TRAUMA

By chikichica

39.3K 5.9K 777

Wonwoo adalah seorang dokter yang digandrungi oleh banyak wanita disekelilingnya, dan Sana adalah seorang gur... More

1. Prolog
2. Penasaran
5. Teman SMA
3. Menghindar
6. Rahasia
4. Mencair
7. Masa Lalu
8. Penyambutan
9. Pengakuan
10. Tawaran
11. Peduli
12. Ajakan
13. Menyelesaikan
14. Ragu
15. Tante
16. Obrolan Malam
17. Hutang
18. Jembatan
19. Berjuang
20. Istimewa
21. Daehan
22. Ayah
23. Spesial
24. First Kiss
25. Tantangan Hidup.
26. Deeptalk
27. Dekapan
28. Kesibukan
29. Jarak
30. Gimana?
31. Teman
32. Curiga
33. Si Lelet
34. Menjaga
35. Rencana
36. Pameran
38. Yes
39. Jeon Sana
40. Epilog

37. Sebentar Lagi

833 125 16
By chikichica

"Jadi, aku harus cemong begini setiap hari supaya kamu muji aku terus ya?"
gumam Wonwoo dengan anggukan kepala kecil yang membuat Sana tertawa dan menggeleng, bahkan ia refleks mendorong bahu Wonwoo pelan, membuat pria itu sedikit terdorong kesamping dan ikut tertawa. 

"San..." panggil Wonwoo

"Hm?"

"Sabtu ada acara gak?"

"Gak ada, kenapa memang?"

"Ikut reuni SMA yuk?"

Refleks Sana terdiam dan menatap lurus memandangi keseruan Daehan dan teman-temannya didepan sana, ia tak menoleh sedikitpun kepada Wonwoo yang tengah menunggu jawabannya saat ini, "Ada aku, kita datang berdua, kalau kamu mau ajak Mina juga gak apa-apa" kata Wonwoo mencoba membuat Sana lebih tenang lagi. 

"Tapi Won, kamu tahu kan kalau aku gak mau ketemu semua temen-temen SMA lagi, apalagi temen-temen kamu dulu"

"Iya Sana, aku tahu... tapi kan kali ini ada aku? Aku yakin kamu bisa hadapi mereka semua, karena Sana yang aku kenal itu cewek tangguh yang selalu membuktikan ke semua orang kalau dia kuat, dia bisa, dia--"

"Stop, kamu bikin aku malu aja deh!" Sana mengerucutkan bibirnya seraya mengangkat satu tangannya untuk mendorong bahu Wonwoo lagi. Namun kali ini Wonwoo tak membiarkannya melakukan itu terhadap dirinya, pria itu nampak menarik tangan Sana dan membawa gadis itu kedalam pelukannya. 

"Mau denger yang lebih bikin malu lagi gak?" bisik Wonwoo ditelinga Sana.

"Ish! bisa diem gak sih!" dumel gadis itu seraya berusaha membekap mulut Wonwoo, namun pria itu terus menggerakkan wajahnya, mengelak dari bekapan tangan Sana. 

Benar-benar definisi dunia milik berdua, sampai-sampai tidak sadar kalau Daehan melihat semua itu dari kerumunan didepan sana. Sebuah tatapan penuh tanda tanya seketika berubah menjadi sebuah senyuman tipis sebelum akhirnya ia kembali bersenang-senang bersama teman-temannya, mengabaikan kedua kakaknya yang sedang dimabuk asmara itu. 

***

Berbeda dengan Wonwoo yang memiliki waktu luang disela-sela kesibukan akhirnya sebagai pebisnis. Mingyu malah baru bisa pulang kerumah siang hari ini setelah hampir satu minggu mengendap diruangan yang katanya steril atau higenis tersebut. Padahal yang namanya rumah sakit, justru kuman berkumpul disana semua. 

Pria itu menghela nafasnya sembari melepas maskernya dan kembali fokus menyetir melewati sebuah supermarket dekat rumah Sana. Iseng-iseng ia menoleh ke arah rumah gadis tersebut, namun dahinya berkerut ketika melihat seorang gadis cantik tengah berdiri didepan rumah Sana. 

"Siapa tuh?" gumamnya pelan. Sekalipun dari jauh, ia tahu jika wanita itu bukanlah temannya.

Berhubung jalanan juga sedikit padat, Mingyu memilih untuk menepikan kendaraanya dipinggir jalan bersama beberapa kendaraan lain, dan iseng masuk kedalam supermarket dipinggir jalan untuk membeli beberapa minuman isotonik yang mungkin mampu membuatnya sedikit merasa segar hari ini. Tak main-main, ia tak hanya membeli satu melainkan tiga botol sekaligus. 

Seolah tempat penyimpanan cairan didalam tubuhnya sebesar toren dirumahnya. 

Selepas itu, ia langsung berjalan menuju rumah Sana. Tak ada harapan khusus, hanya iseng mengunjungi tetangga, hitung-hitung menghilangkan penat setelah bergumul dengan segala permasalahan penyakit pasien dirumah sakit. 

