BROTHER

By mgicboba

36.3K 4.2K 5.4K

ใ€”๐๐ฎ๐ค๐š๐ง ๐›ร—๐›ใ€•/ completed โ”€ Aku memilih untuk tetap melanjutkan hidup untuk mewujudkan mimpi-nya yang bel... More

introduce
[i] New Life
[ii] I Hate You
[iii] A Warm Hug
[vi] Mistake
[v] Emotional
[vi] Meet
[vii] Sly Woman
[viii] No! Please..
[ix] Trauma
[x] Where Are You?
[xi] I'm (Not) Fine
[xii] Don't You Understand That I'm Tired?
[xiii] I Think You Understand The Most
[xiv] Do You Love Mom?
[xv] Diagnosa
[xiv] The Plan
[xvii] Back To London
[xviii] Lost Memory
[xix] Time To Say Goodbye
[xx] I Remember Everything
[xxi] See You In Another Life
[xxii] Was Revealed
[xxiv] Who Says You're Not Worth It?
[xxv] Themis
[xxvi] Outro & Trailer
[xxvii] Extra : Teresa
[xxviii] Extra; Lawrence
[xxix] Extra ; Jansen

[xxiii] Ruang Kosong

813 110 136
By mgicboba

Brother ─ started

























**

drap..

drap..

drap..

Suara sepatu Teresa yang bersentuhan dengan lantai koridor sekolah terdengar sampai ke gendang telinganya sendiri. Hari hari berikutnya harus tetap berjalan meski Darren sudah tidak lagi ada.

Sampai di depan kelas Darren, Teresa berhenti. Melirik mejanya yang berada di posisi nomor tiga dari belakang melalui jendela kelas.

Kembali menghela napas sedih ketika melihat meja laki laki itu dipenuhi oleh bunga Krisan warna putih. Ternyata semua ini nyata, padahal Teresa masih berharap jika ini adalah mimpi.

Ia kembali berjalan, melewati kelasnya begitu saja dan memilih untuk pergi menuju perpustakaan. Bodohnya─gadis itu malah duduk ditempat yang biasanya dipakai oleh Darren.

Sekarang ia tau─mengapa darren sangat suka duduk disudut perpustakaan. Selain dekat dengan rak bagian buku buku pelajaran dan novel─view yang terlihat dari jendela didepannya sangat cantik.

Teresa menyumpal kedua lubang telinganya dengan earphone, kemudian lagu dari playlist milik Darren mulai merambat memasuki rungunya.

Clouds, judul lagunya.

Ada secuil kisah dibalik lagunya yang mengingatkan dirinya pada mendiang pujaan hatinya. Teresa asik memandangi langit biru yang cerah dari jendela perpustakaan, membayangkan Darren melihatnya dari atas sana sambil tersenyum.

Dear Teresa

Hai, Sudah makan? kamu sedang apa??
Iya, tidak perlu dijawab. Aku tau kamu sedang bersedih.

Teresa, Jansen bilang, hanya orang bodoh yang bisa jatuh cinta sama senja. Sebab, senja bisa pergi kapan saja tanpa janji untuk kembali, namun mereka tetap mencintainya meski sudah tau akan ditinggalkan.

Teresa, jangan terlalu lama berada didalam lingkar kesedihan, jangan terlalu lama sendiri, jangan terlalu lama mengingatku. Cepat lupakan aku dan hiduplah dengan bahagia with someone new.

Cari seseorang yang mampu membuatmu tertawa, yang tidak akan meninggalkanmu kapan saja, yang tidak akan membuatmu menangis seperti yang aku lakukan.

But remember, I never stop loving you :)

From : Darren L . B


**



Sungguh demi apapun, Lawrence sangat ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya saat ini karena sudah kelewat lelah. Namun ada saja masalah yang terus terusan berdatangan, seperti hari ini.

Saat ini semua anggota keluarga Brown telah berkumpul di ruang keluarga rumah mereka tak lama setelah sang nenek mengetahui itu.

"Marcell, give me the memory card" Titah sang nenek yang duduk di kursi paling besar yang ada di ujung. Yang diperintah menurut, ia berdiri dan menyerahkan memory card tersebut.

Semuanya mendengarkan isinya. Semua tanpa terkecuali mendengar suara amber dan Sophia. Tentu saja semua yang ada disana terkejut mendengar penuturan kejam dari kedua wanita itu. Hayley menutup mulutnya tak percaya sambil menatap kakak perempuannya. Ia bisa memiliki niat sekejam itu pada keponakannya sendiri.

