
ˋ8ˊ
ˋ9ˊ
ˋ10ˊ
ˋ11ˊ
ˋ12ˊ
ˋ13ˊ
ˋ14ˊ
ˋ16ˊ
COMING SOON!
Ganti Judul???
TELAH TERBIT!
PO 2 DIBUKA!

ˋ15ˊ

16.7K 5.8K 3.3K
By ALO-EVERA

"Bikin khawatir aja lo, Yosh!" Seru Jihoon yang pertama kali menghampiri Yoshi, menggeplak pundaknya sebagai tanda omelan.

Di sisi lain, seseorang gelisah dalam diam. Bagaimana mungkin Yoshi bisa sampai kesini? Yoshi kan sudah ia bawa ke suatu tempat yang tak diketahui banyak orang.

"Maaf, Ji. Gue bakal pulang setelah selesaiin urusan gue, kok. Tenang aja," kata Yoshi tak memindahkan posisi tangannya sedikitpun.

"Kak Yoshi," panggil Jeongwoo. "Lo sembunyiin apaan?"

"Oh, bukan apa-apa."

Jeongwoo ingin bertanya lebih lanjut, tapi ponselnya yang berdering mengalihkan perhatiannya. Oh, ternyata ibunya Jaehyuk yang menelpon.

"Mamanya Kak Jaehyuk nelpon," kata Jeongwoo, lalu mengangkat panggilan telponnya. "Halo. Iya tante, ini Jeongwoo."

"..."

"HAH?! APA?! Iya tante, Jeongwoo dan yang lain kesana sekarang. Tante tenang ya, nanti biar Jeongwoo yang telpon polisi."

Pip!

"Woo, kenapa ekspresi lo begitu?" Tanya Yedam bingung.

Jeongwoo segera memakai jaketnya yang tersampir di sofa sembari menatap Yedam. "Ayo ke rumah Kak Jaehyuk... Kak Jaehyuk meninggal, dibunuh entah sama siapa."

Jihoon menganga. "Lagi?!"

"Among Us di kehidupan nyata, kita ngalamin itu sekarang," tutur Haruto. "Setelah ini, gue yakin di antara kita bakal jadi korban... atau mungkin semuanya."

"Jangan-jangan lo pelakunya!" Tuduh Jeongwoo pada Haruto. "Di awal, lo bilang kalau di antara kita ada yang dibunuh, pelakunya memang salah satu dari kita. Itu lo kan?!"

"Jeongwoo, lo lupa? Lo mau bunuh gue."

"Bukan gue pelakunya! Ada bukti gak?! Bisa aja lo memanipulasi kejadian malam itu dan bikin gue yang dituduh."

"Kak Yedam, bukannya lo liat juga ya?" Tanya Junghwan menyela pembicaraan. "Lo bilang, lo liat gue dan Kak Haruto berdarah-darah malam itu."

"Gue liat disaat lo berdua lagi duduk di pinggir jalan, gue gak liat kejadian awalnya gimana," jawab Yedam. Dia jujur kok.

"Kalian kenapa masih disini?!" Hyunsuk turun dari lantai atas setelah berganti pakaian. "Ayo ke rumah Jaehyuk, jangan berantem!"

Hyunsuk yang pertama keluar dari rumah. Masa bodo pintu tidak dikunci, kan ada pembantu di rumahnya. Nanti tinggal bilang kalau dia pergi ke rumah temannya.

Yang lain panik dan buru-buru naik ke kendaraan masing-masing, lain halnya dengan Jihoon yang misuh-misuh kepada Mashiho. Dia kan belum mandi, malu-maluin doang yang ada.

Mashiho sendiri tak menanggapi, netranya fokus ke seseorang, tak henti menatapnya sejak ia tiba di rumah Hyunsuk beberapa saat yang lalu.

Saat Junghwan hendak naik ke mobil Hyunsuk, Yoshi mencekal lengannya, menatapnya tajam dengan tangan kiri berada di balik punggungnya.

"Kak Yoshi, kita harus cepet kesana!" Seru Junghwan berusaha melepaskan cengkraman tangan Yoshi, tapi tenaganya kuat sekali.

Tin! Tin!

"Kalian berdua ngapain diem aja? Ayo naik!" Suruh Hyunsuk seraya mengklakson mobil.

Tatapan Yoshi semakin menajam, membuat Junghwan merinding. Yoshi kenapa sih? Kenapa seram begini?

"Kalian lagi ada masalah? Bisa ditunda dulu?" Yedam turun dari mobil Hyunsuk, kesal karena waktu terbuang. "Kak Yoshi, gak biasanya lo begini. Kalau masalahnya memang serius, kita bahas sama-sama, tapi nanti."

"Gue Arion, bukan Yoshi."

Balasan dingin sang lawan bicara membuat mereka terkejut, tak jadi melajukan kendaraan, contohnya Haruto yang ingin balapan motor dengan Jeongwoo. Heran, lagi bertengkar masih saja ingin balapan.

"L-lo kenapa?" Junghwan takut, pesan Doyoung teringat kembali. Arion berbahaya, dan sekarang orang itu mencengkram tangannya.

