Everything For Love

By d_lisnawati

1.5K 165 26

Cinta itu rumit, sulit di mengerti dan di pahami. Ada kalanya manusia terlihat bodoh dengan mencintai orang y... More

Hallo
Chapter 01 - Something invisible
Chapter 02 - Loving is difficult

Chapter 03 - Sadness

202 32 9
By d_lisnawati

'Kalau cinta itu takdir, bolehkah meminta takdir kita sendiri tanpa di  di tentukan alam?'

-EFLove



Seperti ucapannya tadi pagi, malam ini band sekolah akan tampil di sebuah cafe. Mau tak mau Hazela harus datang, ia tak ingin Vanka atau Aura berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.

Ya, meski hatinya masih sakit dan Hazela juga masih belum tahu ia mampu melihat apa yang akan terjadi nanti atau tidak. Tapi Hazela benar-benar tak ingin terpuruk sendirian, tak ingin orang-orang melihat kehancuran hatinya hanya karena cinta. Jadi kini Hazela sudah siap dengan pakaian santainya dan berjalan menyusuri trotoar.

Jarak cafe dan rumahnya sedikit jauh memang, tapi ia juga tak buru-buru. Jadi Hazela memilih berjalan di bawah temaram lampu dan cahaya bulan yang entah kebetulan apa malam itu cukup terang.

Sedang asik berjalan, tiba-tiba terdengar suara motor yang perlahan memelan. Dan tak lama suara panggilan terdengar membuat Hazela menghentikan langkahnya.

"Zel!"

Hazela berbalik, menghela napas saat melihat siapa yang kini menuruni motor dan berjalan mendekat kearahnya.

"Apa?" Tanya Hazela saat orang itu berdiri didepannya.

Kafi, lelaki itu menghela napas. "Zel, soal tadi pagi gue minta maaf." Ucapnya kemudian.

"Lupain," jawab Hazela ringan membuat kafi menatap Hazela tak menyangka.

"Zel-"

"Gue duluan!"

Hazela berbalik dan hendak pergi, hingga tiba-tiba tangannya di tangan membuat Hazela kembali berbalik menatap Kafi.

"Mau ke cafe kan? Bareng gue,"

Hazela menarik tangannya dari genggaman Kafi, membuatnya lepas dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Gak usah, gue bisa sendiri."

Hazela berbalik dan berjalan meninggalkan Kafi, tak menyerah begitu saja. Kafi segera berjalan kearah motornya dan segera mendorong motor itu berjalan mengikuti Hazela dari belakang.

"Gue juga ikut jalan kalo begitu."

Hazela yang mendengar suara Kafi menarik napas dalam-dalam, tak peduli Hazela meneruskan langkahnya.

Merasa terus di ikuti dan kurang nyaman, Hazela menghentikan langkahnya lagi dan berbalik menatap Kafi yang terlihat sudah berkeringat dengan napas yang tersengal.

Hazela berdecak malas, sebenarnya apa yang Kafi mau darinya sih? Lagi pula lelaki itu kan akan tampil, kenapa malah membuang waktu di sini dan malah menyusahkan diri sendiri?

"Kenapa berhenti?"

Hazela menatap galak Kafi, kemudian berjalan mendekati lelaki itu.

"Buruan!"

Kafi menaikan sebelah alisnya, kemudian menatap motornya.

"Buruan, Lo mau tampilkan? Kenapa masih di sini sih!"

Mendengar ucapan Hazela, Kafi buru-buru menaiki motornya.

"Ayo naik!"

Memutar bola napasnya malas, dengan ogah-ogahan Hazela segera menaiki motor Kafi. Menyalakan mesin motor, tapi kotor itu tak kunjung berjalan membuat Hazela mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa belum jalan?"

"Pegangan!"

Berdecak, Hazela kemudian berpegangan pada jaket yang Kafi pegang.

Menggelengkan kepalanya, kafi kemudian menarik tangan Hazela dan membuat kedua tangan itu melingkar pinggangnya. Hazela yang di perlakukan seperti itu hendak menarik tangannya, tapi Kafi menahannya.

"Apa sih-"

"Udah ini mamanya pegangan, yang tadi Lo kayak mau buang kucing. Diem aja, cari aman dari pada jatoh."

"CK yaudah ayo jalan!"

Seulas senyum tipis terlihat di sudut bibir Kafi, yang kemudian segera melajukan motornya menuju cafe.

Diam-diam Hazela menyandarkan kepalanya di pundak Kafi, entah kenapa hari ini ia sangat lelah. Untuk sebenar saja, biar Hazela beristirahat di pundak Kafi sebelum ia melihat kejadian apa lagi yang akan terjadi nanti.

🌺🌺🌺

Anggota band sudah berkumpul di parkiran cafe, sedang berbincang atau berdiskusi ringan untuk penampilan mereka nanti.

