AREKSA

By MartabakKolor

32.7M 3.2M 1.2M

"Perasaan kita sama, tapi sayang Tuhan kita beda." ****** Areksa suka Ilona Ilona juga suka Areksa Tapi merek... More

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM
Notifnya Ga Ada
TIGA PULUH TUJUH
TIGA PULUH DELAPAN
TIGA PULUH SEMBILAN
EMPAT PULUH
EMPAT PULUH SATU
TEASER AREKSA
EMPAT PULUH DUA
TEASER AREKSA 3
EMPAT PULUH TIGA
EMPAT PULUH EMPAT
GIVE AWAY
EMPAT PULUH LIMA
VOTE COVER DAN GIVE AWAY
EMPAT PULUH ENAM
EMPAT PULUH TUJUH
EMPAT PULUH DELAPAN
Info Novel
INFO PENTING!
EMPAT PULUH SEMBILAN
PO DIMULAI
LIMA PULUH : SAMUEL-AZURA
SPOILER NOVEL
SAMUEL
Special Offer AREKSA
PRE ORDER Lagi
OFFICIAL JACKET DIAMOND GANG

TIGA PULUH

388K 49.5K 28.6K
By MartabakKolor

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

2000 vote + 2000 komen untuk next!

****

Terik matahari yang menyengat kulit itu membuat siswa-siswi SMA Taruna Bakti tidak berhenti mengeluh. Upacara hari Senin sebentar lagi akan selesai. Membuat mereka sudah tidak sabar untuk segera masuk ke dalam kelas. Mendinginkan badan di sana karena seluruh ruangan yang ada di SMA Taruna Bakti pasti mempunyai 2 AC.

"Untuk yang tidak memakai atribut lengkap, dimohon untuk tetap berada di lapangan."

Suara milik Areksa menginterupsi siswa-siswi yang mulanya sudah bersiap pergi dari lapangan. Mereka yang memakai atribut lengkap tentu langsung kembali ke dalam kelas setelah mendengar perintah Areksa. Ada sekitar dua puluh murid yang masih bertahan pada posisi mereka. Termasuk Ilona, Marvin, dan Canva yang sama-sama tidak membawa topi upacara.

"BARIS DI TENGAH DENGAN RAPI! SAYA HITUNG SAMPAI TIGA! SATU ...."

Dua puluh murid yang tidak memakai atribut lengkap itu langsung memposisikan diri mereka di tengah lapangan dengan cara berbaris rapi.

"DUA ... TIGA!"

Barisan dua puluh murid itu sudah terbentuk rapi. Areksa dan Naura berdiri di hadapan mereka semua. Langkah kaki Areksa mulai berjalan mendekat ke arah dua puluh murid itu. Diikuti oleh Naura yang terlihat lemas di belakangnya.

"Catet nama mereka sekalian sama alasannya," titah Areksa yang langsung diangguki kepala oleh Naura.

Pasangan ketua dan wakil OSIS itu mulai menghampiri satu persatu murid yang melanggar aturan.

"Niko, X IPS 1. Kenapa tidak membawa dasi?" tanya Naura kepada salah satu murid cowok.

"Dasi saya diambil tikus, Kak," balas Niko dengan jujur.

Areksa memutar bola matanya malas. "Kenapa nggak beli?" tanyanya.

"Uang saya nggak cukup, Kak. Dasi di sini mahal," balas Niko lagi.

Areksa yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Cowok itu merogoh saku seragamnya lalu mengambil selembar uang lima puluh ribuan di sana. "Buat lo. Habis gue hukum nanti langsung beli dasi," ujarnya.

Niko menerima uang dari Areksa dengan senang hati. Kapan lagi ia mendapat rezeki nomplok seperti ini? "Terima kasih, Kak," katanya seraya menundukkan kepalanya sedikit.

Areksa mengangguk sekilas. Naura yang sudah selesai mencatat Niko itu langsung beralih ke arah Canva. "Kenapa nggak pakai topi?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Lupa. Kebanyakan pikiran gue," balas Canva dengan santainya.

Naura menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Setelahnya, ia mencatat nama Canva di daftar catatan hitam di tangannya. Beberapa kali gadis itu berdecak resah. Kepalanya terasa pusing karena terlalu lama berada di bawah sinar matahari.

"Kenapa nggak bawa topi?" Areksa bertanya kepada Ilona yang melamun sejak tadi. Gadis itu mengangkat kepalanya saat Areksa sudah tiba di hadapannya.

