Seven Angels Without Wings

Por YohanaEve

159K 6.2K 116

Cerita ini semuanya akan direvisi kembali. Dan mohon maaf kalau setelah direvisi, satu-persatu akan hilang. D... Más

Prolog (Revisi)
07. Hazel and Angel
08. The Power of Hazel
09. We're the One
10. Regrets
11. Rival
12. Just Care With You
13. Coke Davin
15. The Tear of Naziel
16. "Si Pengendali", Naziel
17. Red Rose and Black Rose
18. I'm Here Just For You
19. The Rescuer
Promosi
20. Another Enemy
21. Hazel is Dead, right?
22. Please, Stay With Me
23. Mystery
24. Gracia Ignovard
25. Secret of The Name
26. The Last Fight
27. The Demon of Battle
Pengumuman!!
Lose or Win??
Di Baca, yaa!!
29. Love is Blind Everything
30. Real or Just a Dream?
Penting!!
31. Naziel is Come Back, Right?
32. Before "That Day"
Tolong Bantu
33. Big Secret
34. The Final Battle
Epilog
Extra Part
28. Repost Lose or Win

14. The Beginning

2.6K 183 3
Por YohanaEve

Baru Eline ingin melempar cairan yang ia buat itu kearah perempuan itu, mendadak perempuan itu menyihir Eline dan Eline pun berubah menjadi patung. Sepertinya perempuan itu tidak nanggung-nanggung melakukannya. Dari arah lain, dua pasang tak kasat mata itu terus memperhatikan yang terjadi dengan Eline. Salah satu diantaranya menyipitkan matanya sambil sibuk dalam pemikirannya sendiri, sedangkan yang satunya lagi hanya diam menunduk seakan dia hanya bisa menunggu perintah dari majikannya itu.

"Tuan puteri. Apa yang harus kita lakukan? Apakah kali ini Hazel akan menyelamatkannya?" Tanya Lynn kepada majikannya itu.

"Entahlah. Lynn, jika tidak ada satu orang yang bisa menyelamatkannya, kau harus bisa mengantarkan surat ini untukku." Puteri Aeolus menyerahkan selembar surat kearah pelayannya itu.

"Tetapi siapakah yang harus menerima surat ini, tuan puteri?" Lynn menatap tajam kearah surat yang diberikan oleh Puteri Aeolus itu.

"Si pengendali. Bilang saja bahwa surat itu dari sahabatnya yang selama ini selalu berada di masa sulitnya."

"Baik tuan puteri."

"Lynn ingat. Jangan biarkan dia menyentuhmu karena aku tidak ingin dia mengetahui wajahku terlebih dahulu sebelum dia tergabung dalam kelompok pelindung. Kau mengerti, Lynn?"

"Baik. Laksanakan, perintah, Tuan putri Aeolus!" Lynn mendadak menghilang dari tempatnya. Ia segera memenuhi tugas dari majikannya itu. Tetapi, didalam perjalanannya, ia malah bertemu dengan sesosok laki-laki yang tidak asing lagi baginya.

"Tuan Ronald!" Panggil Lynn sambil membelalakkan matanya yang sipit itu.

"Lynn? Sudah lama kita tidak bertemu." Ronald menghampirinya bahkan ia memberikan senyumannya itu kepada Lynn.

"Ah. Benar. Tetapi saya sangat terkejut. Bukankah ____"

"Aku sudah mati? Begitu maksudmu?" Potong Ronald.

"Maaf. Tetapi saya mendengar bahwa tuan Ronald sudah mati bahkan banyak orang yang melihat jenazah dari tuan Ronald sendiri. Tuan puteri Aeolus juga melihatnya." Jelas Lynn yang mengejutkan diantara tatapan mata Ronald itu.

"Puteri Aeolus?" Tanya Ronald balik.

"Benar. Tuan. Tuan puteri Aeolus, mantan pacar dari tuan Ronald sendiri bahkan aku melihat wajah sedih dari tuan puteri. Aku tidak tega melihatnya." Lynn mulai meneteskan air matanya itu mengingat kembali apa yang terjadi dengan majikannya setelah ia kehilangan Ronald.

"Mustahil. Lalu, apa rencana puteri Aeolus saat ini?" Tanya Ronald mengundang kebingungan yang tersirat dari wajah gadis itu.

"Maksud Tuan?" Ronald hanya tersenyum, kemudian ia pergi meninggalkan Lynn disana, tetapi sesaat langkah Ronald terhenti.

"Lynn. Tolong bilang dengan majikanmu itu kalau aku, Ronald akan selalu berjalan sesuai dengan akal sehatku dan tidak akan pernah menjadi salah satu budaknya lagi." Kata-kata itu tertempel dengan jelas di otak Lynn tetapi dia masih sulit mencerna kata-katanya itu. "Budak? Apa maksudnya? Bukankah selama ini tuan puteri Aeolus sangat mencintainya bahkan yang memutuskan hubungan mereka itu kalau tidak salah adalah Tuan Ronald sendiri. Dan aku melihat dengan jelas bahwa sewaktu mereka berdua putus, Tuan Ronald sedang dekat dengan seorang perempuan lain. Hubungan mereka terlihat mesra. Aku merasa bahwa aku kasihan dengan Tuan Puteri Aeolus. Tetapi____. Ah sudahlah. Ini juga bukan urusanku." Batin Lynn sambil memperhatikan setiap jalan yang ia tempuh itu.

