Love Issue

By nenestya

332K 7.3K 398

Gue nggak tau apakah hubungan cinta dengan teman kantor adalah salah satu employee issue? Sebagai anak baru... More

1. Employee Issue - Basa-Basi Anak Baru
2. Human Error Issue - Anak Baru Terlalu Berani
3. Human Error Issue : Jangan Main Instagram diawal hari kerja
4. Bagaimana kalau sedikit agresif?
5. First Date : Apakah kita akan berhitung sampai akhir?
6. Semesta sedang bercanda
7. Sarapan apa? Gue, Rekan Kerja
8. Bagaimana hukum berciuman di kantor?
9. Bahagia sepaket sama tidak bahagia
10. Selingkuhan bisa apa?
11. Aqiqah pakai domba Hago
12. Liburan - Hotel - ... Udahlah baca aja
13. Bahagia itu Ilusi Semesta
14. Jangan ghibah di pantry pagi-pagi
15. Manusia pembawa prahara
16. Paradox
17. Sebenarnya siapa yang bajingan disini?
Sedikit salam dari penulis
18. Final Chapter 1 - Jika jatuh, jatuhlah seluruhnya
19. Final Chapter 2 - Rencana balas dendam

20. Final Chapter 3 - Terlalu lama menjadi buta

8.5K 466 94
By nenestya


Sesuai instruksi dari Radit, hari ini gue tetep ngantor seperti biasa. Gue yang selalu polos tanpa make-up hari ini sedikit memberi sentuhan blush on di pipi kanan kiri, tipis banget tapi cukup kelihatan lebih fresh dari biasanya.

Sejak kemarin, tidak ada satupun whatsapp dari Alvin. Gue sempat check profilnya masih ada foto dia berarti gue masih belum di blokir. Di Sosmed lain pun gue juga masih belum di blokir. Belum, karena gue yakin suatu saat pasti bakalan di blokir. Gue yakin karena kemarin putus dari Farah doi juga melakukan hal yang sama. Agak childish sih, tapi orang orang punya caranya sendiri untuk moving dari masa lalunya, kan.

Gue memasuki ruangan IT agak telat dari biasanya, semua orang sudah ada di mejanya masing-masing. Seperti biasanya gue salam dulu sebelum menuju meja dan kali ini berhubung gue tumben banget telat, beberapa orang jadi lebih interest dan menyapa gue

"Sudah sehat April?" Sapa SPV gue

"Sudah Pak, maaf kemarin saya terpaksa izin setengah hari"

"Ngak papa, kerjaanmu di cover sama Radit, kamu harus berterimakasih sama dia"

"Baik pak" Gue melihat kearah Radit, doi membuka jempol dan jari telunjuknya di bawah dagu sambil menaik-turunkan alisnya. Gaya paling sok yang dia andalkan.

"Btw, seger banget hari ini...." Celetuk SPV gue membuat beberapa orang jadi menoleh ke sumber suara termasuk Alvin yang sejak tadi berusaha fokus dengan layar laptopnya

"Baru mandi kembang pak, buang sial" ucap gue sekenanya dan ditimpali tawa oleh beberapa orang. Fine, satu langkah balas dendam berhasil gue lalui.

 'Terlihat lebih baik dari biasanya, [Done], [Checked]'

Akses tercepat dari pintu ruangan menuju meja gue adalah lewat samping mejanya Alvin. Sesuai instruksi dari Radit, gue harus memberikan sapaan hangat ke Alvin nggak peduli seberapa kuat keinginan gue buat bunuh dia.

Gue mengetuk ujung meja Alvin "Pagi Vin...seger banget hari ini lagi bahagia ya" sapa gue sedikit lebih keras. Beberapa mata kembali menatap gue. Hanya Beniqno yang menatap gue dengan tatapan yang aneh, gue langsung paham disini ada dua kubu yang sedang perang dingin. Gue dan Radit. Alvin dan Ben.

"Pagi April" katanya singkat tanpa menatap gue. Gue menoleh kearah Radit dan doi mengedipkan sebelah matanya.

Sampai di meja, gue langsung setting laptop dan segala macam keperluan buat kerjaan gue hari ini. Semua baik-baik saja sampai ada satu chat di whatsapp desktop gue dari Radit

Radit : gue udah dapet kontaknya Desca semalem dan udah mulai intens chatingan
April : dapet dari mana?
Radit : masih perlu ditanya ya?

Gue menepuk jidat setelah membaca pesan terakhir dari Radit.

April : what's next?
Radit : Desca punya cowo tapi gue heran sih, dia nanggepin terus chat gue dari semalem lo tau
April : lo main pelet kali....
Radit : yang bener aja Pril -_____- gue lumayan terkenal diluar divisi. Lo mau tau sebutan gue apa?
April : pa an ?
Radit : mas mas IT yang ganteng dan pendiem

Gue menoleh dan menatap tajam ke Radit di meja sebelah gue.

Gue kembali bekerja dengan tenang karena banyak banget kerjaan yang gue tinggal dari kemarin. Jari jari gue mari dengan teratur diatas keyboard menulis bahasa alien yang cuma bisa dipahami oleh orang-orang macam gue dan Radit. Ponsel gue ada di sebelah laptop dengan posisi terbalik, gue beneran menjauh dari sosial media dan lainnya. 