Ini bukan kali pertama mereka tampil di cafe, bahkan hampir setiap malam Minggu dan malam-malam ramai lainnya mereka ikut memeriahkan acara. Eksistensi mereka di dunia musik SMA pun sudah di kenal di mana-mana, jadi tak heran jika mereka memiliki banyak fans dari sekolah maupun luar sekolah mereka.

"Empat lagu doang ya kan?"

"Iya, eh mana si Vanka sama si Kafi. Tumben nih mereka datang telat." Tanya salah satu anggota band yang memegang bagian basis, Cio."

Yopi yang di kenal dekat dengan Kafi pun akhirnya menjadi sasaran, di tatap penuh tanya membuat Yopi memasang wajah bingung yang kemudian menggedikkan bahunya tak tahu.

"Demi Alek gue gak tau, gak ngomong apa-apa dia. Bentaran juga datang," jawabannya yang berbarengan dengan suara mobil memasuki parkiran terdengar.

Mobil berhenti terparkir di parkiran khusus mobil, dan tak lama dua orang keluar dari dalam mobil.

Siulan terdengar riuh dari anggota band, membuat kedua orang yang baru saja turun dari mobil itu tersenyum malu-malu.

"Berisik woy!" Tegur Vanka yang berjalan mendekat bersama Aura yang malam itu juga ikut datang.

"Ah, yang gak jomblo mah begitu. Manggung aja di temenin kan," celetuk Cio yang di angguki Yopi dan Reka si Keyboardis handak band.

"Hahaha, makannya cari pacar sana. Jangan pada jomblo terus!"

Ketiganya mendengus saat mendengar jawaban Vanka, hingga sebuah motor memasuki parkiran membuat orang-orang yang berada di sana kebingungan.

Bukan apa-apa, yang datang menang anggota bandnya. Tapi ada seorang lain yang duduk di jok belakang dengan memeluk pinggang Kafi.

Yopi, Cio dan Reka saling melempar tatapan. Terlihat aneh saat Kafi, anggota paling dingin dan jarang terlihat bersama perempuan bisa datang membawa gandengan.

Dan lebih mengejutkan lagi, saat keduanya sudah berdiri di hadapan ketiganya. Perempuan itu tida lain dan tidak bukan alasan Hazela teman Aura, wow bagaimana bisa. Bahkan mereka tidak terlihat dekat.

Aura yang melihat Hazela datang pun memasang wajah sedihnya, terlihat Hazela menghindari tatapan mata dengannya. Dan memang benar, Hazela sendiri malah asik menatap bangunan cafe yang terlihat keren dengan cat berwarna hangat dan terlihat begitu aestetic. Oke jika saja moodnya bagus, mungkin ia akan segera menarik Aura untuk berfoto-foto. Tapi-

"Wih, sejak kapan nih kalian-"

"Ayo masuk!"

Belum juga Cio menyelesaikan ucapannya, Kafi segera menyela dan bergegas menarik Hazela memasuki cafe.

"Kafi sejak kapan Deket sama si Hazela, yang?" Tanya Vanka yang di gubris oleh Aura yang kini memilih berjalan masuk mengikuti yang lainnya.

🌺🌺🌺

"SUPERNOVA BAND..."

Lima anggota band Supernova satu persatu menaiki panggung, kelimanya segera mengambil alih alat musik sesuai formasi masing-masing.

Dan tak lama, Kafi memukul drumnya dan musik pun mulai terdengar meriah di sambung suara Vanka yang memang tak main-main.

Para pengunjung yang mulai ramai pun mulai terlarut dalam suasana musik dan nyanyian yang di tampilkan Supernova band, belum lagi mereka-mereka yang dengan jelas terang-terangan mengagumi visual dari semua anggota.

Tak terkecuali Hazela yang duduk di salah satu meja dengan tatapan yang tak lepas dari seseorang yang tengah bernyanyi sambil menampilkan senyuman menawannya.

Berulang kali Hazela mencoba untuk tidak menatap kearah Vanka, tapi entah kenapa matanya selalu tertuju kearah sana.

Aura yang duduk di samping Hazela pun menyadari itu, ia tak bisa marah saat Hazela menatap lelaki yang kini menjadi kekasihnya itu karena Aura tahu bagaimana perasaan Hazela. Tapi mau di kata apa, kalaupun ia merelakan Vanka pada Hazela. Belum tentu Vanka akan mudah menerima Hazela dan tak menyakitinya bukan?

"Zel."

Hazela terkesiap, merutuki kebodohannya yang malang terang-terangan menatap Vanka di depan pacarnya. Sialan memang matanya ini.

"Zel, gue sama Vanka-"

"Long last, ya."

"Zel, gue tahu perasaan Lo. Gue minta maaf, demi Tuhan gue gak tahu kalo Vanka suka sama gue."

Hazela hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tatapan kearah lain, enggan menatap kearah Aura.