"Lo memang gak bunuh siapapun," desis Arion, menunjukkan pisau lipat yang sedari tadi ia sembunyikan. "Tapi lo bakal mati sebentar lagi, Pradana Junghwan."

"Lo impostor?! Lo pembunuhnya?!" Pekik Jihoon tak percaya. Jangan bilang, Arion itu psikopat, berkebalikan dengan Yoshi yang soft...

"Arion, kalau lo bunuh Junghwan, Kak Yoshi bakal tanggung semua perbuatan lo. Inget, bukan lo doang yang bakal terima konsekuensinya, tapi Kak Yoshi juga," ucap Yedam berusaha menjauhkan Junghwan dari Arion.

"Oh, iya juga. Dipenjara gak enak ya? Makannya gitu-gitu doang," kata Arion berpura-pura patuh. "Tapi, dia memang harus mati. Gimana dong?"

"Salah gue apa?! Kenapa gue yang harus mati?!" Junghwan berteriak marah, takut, dan bingung. Dia tak mengerti, kenapa dia harus mati? Dia tidak berbuat apapun, dia hanya menyimpan segala informasi penting yang bisa dijadikan bukti suatu saat nanti.

"Oh, maaf. Bukan lo kok yang harus mati, waktunya belum tepat. Lagian, gue juga males nurutin permintaan di surat itu."

"Mancing emosi banget nih bocah," geram Jihoon menggulung lengan bajunya sebatas sikut.

"Surat?" Mashiho turun dari mobilnya, rasa penasaran menghampirinya. "Surat apa? Surat itu suruh lo bunuh Junghwan?"

"Iya. Gak tau tuh yang tulis siapa, kurang kerjaan banget, gue kan pilih-pilih. Haha, siapapun yang tulis liat aja, gue doain kena karma."

"Arion, gue gak tau tujuan lo apa. Tapi maaf, kita buru-buru." Hyunsuk keluar dari mobil, dia terlihat marah. Mereka harus ke rumah Jaehyuk, tapi Arion membuang waktu, seperti menahan mereka agar tak pergi.

"Tujuan gue?" Arion terkekeh. "Seperti yang udah kalian duga, gue mau bunuh orang."

"Anjing, ini orang gak waras," umpat Jihoon.

Yedam dan Junghwan menjauh, Haruto dan Jeongwoo bergidik ngeri, bersiap untuk pergi jika Arion menyerang mereka.

"Arion, kalau lo memang psikopat, lo gak bakal bunuh orang di antara banyak orang kayak gini," kata Mashiho, mencoba mengulur waktu sambil berpikir keras.

"Banyak orang? Gak tuh."

"Siapa yang mau lo bunuh?"

Semua sudah mengambil ancang-ancang untuk lari, termasuk Mashiho sendiri.

"Bunuh siapa?" Yoshi mengangkat pisaunya.





















































"Kalian kena tipu~ gue mau bunuh Junghwan. Setelah dipikir-pikir, lo memang harus dibunuh sekarang."





JLEB!






"BANGSAT! ARION!!!"

Jihoon langsung maju menerjang Arion, meninjunya di wajah. Arion tertawa terbahak-bahak, tak peduli wajahnya babak belur.

Pisau lipat miliknya ia angkat kembali, menyayat lengan Jihoon, memberi kesempatan untuknya untuk bangkit.

"Sakit kan? Itu yang dirasain para korban pembunuhan," ujar Arion tersenyum miring.

"Hwan! Junghwan! Jangan pejamin mata lo! Tahan sebentar lagi! Woi, bantu angkat!" Seruan Hyunsuk mengalihkan perhatiannya, semua mengelilingi Junghwan yang gemetar memegang dadanya yang berlumuran darah.

Arion tertawa. "Maaf, nanti kalian bakal tau alasannya kok."

Tanpa merasa bersalah sedikit pun, Arion berlari meninggalkan teman-teman Yoshi tak lupa membawa pisaunya. Dia tertawa, ternyata mudah sekali menipu mereka.

Baru saja ia keluar dari gerbang, dia malah menabrak orang. Alhasil dia jatuh dalam posisi duduk, mengaduh keras karena jatuh ke batu.

"Kalau mau bunuh orang yang pro dikit dong, kalau kayak gitu nyusahin lo doang."

Arion mendongak. "Cari mati..." desisnya marah, segera bangkit. Dia harus pergi sebelum yang lain datang dan menahannya.

"Cari mati? Lo yang cari mati," balas pemuda dengan perban melingkar di telapak tangan kanannya, sebelum membenturkan kepala Arion ke dinding kuat-kuat sampai ia tak sadarkan diri.

Continue Reading

You'll Also Like

401K 96K 31
"Karena kalian udah keseret dalam lingkar permainan Garis Takdir." ft. TXT
713K 116K 30
‼️beberapa chapter akan ditarik untuk kepentingan penerbitan‼️ "Gue gamau mati sekarang"
722K 163K 34
"Apa yang terjadi selama ini bisa aja gak akan terjadi di masa yang akan datang."
The Phone 2 | TXT ✓ By MAYA

Mystery / Thriller

784K 189K 25
❝Telepon asing itu datang lagi.❞