Jam makan siang, Radit melewati meja gue dan sempat memberikan tepukan kecil di pundak. Ruangan sepi bahkan Alvin juga tidak ada di mejanya. Gue membuka ponsel, ada beberapa pesan masuk dari Radit dan Alvin... wait, who? Alvin?

"Jangan lupa makan siang"

Hah?

Jantung gue langsung mencelos demi membaca pesan singkat dari Alvin. Gue menekan dada kuat-kuat karena sesak yang kemarin kembali gue rasain seketika. Yang bener aja.... Sebelum air mata gue turun, gue hapus pesan itu dan membuka pesan dari Radit

"Gue makan siang sama Desca di Basra"

Gila si Radit. Baru juga chatingan belum genap sehari doi udah ngajak Desca makan siang bareng. Gue jadi heran jangan-jangan dia jomblo karena terlalu banyak wanita di sekelilingnya. Sial, gue bener-bener nggak kenal sama manusia yang setiap hari kerja duduk disebelah gue pas.

--------

"gue punya akses ke whatsappnya Desca" Radit mengaduk kopi di cangkirnya. Aroma kopi Aceh Gayo menyeruak ke seluruh pantry. Sore ini kita berdua melipir ke pantry karena pekerjaan sudah banyak yang selesai. Beberapa orang di ruangan juga meeting project WMS dan tentunya tanpa Radit lagi

"lo gila sih, bisa bisanya langsung makan siang bareng. Sebelumnya lo udah kenal Desca?"

Radit mengambil kursi di sebelah gue "kagak nyet. Nggak tau juga, maybe dia udah lama ngefans sama gue kali" Radit bicara santai sambil menyeruput kopinya. "lo sih terlalu buta sama Alvin sampe nggak sadar pesona gue"

Gue mencibir "rabun kali si Desca"

"Back to topic" Radit nampak serius. "gue punya akses whatsappnya dia, tapi gue males baca. kalo lo mau nanti gue kasih lihat."

"nggak perlu deh, itu privasi. Kan kemarin gue bilang nggak mau kalo lo ngelanggar hukum kayak gini"

"lo emang nggak penasaran, Alvin minta tolong apa sama Desca?"

Gue menggeleng, hati gue langsung kembali ngilu mengingat Desca yang sok baik ngasih tau soal Farah dan Alvin, lalu ternyata Alvin langsung mutusin gue disaat gue sedang mencoba berpikir positif soal foto itu. Terlebih lagi ternyata semua sudah diatur. Desca sengaja ngasih lihat foto itu ke gue karena disuruh sama Alvin. Dan kalau Alvin masih perlu minta tolong ke Desca lagi, itu sudah pasti soal Farah, bisa jadi Alvin perlu bantuan Desca biar bisa kembali lagi sama Farah.

"Lo ngelamun lagi, Pril, masih sakit banget ya..."

Gue menoleh sekilas, menghela napas panjang dan mengangguk

"Yaudah, rencana berubah kalo lo nggak mau baca whatsappnya dia. Jadi gini, nanti malem gue udah janjian mau dinner sama Desca. Lo tau kan harus ngapain. Buka whatsappnya Desca karena at least, lo butuh nomor cowoknya."

Gue menghela napas panjang dan mengangguk, sebenarnya ini semua sederhana saja jika memang Alvin mau kembali bersama Farah pun juga nggak masalah. Toh dari awal memang gue yang mengambil sesuatu yang bukan buat gue, gue yang udah merebut dia dari Farah. Tapi caranya salah, kenapa perlu melibatkan orang lain dalam sebuah hubungan yang sedih dan bahagianya adalah dua orang. Entah gue harus menyebut Alvin ini childish or not a gentleman.

"Pril...." 

Gue menoleh ke arah Radit dan langsung berhadapan dengan dua bola mata hitam berbingkai alis lebat itu. 

"Paan sih?" 

Radit melemparkan senyuman dan membuang pandangan ke jendela. Tatapan tadi bukan tatapan yang bisanya diberikan Radit ke gue, and its so weird

"Dih, nggak jelas hidup lo, Nyet" Gue memukul lengan Radit sekenanya dan doi tertawa. 

"Dah ah, gue mau balik ruangan. Disini aja lo, jangan nyusul, awas ya lo ngikut belakang gue" Salah tingkah karena ditatap seperti itu bikin gue bergidik sendiri. 

"Sapa tau ketemu Desca terus jadi suka beneran sama dia. Biar lo nggak jomblo-jomblo amat hidupnya"

Radit hanya tertawa "iya iya, udah sana balik ruangan,hati-hati awas nyasar"

Dan gue setengah berlari keluar dari pantry tanpa menoleh lagi.

---

Sesuai yang dikatakan Radit siang tadi, malam ini gue sudah menerima beberapa foto Desca dengan Radit di sebuah cafe. Foto yang diambil dari angel membelakangi Radit hanya menampilkan Desca sedang bersama dengan seorang lelaki. Entah siapapun yang mengambil foto ini tadi, sangat tidak ingin menunjukkan identitas lelakinya.