*****

Hazel menghabiskan sisa tehnya yang masih tersisa setengahnya itu. Hazel memperhatikan orang-orang disekelilingnya dengan pandangan yang curiga. Entah kenapa, batin Hazel mengatakan bahwa ia memiliki perasaan yang tidak enak.

"Eiden. Tempat ini sepertinya tidak lazim. Ayo kita pergi dari Cafe ini." Ajak Hazel yang menyiratkan rasa ketakutannya itu diwajahnya.

"Tidak lazim bagaimana maksudmu? Mungkin itu hanya perasaanmu saja." Ujar Eiden tak peduli sambil menyesap tehnya hingga berangsur-angsur habis.

"Hei. Aku serius. Semakin lama disini, aku semakin tidak tenang." Jelas Hazel sambil berusaha membujuk temannya itu untuk keluar dari cafe tersebut.

"Ah kau ini___." Mendadak kata-kata Eiden terpotong setelah ia melihat orang-orang disekelilingnya. Anehnya, ia hanya mendapati patung yang berdiri di lain arah. Patung-patung itu menyerupai manusia bahkan bisa dikatakan bahwa hanya mereka berdualah yang terlihat utuh ditempat itu.

"Bagaimana bisa? Bukankah tadi banyak orang disini dan ____."

"Sudahlah kita tak punya waktu lagi. Kita harus pergi darisini. Kalau tidak, kita berdua akan memiliki nasib yang sama dengan mereka." Potong Hazel sambil mengajak kawannya itu untuk melangkah jauh dari tempat mereka. Tetapi, ketika mereka berdua hendak pergi, mereka malah dikejutkan dengan langkah yang mulai mendekati kearah mereka.

"Tunggu. Kalian mau pergi kemana? Si pengamat dan si manipulasi?" Teriak perempuan itu yang mengejutkan mereka berdua.

"Hazel, apa yang kita lakukan saat ini? Aku bahkan tidak bisa berpikir jernih." Ujar Eiden tidak tenang.

"Eiden, cepat keluarkan kekuatanmu sekarang juga!" Perintah Hazel sambil mengatur nafasnya agar tetap tenang.

"Kekuatan apa maksudmu?" Tanya Eiden tak mengerti karena saat ini ia sedang panik dan bahkan tidak bisa berpikir jernih.

"Bodoh. Kekuatan manipulasimu! Yang bisa membawa kita ketempat yang berbeda. Cepat lakukanlah!" Teriak Hazel yang membuat Eiden semakin panik.

"Ba...Baiiiklahh."

"Mau kemana kalian? Kalian tidak bisa kemana-mana. Hahaha." Tawa perempuan itu menggelegar sambil mengeluarkan sihirnya, tetapi itu terlambat. Mereka berdua sudah pergi.

*****

Mata Hazel dan Eiden saling memandang sekelilingnya bahkan saat ini mereka tak tahu ada dimana.

"Bodoh. Kita dimana?" Tanya Hazel dengan kesal.

"Aku tak tahu." Jawab Eiden seenaknya.

"Ah. Lihatlah! Apa yang kau lakukan? Jangan bilang kalau kau sudah membawa kita berdua ke dimensi lain." Ucap Hazel khawatir.

"Tadi, aku panik dan aku tidak berpikir apapun hanya memikirkan kita jauh dari tempat itu saja." Jelas Eiden yang membuat Hazel semakin kesal.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kau____"

"Hazel! Eiden!" Panggil seseorang dibalik punggung mereka itu. Mereka berdua menoleh keasal suara tersebut. Awalnya Hazel kesal, kini ia mulai merasa tenang dan berpikir bahwa mereka berada ditempat yang aman.

"Angel! Mark! Coke!" Sapa Hazel sambil berjalan kearah mereka.

"Aneh. Kenapa kalian berada disini?" Tanya Hazel dengan mereka bertiga.

"Loh. Justru kami yang bertanya, kenapa kalian berdua bisa berada disini? Daritadi kita disini bahkan kita tidak mencium keberadaan kalian berdua disekitar sini. Apa terjadi sesuatu dengan kalian?" Tukas Angel sambil memperhatikan mereka berdua.

"Eline mana? Kenapa hanya kalian bertiga?" Tanya Hazel yang diikuti dengan desiran kebingungan di wajah mereka bertiga.

"Loh. Eline kan masih di markas. Mungkin dia masih terlelap dari tidur panjangnya itu." Jelas Angel yang membuat Hazel semakin khawatir dan takut jika terjadi sesuatu dengan gadis kecil itu.

"Bodoh!" Teriak Hazel dengan menendang batu yang berada di jangkauannya itu.

"Aku tidak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi? Katakan padaku, Eiden! Pinta Angel sambil memandang wajah Eiden yang kusut itu.