"Males," balas Ilona dengan wajah lempeng.

"Lain kali jangan sampai lupa," peringat Areksa kemudian tersenyum tipis. Ia memang lupa untuk mengingatkan Ilona pagi tadi.

Naura yang mulai merasa ada yang aneh dalam pernapasannya itu mati-matian menahan diri untuk tidak tumbang. Gadis itu masih mencatat dengan tangan gemetar. Areksa yang merasa aneh dengan Naura itu pun langsung memegang kedua bahu gadis itu.

Buku yang dipegang Naura pun terjatuh di atas tanah. Tangan gadis itu beralih memegang dada dengan napas yang tersendat.

"Nau? Lo nggak papa?" tanya Areksa dengan wajah panik. Bukan hanya dirinya, tetapi semua orang yang ada di sana pun sama.

Napas Naura kian tersendat. Gadis itu kesusahan untuk berbicara. "O-obat," ujar Naura sebisa mungkin.

Areksa yang paham pun langsung mengambil inhaler yang ada di saku jas gadis itu. "Tarik napas yang dalam. Lo tenang, jangan panik," ujarnya menginteruksi.

Naura pun melakukan apa yang Areksa katakan. Dadanya terasa sesak dan semakin sakit ketika ia menghirup udara.

Dengan cepat Areksa membuka penutup inhaler yang diambilnya tadi. Kemudian ia memasukkan ujung inhaler itu di antara mulut Naura. Areksa menekan ujungnya supaya obat yang ada di dalamnya keluar ke dalam mulut gadis itu.

Ilona yang menyaksikan itu semua hanya mampu diam. Ia melihat bagaimana khawatirnya Areksa saat penyakit asma milik Naura tiba-tiba kambuh. Bagaimana telatennya cowok itu membantu Naura untuk mengendalikan napasnya menjadi normal kembali.

Tidak berselang lama, napas Naura pun kembali berembus normal. Wajah gadis itu terlihat sangat pucat dengan keringat yang menetes dari wajahnya.

"Perasaan lo gimana?" tanya Areksa.

Naura memegang kepalanya yang terasa berputar. "Nggak enak. Pusing."

Ilona berdecih pelan. "Udah tau penyakitan, sok-sok an ikut organisasi. Dasar lemah."

Ilona mengucapkan itu dengan keras membuat yang lainnya pun mendengarnya dengan kelas. Areksa langsung menoleh ke arah gadis itu dengan tatapan tak percaya.

"Lo keterlaluan, Na," ujar cowok itu.

"Gue ngomong apa adanya. Naura kan emang penyakitan. Dikit-dikit kambuh, dikit-dikit pingsan. Udahlah lo keluar aja dari OSIS. Ngerepotin cowok gue aja lo," balas Ilona tanpa pikir panjang.

"ILONA!" bentak Areksa membuat Ilona tersentak kaget mendengarnya.

"Lo sama-sama manusia. Harusnya punya perasaan. Emang dia mau kayak gini? Nggak mau, kan? Gue nggak pernah ngajarin lo buat kayak gitu sama orang lain, Na," murka Areksa.

Naura hanya bisa menundukkan kepalanya. Gadis itu memandang sendu inhaler yang ada di tangannya. Jujur saja, setelah mendengar apa yang Ilona katakan kepadanya, Naura merasa telah menjadi manusia paling merepotkan di dunia.

"Lo lebih milih dia daripada gue, Sa?" tanya Ilona seraya menunjuk Naura dengan jari telunjuknya.

"Gue bakal bela yang bener. Lo salah, Na. Sikap lo udah keterlaluan. Lo terlalu anggep diri lo itu paling sempurna dan selalu anggap remeh orang lain. Perilaku lo tadi bikin gue nggak habis pikir sama jalan pikiran lo," tukas Areksa membuat Ilona tak lagi mampu berkata-kata.

Semua yang mendengar itu hanya bisa diam seraya menyaksikan. Mereka tidak punya hak untuk ikut campur urusan orang.

"Lo—"

"Pergi, Na," usir Areksa.

"Sa?"

"GUE BILANG PERGI!" teriak Areksa dengan urat leher yang menonjol.