"Amber, you did..?" Sang nenek bertanya tegas pada putrinya yang diam menunduk takut.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, ia berdiri dan berteriak pada anak gadisnya.

"AMBER!! YOU HURT MY GRANDSON??!!!"

"FINE! YES, I DO." Wanita itu berdiri, membentak balik ibunya yang bertanya.

"Why?!! Kalian ingin marah? Silakan! Silakan lindungi anak emas tidak berguna sepertinya, lemah, tidak bisa berdiri tanpa bantuan orang lain, manja, suka mengeluh dan lihat─apakah cucu kesayanganmu bisa bertahan tanpa tangan kanannya, aku akan pastikan dia berakhir seperti Darren!!" Ucapnya lantang sambil menunjuk Jansen yang duduk disamping Delbert dengan wajah ketakutan.

"AMBERR!!"


BUAGHKK!!!


Lawrence tidak menampar pipi saudarinya, ia langsung meninju rahang wanita itu. Wajah lelahnya memerah karena amarah, alisnya berkerut hampir menyatu ketika tanpa rasa bersalah dan seenaknya perempuan itu mengutuk putra bungsunya.

"Yang kamu lukai itu adalah anak anakku... anak anakku!!!" Lawrence berteriak, menatap tajam amber yang masih memalingkan wajahnya.

Kemudian pria itu menarik tangan Marcell, membawanya kehadapan amber. "Bagaimana perasaan mu ketika aku melukainya, bagaimana perasaan mu ketika aku membuatnya trauma, bagaimana perasaanmu jika aku pisahkan dia dari ibunya, bagaimana perasaanmu ketika aku membunuh anakmu!!!"

Marcell menelan ludah, ya.. sepertinya sebentar lagi lawrence benar benar akan membunuhnya ketika ia tau siapa dibalik peluru yang melukai jansen.

Amber kembali menegakkan kepalanya, memperlihatkan rahangnya yang membiru karena pukulan lawrence. Kemudian ia tertawa sarkas.

"My feelings? I never loved him as a child, solakukan saja apa yang kamu mau. Aku tidak akan pernah peduli. Even if I am given a choice, aku tidak akan pernah memilih untuk melahirkannya, jika aku ditakdirkan untuk melahirkannya, maka aku ingin mati saat melahirkan dia."

damn.

Hati Marcell mencelos mendengar penuturan seperti itu dari ibunya sendiri. Jadi selama ini─dugaannya benar, kedua orang tuanya tidak pernah saling mencintai, dan kehadirannya sama sekali tidak diinginkan oleh ibunya sendiri.

Begitupula dengan semuanya yang mendengar, sama sekali tidak menyangka jika salah satu dari anggota keluarga mereka bisa memiliki sifat sekejam amber.

"Silakan tanya padanya. Siapa yang melukai jansen dengan senjata api."

Marcell melotot, jantungnya berdebar debar, tidak tau apa yang harus ia lakukan di detik berikutnya ketika neneknya bertanya. Ia melirik amber yang hanya menatapnya dengan wajah datar.

Ia menggigit bibir bawahnya sampai berdarah karena rasa gugup dan takut yang ada dibenaknya.

"Marcell?" Lawrence membuyarkan lamunannya.

Marcell langsung berbalik dan berlutut dihadapan Lawrence saat itu juga, bersumpah dan meminta maaf berkali kali mengungkapkan jika dia sama sekali tidak pernah bermaksud melukai sepupunya sendiri.

"Maafkan aku, maafkan aku.. aku tidak pernah berniat melukai nya, aku─aku hanya melakukan apa yang ibuku perintahkan, aku bersumpah, aku tidak pernah bermaksud untuk melakukan itu.." Ia memohon dengan derai air mata.

Lawrence mengusap wajahnya gusar, benar benar tidak pernah menyangka saudarinya sendiri merupakan dalang dibalik semua masalah rumah tangganya.

Delbert menengahinya, membantu putra tunggalnya untuk berdiri. "He's just the boy.. dia hanya anak laki laki berusia lima belas tahun yang belum bisa mengatasi masalah dengan benar.." Katanya.

"Kita selesaikan semua melalui jalur hukum." Keputusan final dari lawrence tanpa menanggapi ucapan saudara iparnya.

Setelah itu, ia segera beranjak meninggalkan ruang keluarga, melirik tajam sebentar ke arah Sophia yang duduk dengan gelisah. "Kamu juga terlibat. Urusanmu belum selesai─Sophia."

**

Srakk!