"Ayo kita sekarang pulang!" Ajak Hazel yang diikuti Eiden dari belakangnya. Mau tak mau, Angel, Mark, dan juga Coke mengikuti Hazel dari belakang juga.

Ketika mereka sampai, terlihat sangat jelas bahwa sepertinya ada seseorang yang masuk dari markas mereka. Pintu markas terbuka lebar bahkan tatanan letak ruangan di markas itu tampak berbeda. Ada beberapa barang yang terjatuh bahkan ada yang pecah juga.

"Siapa yang berani melakukan semua ini? Apa ini perbuatan Eline?" Tanya Mark dengan bingung.

"Tidak mungkin. Memang benar Eline masih anak-anak dan tingkah lakunya juga mengatakan kalau seperti itu. Tetapi, aku tahu Eline tidak mungkin melakukan sesuatu yang bodoh dan berantakan seperti ini." Jelas Hazel. Sesaat, langkah mereka terhenti. Tatapan mereka tertuju pada sebuah patung yang terlihat masih baru itu. Patung tersebut memancarkan aura kesedihan dan juga ketakutan. Begitu juga yang terpancar di wajah mereka berlima. Hazel hanya menatap patung itu dengan rasa penyesalan yang amat terdalam itu dihatinya. Teman-temannya juga berpikir yang sama dengannya.

"Apa ini? Ada apa dengan semua ini? Kenapa bisa-bisanya Eline menjadi seperti ini?" Desah Angel sambil meratapi Eline yang seperti itu.

"Eline? Tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Elineku! Gadis kecilku!" Teriak Mark. Dia hampir saja mengeluarkan tinjuannya itu, tetapi hal itu dilarang oleh Hazel.

"Mark tenanglah. Kalau kau mengeluarkan tinjumu seperti ini, yang ada bukannya Eline yang selamat tetapi dia malah jadi butiran-butiran debu." Tegas Hazel.

"Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini? Siapa yang berani melakukan seperti ini padanya? Aku tak mau kehilangan Eline yang seperti ini. Aku tak mau!" Teriak Mark sambil bergelinangan air mata.

"Memangnya hanya kau yang merasa kehilangan Eline? Kita semua disini juga. Aku yakin ini pasti perbuatan Medusa." Jelas Angel dengan meredam tangisannya itu.

"Iya. Benar kata Angel. Ini adalah perbuatan dari Medusa. Bahkan kami berdua sempat didatangi olehnya tetapi beruntung kami berdua berusaha lolos darinya." Ujar Hazel sambil menatap dingin kearah patung itu.

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Hazel?" Tanya Eiden panik.

"Biar aku mencobanya." Tukas Hazel dengan yakin. Hazel menggunakan salah satu inderanya, yaitu mulut. Ia berbicara sesuatu kearah gadis kecil itu yang kini telah menjadi patung. Dan tidak satu orangpun yang mampu mendengar kata-kata darinya. Mulut Hazel berkomat-kamit mengatakan sesuatu, akan tetapi ____.

"Ah.... Panas! Teriak Hazel yang diikuti dengan desahan-desahan khawatir mereka. Tubuh Hazel tertunduk lemas bahkan sekujur tubuhnya tampak berwarna merah dan kaku. Teman-temannya semakin khawatir melihat keadaan Hazel dan hanya bisa mengutuk diri mereka sendiri karena tak bisa melakukan apa-apa.

"Hazel? Kau tidak apa-apa?" Tanya Angel dengan menyentuh pundak Hazel, tetapi ia terkejut bahwa tubuh Hazel terasa panas, lalu Hazel menepis tangan mungil perempuan itu.

"Jangan menyentuhku! Kalau tidak, kalian akan bernasib sama sepertiku." Teriak Hazel.

"Tetapi, apa yang terjadi? Kenapa tubuhmu bisa seperti ini?" Tanya Angel kembali khawatir terhadap tubuh Hazel.

"Entahlah. Sepertinya tubuhku menyerap energi dalam sihir patung ini dan membuat tubuhku jadi semakin panas." Jelas Hazel yang menyisakan rasa pilu dihati mereka berempat.

"Ini semua karena medusa. Dan aku yakin ini semua sudah direncanakan olehnya. Dari awal dia sudah menargetkan kita semua. Sial!" Teriak Eiden sambil menyodorkan tinjuannya itu ketembok.

"Sepertinya ini sebuah awal. Sebuah awal untuk menghancurkan kita." Lirih Hazel dengan berusaha menahan hawa panas didalam tubuhnya itu. To be continued....

Seguir leyendo

También te gustarán

877K 73.5K 34
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
13.6K 792 21
[BELUM DIREVISI] DILARANG COPAS CERITA [INSPIRED BY: PERCY JACKSON BY RICK RIORDAN] Lima orang demigod termasuk dalam sebuah ramalan. Pertarungan sen...
11.3K 1.5K 14
[Complete ✔] "Chae yg dulu tangannya anget, sama kayak sikapnya. ㅡtapi tangan chae sekarang dingin, sedingin sikap dia ke gue" Felix si bucin. ©markl...
586K 7K 8
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...