"Gue emang pernah suka sama dia, tapi setelah itu gue sadar gue sama dia cuma temenan. Makannya gue dukung Lo sama dia, tapi-"

"Gue udah denger semuanya kemarin, jadi gak usah di jelasin lagi."

"Lo benci sama gue?"

"Enggak," Hazela kemudian memberanikan dirinya menatap Aura.

"Gue gak benci sama Lo, tapi setelah apa yang terjadi. Gue rasa gue perlu waktu buat menerima semua ini," lanjutnya.

Aura terdiam, ini juga salahnya. Tapi demi apapun ia tak bermaksud menyakiti perasaan temannya ini.

"Zel-"

"Jaga Vanka, Lo tahu seberapa cintanya gue sama dia. Kalo gue gak bisa ada di samping dia, Lo yang harus bisa selalu ada buat dia."

Setelahnya, Hazela menyibukkan dirinya dengan ponselnya. Membuat Aura hanya bisa diam tak menjawab lagi, dan terlihat sekali jika Hazela sudah tak ingin mendengarkan apapun lagi.

Tak terasa penampilan band sudah selesai, para anggota menuruni tangga dan berjalan kearah meja yang di tempati Hazela dan Aura karena memang tempat itu tempat khusus mereka.

Dan entah di sengaja atau memang akan menjadi kebiasaan, Vanka yang baru saja sampai segera merangkul Aura yang tengah duduk di kursinya dan mengecup puncuk kepala perempuan itu. Membuat Yopi, Cio dan Reka bersorak.

Sedang Hazela segera membuang tatapnya kearah lain, entah kenapa ada rasa nyeri di dadanya. Demi apapun ia tak suka keadaan ini.

"Lama ya? Maaf ya sayang." Ucap Vanka yang jelas di denger oleh telinga Hazela.

Dadanya sesak, matanya buram. Tidak! Hazela tidak boleh menangis di sini!

"Enggak papa kok," jawab Aura yang membuat Vanka tersenyum.

"Pesen lagi makanannya ya, jangan diet-diet. Pacar aku udah cantik begini, jangan sampe sakit cuma karena diet!"

Pacar? Ya, pada kenyataannya memang begitu bukan? Rasanya ulu hatinya ngilu mendengar kata itu, seperti menampar Hazela agar tersadar dan kembali pada kenyataannya jika cintanya kali ini kembali gagal.

"Gue a-angkat telpon dulu sebentar ya," tak menunggu jawaban apapun. Hazela bergegas pergi meninggalkan meja, tanpa di sadari sepasang mata tengah menatapnya.

🌺🌺🌺

Kafi tak tenang di tempatnya, pandangannya menatap kesana kemari. Mencari satu sosok yang pergi dari meja dan tak kunjung kembali, suasana ramai dengan candaan yang di buat Cio dan Yopi pun terasa garing. Hingga matanya menangkap sosok yang ia cari tengah duduk di meja paling pojok sendirian.

Mengikuti arah tatapannya, Kafi mendengus saat melihat Vanka dan Aura tengah berbagi suapan satu sama lain. Sebagai pasangan di mabuk cinta, hal ini sudah biasa. Tapi Kafi yakin ini benar-benar melukai hati Hazela.

Beranjak dari duduknya, yang bahkan tak di sadari semua orang yang berada di meja yang sama. Kafi berjalan kearah di mana Hazela berada, dan sesampainya di sana Kafi melihat mata Hazela sudah di banjiri air mata.

Tatapannya kosong, mengarah pada dua sejoli itu. Dan yang membuat geram adalah, Hazela tetap menatapnya meski itu melukai hatinya sendiri.

Berjalan mendekat, Kafi segera menutupi kedua mata Hazela dengan satu tangannya dan membawa tatapan Hazela berpaling kearahnya.

Di lepaskan tangannya dari mata Hazela, terlihat mata Hazela memerah dan basah. Juga terlihat keterkejutan di sana, tapi perasaan sedihlah yang menguasai tatapan itu.

"Udah tahu sakit masih di lihat? Jangan bodoh Zel!"

Tak menjawab, air mata Hazela malah semakin deras.

"Denger! Mulai saat ini, jangan lihat mereka. Lo berhak bahagia dan cukup lihat gue sebagai pengalihannya oke!"

Bukan seperti meminta persetujuan, ucapan Kafi malah terkesan mutlak.

"Semua orang pernah merasakan hal yang sama Zel, menyukai orang yang gak menyukai kita. tapi bukan berarti Lo harus nyerah!"

"Mungkin takdir udah di tentuin alam, tapi Lo bisa merubah kesedihan Mejadi kebahagiaan dengan cara Lo bangun kebahagiaan Lo sendiri."

"Hiks."

Menghela napas, Kafi segera menarik Hazela dalam pelukannya.

"Mulai sekarang, cukup lihat gue. Lo berhak bahagia,"

__________________________________________

🙄

Continue Reading

You'll Also Like

1M 16K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
296K 13.5K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...