Bunyi kertas yang dirobek kasar oleh Jansen barusan. Ia menatap lamat lamat wajah lugu Marcell yang ada di foto tersebut. Kini terbelah menjadi dua.

Sembari berpikir, seperti itukah dirinya dimata keluarganya sendiri? tidak berguna. Apa ucapan amber mengandung kebenaran? Jansen tidak berharga.

"Argh! fuck it!" Jansen membuang fotonya ke sembarang arah, kemudian ia berdiri dan berjalan meninggalkan kamarnya.

Pergi meninggalkan rumah diam diam tanpa persetujuan lawrence, toh ayahnya sedang lelah, Jansen tidak mau mengganggu, tidak ingin menambah bebannya lagi.

Tadinya ia ingin pergi ke rumah Alice─namun jansen rasa, ini bukan saat yang tepat untuk berkeluh kesah pada ibunya yang bahkan tidak tau harus menampung keluh kesahnya dimana setelah kehilangan sosok putranya.

Jadi Jansen hanya berjalan tanpa tujuan jelas, ia mengeratkan jaketnya saat angin berhembus meniup beberapa helai rambutnya. Salju masih turun, dan cuacanya masih sangat dingin.

Lampu jalanan yang temaram menyala menerangi gelapnya malam tanpa setitik bintang di langit. Air matanya meleleh ketika melewati tempat tempat yang menjadi saksi bisu masa kecilnya bersama sang kakak.

Kemudian setelah berjalan selama dua puluh menit tanpa berhenti─ia beristirahat di sepanjang jalan menuju jembatan tower brigde. Jembatan incaran para turis saat bertamu di negara Inggris.

Tidak banyak orang disana seperti biasanya, karena cuaca dingin seperti ini sangat tidak cocok untuk berada di luar rumah.

Jansen menatap air sungai yang kini telah membeku. Jika saja airnya tidak membeku, Jansen sangat ingin melomoat ke dalam air, dan mati seperti yang diinginkan oleh Amber.

Ia mendongakkan kepalanya, menatap langit hitam malam yang begitu gelap, seperti hatinya yang terasa hampa karena Darren tak lagi ada.

"Huft.. hidupku berantakan, aku tidak yakin bisa memiliki masa depan secerah mentari.." Jansen berbicara sambil menatap ke arah langit seolah Darren ada disana mendengarkannya.

Ia tersenyum kecut, "Marcell─mengecewakan. Bocah lugu yang tidak becus membidik target. Seharusnya ia membidik jantungku.. seharusnya dia berhasil membunuhku.." monolognya.

Jansen merasa sangat lelah dengan kehidupannya sendiri, hidupnya penuh dengan duri yang tidak pernah mampu ia hindari. Terus terusan terinjak dan membuat kakinya terluka, ketika lukanya belum pulih─ia harus kembali berdiri dan berjalan lagi, terus menerus seperti itu.

Sehingga tiba dimana akhirnya kakinya tidak lagi mampu menopang tubuhnya karena lukanya yang terlalu banyak, Jansen tidak lagi mampu untuk berjalan melewati semuanya sendirian.

"Apa mereka bakal senang, kalau aku pergi untuk bertemu denganmu?

**




















𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞𝐝

Brother, mgicboba
17/4/21
-fyi : clouds dinyanyiin sama pemuda asal Amerika, namanya Zach Sobiech, dia mengidap kanker sejak umur 14 tahun, dan berjuang keras buat gapai mimpinya sebagai musisi.

Kalau mau tau agak banyak, nonton film clouds aja hehe, gabisa jelasin detailnya. :D

Continue Reading

You'll Also Like

346K 15.1K 70
Fire and ice, somehow existing together without destroying each other. More proof that I belonged with him.-Stephanie Meyer.
1.1M 36K 62
๐’๐“๐€๐‘๐†๐ˆ๐‘๐‹ โ”€โ”€โ”€โ”€ โi just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!โž ๐ˆ๐ ๐–๐‡๐ˆ๐‚๐‡ jude bellingham finally manages to shoot...
377K 13.5K 60
๐—œ๐—ก ๐—ช๐—›๐—œ๐—–๐—› noura denoire is the first female f1 driver in ๐——๐—˜๐—–๐—”๐——๐—˜๐—ฆ OR ๐—œ๐—ก ๐—ช๐—›๐—œ๐—–๐—› noura denoire and charle...
11.5K 540 26
1 in #bcci .... 19 Nov 2021 13 in #ict .... 21 Nov 2021 8 in #hidden marriage .... 8 Dec 2021 3 in #ipl ... 19 Jul 2022 3 in #cricketers ... 25 Aug...