That Day | Treasure ✓ [TELAH...

By ALO-EVERA

621K 108K 75.5K

Telah terbit dengan judul The Culprit of The Tragedy ❝ Sejak hari itu, impostor yang sesungguhnya beraksi. ❞ More

Prolog
ˋ1ˊ
ˋ2ˊ
ˋ3ˊ
ˋ4ˊ
ˋ5ˊ
ˋ6ˊ
ˋ7ˊ
ˋ8ˊ
ˋ9ˊ
ˋ10ˊ
ˋ11ˊ
ˋ12ˊ
ˋ14ˊ
ˋ15ˊ
ˋ16ˊ
COMING SOON!
Ganti Judul???
TELAH TERBIT!
PO 2 DIBUKA!

ˋ13ˊ

17.1K 5.9K 4.4K
By ALO-EVERA

Happy birthday Mashiho ♡
Telat sehari hikd






Junghwan bersenandung ria seraya menenteng kantung plastik berisi sekotak donat bermacam-macam rasa. Dia di perjalanan pulang menuju rumah, tapi dia agak kesal karena harus berjalan memutar. Kenapa? Motornya mogok, sepedanya rusak, jalan dekat rumahnya sedang diperbaiki, terpaksa dia berjalan melewati jalan di komplek perumahannya Jeongwoo dan Yedam.

Jaehyuk juga satu komplek dengan mereka sih... tapi Jaehyuk ada di ujung, di perbatasan dekat komplek perumahan lain, tidak dekat jalan utama.

Begini urutannya. Yang terjauh itu rumah Yoonbin, Junkyu dan Doyoung, rumah Jihoon tidak jauh dari rumah mereka, lalu Yoshi dan Asahi yang jaraknya agak jauh dari rumah keempatnya, setelah itu ada Hyunsuk dan Mashiho di tengah-tengah─ pusat berkumpul, lalu Haruto yang satu komplek perumahan dengan Junghwan, di dekat komplek mereka barulah komplek rumahnya Jaehyuk, Jeongwoo, dan Yedam.

Kembali ke topik. Junghwan berjalan cepat saat sadar kalau hari semakin larut, orang tuanya pasti khawatir karena dia pergi terlalu lama.

Salah sendiri tidak ada ojek atau transportasi umum lainnya. Sekalinya ada, eh sudah penuh penumpangnya. Tapi tidak apa-apa, berjalan kaki sekalian berolahraga malam.

Sembari berjalan, dia memikirkan semua perkataan Mashiho. Katanya, pembunuhnya ada banyak. Mashiho yakin ucapannya benar atau tidak? Itu yang Junghwan ragukan.

Mashiho terlihat meyakinkan, tapi salah sendiri meragukan juga.

Tin! Tin!

Saking terlarut dalam pikirannya, Junghwan sampai terlonjak saat klakson motor terdengar dari belakang. Donatnya hampir jatuh, untung bisa dia tahan.

"Kaget ya? Sorry."

Junghwan kesal. "Udah tau masih tanya."

Haruto mencebikkan bibirnya, dia kan berniat menawarkan tumpangan. Kalau begini dia jadi kesal juga. "Ayo naik, gue anterin sampe rumah. Anak kecil gak boleh keluyuran malem-malem."

"Kaca, ada?"

"Ck, cepetan naik! Mumpung searah rumahnya, kalau gak searah gak bakal gue tawarin."

Mulut memang mencibir, tapi badan naik ke motor Haruto. Dia terima saja tawarannya, hari sudah malam.

"Eh Hwan, gue mau ngomong."

"Apaan? Ngomong tinggal ngomong."

"Ya kan basa-basi." Haruto melajukan motornya. "Lo tau banyak hal kan? Mending diem."

"Hah?"

"Kalau lo tau banyak hal, sebaiknya lo simpen sendiri atau semuanya bakal merembet kemana-mana."

Junghwan tidak mengerti. Mashiho bilang dia harus jujur jika tau sesuatu, tapi Haruto bilang dia harus menyimpannya sendiri.

Membingungkan.




















































⚠️




"Wow, kali ini lima anak kucing yang lo bunuh? Heran, hewan lucu begitu kok dibunuh."

Jaehyuk terkejut melihat kedatangan Doyoung yang tak direncanakan tersebut. Datang tak diundang, seperti hantu saja.

"Lo nemu kucingnya dimana sih? Setiap malem ada aja yang dibunuh, kalau gue susah, kan ada Kak Ajun."

"Salah sendiri gak jujur ke Kak Junkyu kalau lo psikopat."

"Haha, ya kali gue kasih tau. Dia kan penyayang binatang, bisa diusir gue dari rumah."

Jaehyuk ikut tertawa, tapi lima detik kemudian tawanya berganti dengan mimik wajah datarnya. "Pergi, gak usah ganggu."

"Gak asik, padahal gue mau liat cara lo ngebunuhnya gimana," cibir Doyoung mendekati Jaehyuk. "Tapi, kalau diliat-liat... kayaknya lo psikopat amatiran."

"Apa?!"

"Kalau lo mau bunuh hewan, jangan pake sepatu atau baju putih! Aneh lo!"

"Ya suka-suka gue lah! Gue yang bunuh!"