Bukan hanya Ilona, Naura yang berada di sampingnya pun terkejut. "Sa, lo berlebihan. Apa yang Ilona bilang emang bener. Gue penyakitan, nggak seharusnya lo marah. Dia cewek lo," ujarnya dengan sorot mata bersalah.

Areksa menggeleng. "Sekali pun itu Ilona, kalau dia salah bakalan tetep gue tegur."

Ilona menatap Areksa dengan mata berkaca-kaca. Dadanya naik turun menahan sesak yang menghujamnya. Untuk pertama kalinya, Areksa membentak dirinya di depan umum.

Tidak ingin berlama-lama di sana, Ilona pun segera pergi dari lapangan. Gadis itu berlari sekencang mungkin dengan perasaan yang tidak mampu dirinya jabarkan.

****

"Loncat aja, gue yakin lo bakalan mati."

Ilona menoleh ke belakang saat mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Itu Seano. Entah sejak kapan cowok itu duduk di sofa yang terlihat usang. Dirinya kini berdiri tepat di ujung rooftop. Selangkah saja Ilona maju, maka ia akan terjun bebas ke bawah.

Ilona kembali menatap ke bawah. Matanya kembali berkaca-kaca saat mengingat kembali kejadian tadi. Bagaimana Areksa membentaknya di hadapan banyak orang dan membela Naura yang seolah-olah menjadi orang paling spesial.

Seano berdecak pelan. Cowok itu bangkit dari duduknya kemudian berjalan menghampiri Ilona. Kedua bahu gadis itu bergetar dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua matanya.

Seano memegang tangan kanan gadis itu. Ia mengajak Ilona untuk duduk di sofa. "Baru kali ini gue liat lo nangis," ujarnya.

Ilona hanya diam sembari terus menangis. Sebenarnya, ia juga tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang lain. Namun, apalah dayanya yang tidak lagi bisa membohongi perasaannya.

Melihat itu, Seano langsung menarik Ilona ke dalam pelukannya. Tangannya perlahan mengelus rambut lembut milik Ilona.

"Eksa marah sama gue, Be. Dia bentak-bentak gue di depan banyak orang," ujar Ilona masih dalam pelukan Seano.

"Gue udah lihat di bawah tadi," balas Seano.

"Menurut lo, apa perilaku gue tadi keterlaluan?" tanya Ilona pelan.

"Banget. Tapi gue paham sikap lo kayak gimana. Omongan lo emang nggak pernah bisa dikontrol dan ...."

Seano menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "lo cuma takut kehilangan Areksa, kan?"

Ilona mengangguk menyetujuinya. Entah mengapa, setiap melihat Areksa dengan cewek lain, ia merasa marah dan tidak terima. Ilona tahu kalau itu berlebihan. Tapi ia tidak peduli. Kehilangan Areksa yang merupakan sumber kebahagiaannya adalah ketakutan terbesar bagi dirinya.

"Lo boleh dateng ke gue kalau lagi sedih, Na," ucap Seano. Terdengar tulus tidak seperti biasanya.

"Kenapa lo baik gini sama gue?" Ilona melepas pelukan mereka. Ia menatap Seano dengan pandangan bertanya.

"Gue emang gini," balas Seano cepat. Tangannya terangkat untuk menghapus jejak air mata di pipi Ilona.

"Itu karena gue suka sama lo, Na," lanjutnya dalam hati.

****

Areksa meletakkan kembali botol berisi air minum yang baru saja ia belikan untuk Naura. Ia membantu gadis itu untuk membaringkan tubuh kembali di atas kasur empuk yang berada di ruangan UKS. Wajah Naura sudah tidak sepucat tadi. Itu tandanya, kondisi gadis itu perlahan mulai membaik.

"Gue minta maaf, Sa," cicit Naura dengan suara pelan.

Areksa menatap gadis itu bingung. "Buat apa?"

"Gara-gara gue, lo sama—"

"Jangan bahas itu lagi," sambung Areksa dengan cepat. Cowok itu memijat pangkal hidungnya pelan.

"Harusnya lo nggak kayak gini, Sa. Gue tau perasaan Ilona gimana. Dia selalu cemburu kalau kita lagi sama-sama. Wajar kalau dia ngomong gitu," balas Naura tidak mengindahkan perkataan Areksa.

"Cemburu boleh, tapi dia berlebihan sampai ngatain orang," balas Areksa.

"Iya, tau. Tapi gimana kalau lo ada di posisi Ilona? Lo pasti paham sama sifat dia. Dari dulu dia emang nggak suka sama gue. Setelah ini, dia pasti makin benci sama gue." Naura menghela napas berat.