Belum selesai gue melihat foto - foto itu, ponsel gue berdering, nama Rakun Radit muncul di layar.

"Pril, ternyata si Desca itu sudah tunangan dan cowoknya possesif banget dari cerita yang gue denger tadi. Jadi kalo itu foto lo kirim ke lakinya, kelar urusan Desca, pertunangan mereka bakalan batal"

"Kok gue jadi nggak tega ya, Dit"

"Iya.. gue juga"

"....balas dendam itu nggak baik kan" gue bicara setenang mungkin setelah ada jeda lumayan panjang diobrolan ini. "Tapi gue ada cara lain yang seharusnya lebih baik daripada saling menyakiti. Kalo kayak gini terus nggak ada bedanya kita sama mereka"

Hening ....

Gue tau Radit sudah sejauh ini buat gue, "tapi gue tetep butuh foto foto ini dan gue butuh elo juga."

"Dit......." panggil gue lagi karena di ujung sana, Radit diam seribu bahasa

"Gue tau saat ini kondisi gue lagi bener-bener jatuh, tapi sedikitpun gue nggak dendam sama Alvin. Gue pernah se sayang itu sama dia. Dan elo, meskipun gue nggak tau bagaimana sakitnya marahnya elo ngadepin Alvin selama ini, tapi kedepannya kita semua tetap ada di satu Tim yang sama, di perusahaan yang sama. Gue nggak mau karena masalah ini, berdampak panjang sampai ke perusahaan karena kinerja kita, karena perang dingin ini."

Gue membekap mulut karena nggak mau isak tangis gue terdengar Radit di ujung sana.

Hening, hanya terdengar hembusan napas berat Radit

"Maafin gue, bukan maksud gue nggak hargai usaha lo bantuin gue, Dit"

"April, lihat ke jendela samping kamar lo, sekarang"

"Kenapa?"

"Sekarang..." jawabnya lemah

Gue menyibak gorden, di depan sana ada Radit berdiri bersandar pada mobil SUV hitamnya. Masih lengkap dengan setelan baju kerja hari ini meskipun sedikit agak kusut dan dua kancing atas yang terbuka. Dari sana Radit bisa melihat gue sejelas gue bisa melihat eskpresi wajahnya yang selama ini nggak pernah ditampakkan depan gue.

"Lo ngapain astaga disitu dari kapan kok nggak ngetuk pintu aja kan gue bisa..

"April...." Radit memotong kata-kata gue. "Gue bisa aja dari tadi ngetuk pintu dan duduk disebelah elo, ngusap air mata itu. Tapi gue urungkan karena ada beberapa hal yang perlu gue pastikan dulu."

Gue kehilangan kata-kata, apa maksudnya?

"Gue dukung apapun yang bakalan lo lakuin. selama itu menurut lo baik. Apapun itu kalo lo butuh, gue bakalan ada disini buat lo."

Air mata gue makin deras jatuhnya

"Jangan nangis ... " lirihnya pelan di ujung sana.

Ada hening dan gue yang susah payah menghentikan tangisan dan Radit yang masih menampakkan ekspresi yang tidak bisanya. Kita hanya saling memandang, bergelut dengan pikiran masing-masing.

Radit menarik napas panjang dan kali ini lebih berat terdengar di telepon. Satu kalimat penutup telepon diucapkan seolah terpaksa oleh Radit yang berusaha kembali menjadi Radit yang gue kenal, bukan Radit yang sekarang sedang berdiri di depan rumah gue dengan tanda tanya besar diatas kepalanya.

"Gue tutup Pril, tidur sana ngapain malem-malem gini nangis di pinggir jendela, kesurupan lo ntar baru tahu rasa. Dah bye, see you di kantor besok. Awas aja lo besok alasan sakit lagi, gue males handle project lo"

Telepon ditutup, Radit melambaikan tangannya sebelum masuk kedalam mobil dan SUV hitam itu meluncur meninggalkan depan rumah gue.

Saat itu, seperti seluruh semesta sedang bercanda, persendian gue lemas dan gue luruh ke lantai. Masih dengan isak tangis yang tidak mau berhenti dan dada yang ditikam berkali-kali. Gue menyadari satu hal, ternyata selama ini gue buta.

Continue Reading

You'll Also Like

842K 27K 68
"Real lifeမှာ စကေးကြမ်းလွန်းတဲ့ စနိုက်ကြော်ဆိုတာမရှိဘူး ပျော်ဝင်သွားတဲ့ယောကျာ်းဆိုတာပဲရှိတယ်" "ခေါင်းလေးပဲညိတ်ပေး Bae မင်းငြီးငွေ့ရလောက်အောင်အထိ ငါချ...
1.4M 34.4K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...
741K 39.3K 21
𝐒𝐡𝐢𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐱 𝐑𝐮𝐝𝐫𝐚𝐤𝐬𝐡 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐀𝐧𝐢𝐤𝐚 𝐑𝐚𝐢 𝐱 𝐊𝐚𝐛𝐢𝐫 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 ...
1.5M 112K 42
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...