Doyoung geleng-geleng dramatis, menunduk melihat bangkai hewan hasil karya Jaehyuk. Mulut bangkainya robek hingga ke pipi, lehernya terkoyak lebar, matanya lepas dari tempatnya, dan dadanya terbuka, bolong.

Dia kan kasihan...

"Kenapa lo?" Tanya Jaehyuk memicingkan mata curiga.

"Gue kasihan deh."

"Seorang psikopat bisa kasihan? Lo psikopat beneran atau bukan sih?"

"Gue kasihan." Doyoung menoleh ke Jaehyuk, menyeringai sambil mengeluarkan pisau kecilnya. "Bukan ke hewannya, tapi ke lo."






JLEB!






"ARGH!"

Dengan gerakan cepat dan mulus, Doyoung berhasil menancapkan pisaunya ke pundak Jaehyuk, membuat pemuda itu berteriak.

Doyoung mencabut pisaunya, memutarnya lalu menancapkannya kembali di tempat yang sama. Astaga, ini menyenangkan.

"Bangsat."

Amarah menghampiri Jaehyuk. Dia arahkan pisaunya ke Doyoung, berhasil melukai lengan kanan pemuda itu, menciptakan luka horizontal di dekat pundak.

Bukan rasa takut yang didapat, Doyoung malah senang. "Segitu doang?" Tantangnya.

Jaehyuk menggeram, dia meninju wajah Doyoung hingga jatuh telentang ke tanah. Doyoung tersentak, berguling ke kanan menghindari tikaman pisau Jaehyuk yang bisa melubangi dadanya. Sayangnya, tangannya lah yang terkena tikaman, pisau Jaehyuk sampai menembus telapak tangan─ ke punggung tangannya.

Dia berdiri dengan cepat, menendang Jaehyuk hingga telentang , lalu memukul wajahnya berkali-kali. Situasi berbalik.

"Kenapa lo bunuh kakak gue?"






BUGH!







"Apa salah kakak gue ke lo?"







BUGH!






"Selama gue jadi psikopat, gue gak kayak lo. Lo itu cuma ngandelin tenaga, tapi gak pake otak."







BUGH!







"Lo memang berhasil sejauh ini."







BUGH!






"TAPI LO HARUS MATI!"

"Hahahaha!" Tawa Jaehyuk pecah, dia seperti tidak merasakan sakit di tubuhnya. "Kenapa gue bunuh kakak lo? Siapa suruh berani ngancem gue, sok mau ngelaporin gue ke polisi. Cih, dia itu emang pantes mati, bikin susah─ ARGHHHH!"

"Ayo ngomong lagi, nanti gantian pipi kanan lo yang gue robek."

Jaehyuk mengerang, memegang bibir bagian kirinya yang robek hingga ke pipi.

"Kak Ajun lo gituin kan? Lo juga dong, gak adil kalau dia doang," lanjut Doyoung tersenyum lebar, merobek bibir Jaehyuk dengan posisi abstrak.

Jaehyuk mengerang lagi. Sialan, sekarang pipi kanannya yang dirobek!

"Hewan yang malang, pasti mereka pingin lo ngerasain apa yang mereka rasain," ucap Doyoung sendu. Tanpa rasa kasihan sedikit pun, ia melakukan apa yang Jaehyuk lakukan pada hewan-hewan lucu tersebut.

Ia mencongkel mata kanan Jaehyuk, lalu melemparnya ke sembarang arah. Teriakan Jaehyuk terdengar keras, darah membasahi wajahnya. Namun Doyoung menunjukkan wajah tanpa dosa.

"Belum mati ya? Gue bantuin deh, ada pesan terakhir?"

Jaehyuk menatap tajam Doyoung, tangannya berusaha keras meraih pisaunya yang berada tak jauh dari badannya. Melihat itu, Doyoung berdecak kesal.

"Dikasih waktu kok gak dimanfaatin."

Setelah berucap begitu, Doyoung mengambil pisau dapur milik Jaehyuk. Tersenyum lebar penuh kepuasan, sebelum menikam dada temannya berkali-kali.

Darah menyiprat kemana-mana, Jaehyuk masih sadar, nafasnya tersendat-sendat.

"Ini yang terakhir," gumam Doyoung kembali mengangkat pisaunya.

Dia gorok leher Jaehyuk hingga kepalanya hampir putus, lalu menancapkan pisaunya ke kening pemuda itu sebagai hasil akhirnya.

Selama beberapa detik ia terdiam, duduk di samping mayat Jaehyuk yang menggenaskan. Doyoung mendongak ke langit, menatap langit malam dengan mata berkaca-kaca.

"Maaf, Kak Ajun."

Setelah itu, dia menangis, meluapkan semua emosinya.

Continue Reading

You'll Also Like

569K 116K 73
Mereka memilih pilihan yang salah. [spin-off dari: silver boys] [2019]
The Phone 2 | TXT ✓ By MAYA

Mystery / Thriller

784K 189K 25
❝Telepon asing itu datang lagi.❞
843K 182K 30
❝Cari buku itu secepatnya.❞ Dibaca sebelum Laboratorium & Mirror
1.3M 94.3K 58
⚠️SEBAGIAN PART TELAH DI PRIVAT, FOLLOW TERLEBIH DAHULU UNTUK MEMBUKANYA⚠️ [Sedang dalam masa pengembangan cerita dan Revisi] "Heh kuman!" panggil se...