"Gue nggak mau jadi orang ketiga di hubungan kalian berdua," lanjut gadis itu.

"Lo nggak jadi orang ketiga, Nau. Ini masalah gue pribadi sama Ilona. Gue bakalan bela mana yang bener."

"Pribadi gimana? Jelas-jelas lo berantem gara-gara gue, Sa. Makasih banget karena lo udah nolongin gue. Tapi gue jadi ngerasa bersalah kalau kayak gini."

"Bisa nggak jangan bahas itu lagi? Pikiran kesehatan lo dulu. Mending istirahat," ujar Areksa mengalihkan pembicaraan.

Naura membuang pandangannya ke arah lain. "Gue tau kalau lo cuma kasihan sama gue, Sa. Jadi plis, jangan bikin Ilona salah paham sama kita berdua."

Areksa menggusah napas berat. Ia meraup kasar wajahnya yang terlihat lelah. "Habis ini gue jelasin sama dia. Puas?"

Naura tersenyum tipis. "Gimana pun juga, Ilona itu cewek lo. Dia bergantung sama lo. Jadi, jangan pernah ngecewain dia. Gue sebagai cewek paham banget sama perasaannya."

****

"ILONA!"

Ilona dan Seano refleks menghentikan langkah mereka saat mendengar teriakan kencang yang berasal dari Seano. Keduanya sama sekali tidak menoleh ke belakang. Hanya menunggu Areksa sampai di samping mereka.

"Lo berangkat bareng gue. Jadi, pulangnya harus bareng gue," ujar Areksa setelah sampai di sebelah Ilona.

"Dia pulang bareng gue," balas Seano mewakili apa yang akan Ilona katakan.

"Nggak ada. Ilona pulang bareng gue," ujar Areksa tidak ingin dibantah. Ia menggenggam sebelah tangan milik Ilona. "Ayo, pulang."

Ilona sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. Ia menatap malas ke arah Areksa. Tatapan yang sama sekali belum pernah ka tunjukkan kepada cowok itu.

"Lo budeg? Gue pulang bareng dia, bukan sama lo," balas Ilona dengan nada tidak suka.

Areksa mengerutkan keningnya. Sebelumnya, Ilona tidak pernah sampai menolaknya untuk pulang bersama seperti ini. "Lo kenapa sih, Na?"

Ilona tersenyum miring. "Masih nanya gue kenapa? Lo punya otak, kan? Harusnya bisa mikir."

"Lo berlebihan, Na. Gue cuma negur lo. Kenapa reaksi lo sampai kayak gini?"

"Lama-lama gue capek ngomong sama lo, Sa." Ilona menatap Seano yang berdiri di sampingnya. "Gue tetep pulang bareng lo."

Areksa menggeleng kuat. "Nggak."

"Lo aja bisa sama Naura, kenapa gue enggak?" Ilona menaikkan sebelah alisnya. Ia melepas kasar tangannya dari dalam genggaman Areksa.

"Na—"

"Gue duluan," tukas Ilona cepat lalu menarik tangan Seano untuk pergi dari sana.

Areksa memandang kepergian keduanya dengan sorot mata kekecewaan. Gadisnya benar-benar marah untuk yang pertama kalinya.



*****

Kalian tim siapa?

#AREKSA

#ILONA

Di sini yang salah siapa?

2000 vote + 2000 komentar untuk next!

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@areksa.drgntr
@queenilona_ladeika
@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI BIAR MAKIN BANYAK YANG BACA!

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA. AKU SAYANG KALIAN SEMUA

JANGAN PERNAH BOSEN DENGAN CERITA AREKSA.

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KARENA ITU SANGAT-SANGAT BERHARGA.

TERTANDA, PRESIDENT OF RAMOR!

Join GC tele : AREKSA UNIVERSE

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 113K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
237 97 5
Pernahkah kalian menyukai seseorang, tapi tak ingin mengungkapkannya? Bagaimana rasanya? Biasanya kalian menyebutnya dengan istilah 'Crush' bukan?. T...
3.7M 219K 58
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
1.1M 40.8K 49
Seorang murid baru berpenampilan cupu,nerd,kampungan tapi mempunyai daya tarik yang istimewa. Dia membuat 3cowok tampan menyukainya dan mungkin menc...