"Halo" sapa Mingyu tanpa pikir panjang kepada seorang gadis yang berdiri membelakanginya menghadap ke arah pagar rumah Sana yang tertutup rapat. Bahkan jika melihat lampu rumah yang menyala, seharusnya wanita itu tahu jika tidak ada orang dirumah ini. 

Gadis itu akhirnya menoleh kebelakang dan sedikit terbelak ketika mendapati sosok dokter dengan jas dokternya yang masih dikenakan sebagai luaran oleh pria tersebut. Seumur hidup, ini adalah pertama kalinya ia melihat seorang dokter mengenakan jas dokter dilingkungan luar selain dirumah sakit. Tapi... apakah manusia dihadapannya ini benar-benar dokter?

Atau malah dokter gadungan?

"Halo" jawabnya seadanya. 

"Oh ya, perkenalkan aku Mingyu, temannya Sana si pemilik rumah ini. Kamu?" Mingyu mengulurkan tangannya kepada gadis berbaju merah muda dengan motif garis-garis horizontal tersebut, "Rumah aku didekat sini, jadi... tahu kan relasi pertemanannya kayak gimana?"

"Oh, iya iya" jawab gadis itu seraya menyambut uluran tangan Mingyu, "Aku Mina, teman SMA-nya Sana" 

"SMA? Wuah... kenal Jeon Wonwoo dong?"

"I-iya... kamu kenal sama Wonwoo juga?"

"Dia temen deket aku, kita bahkan kerja dirumah sakit yang sama... Park Jungsoo Hospital" Mingyu menunjuk logo rumah sakit yang ada pada jas dokternya, membuat Mina sedikit tertawa dan mengangguk kecil, "Wuah, ternyata lingkup pertemanan kita lumayan dekat ya" ujarnya yang Mingyu jawab dengan senyuman serta anggukan kepala kecil. 

"Hm... seharusnya Sana lagi gak ada dirumah deh sekarang, seharusnya dia lagi sama Wonwoo sekarang, jadi gimana? Kamu mau aku antar ke tempat mereka berdua, atau..." Mingyu melirik kesamping seperti tengah berfikir mengenai cara seperti apa yang harus ia lakukan untuk memperlakukan wanita dihadapannya saat ini, "Gimana kalau kita ke apartemennya Wonwoo? Karena mereka pasti disana. Tenang, gak perlu takut... lagi pula kamu tahu Wonwoo kan?" tanya Mingyu yang Mina jawab denga anggukan kepala pelan. 

"B-boleh" jawabnya. 

****

"Tadi Daehan nanya ke aku, kita ini pacaran atau engga sih? Terus tanya balik, kalau misalnya aku nikah sama kamu, dia bakal seneng gak? Terus dia bilang dia bakalan senang kalau aku nikahnya sama kamu" 

Wonwoo terus berceloteh ria sembari menyeka noda pada pipi Sana--bekas color fun tadi--sementara Sana sendiri tengah mengeringkan rambut Wonwoo dengan handuk kecil ditangannya. Gadis itu tak banyak bicara, ia hanya mendengar apa kata-kata Wonwoo dengan seksama. 

"San..." panggil Wonwoo

"Hm?"

"Jawab dong..."

Sana tersenyum dan mengacak-acak rambut pria dihadapannya ini sekilas sembari memberikan kacamata Wonwoo kepada pemiliknya itu lagi, "Baguslah kalau gitu. Sebenarnya Daehan juga pernah nanya hal yang sama ke aku, tapi aku bilang dia masih kecil dan belum boleh tahu soal begituan" jawab Sana sembari menyandarkan tubuhnya pada sofa di apartemen Wonwoo. 

"Ya bener juga sih, tapi gimana pun juga kita bakalan nikah kan?" tanya Wonwoo seraya meraih jemari tangan Sana, membuat gadis itu menoleh kepadanya yang tengah melemparkan tatapan penuh harap akan hubungan mereka. Sana pun tersenyum dan mengangguk kecil, walaupun terlihat samar, tapi Wonwoo sudah senang melihatnya. 

Ting Tong!

Suara bel apartemen itu rasanya hendak dikutuk oleh Wonwoo karena sudah mengganggu moment romantis antara dirinya dengan Sana. Bukan, dia bukan akan mengutuk bel tersebut, tetapi seseorang yang menekan bel apartemennya itu lebih tepatnya. 

Wonwoo membuka pintu apartemennya dan menghela nafas panjang begitu melihat dua orang yang berdiri dihadapannya saat ini. Mingyu dan Mina, dua orang yang sudah tak perlu diherankan lagi keberadaanya dalam mengusik kenyamanan hubungan seseorang. Mereka sendiri-sendiri saja sudah menganggu, apalagi berdua?

Tapi mau bagaimanapun juga, mereka adalah saksi bisu hubungan Sana dan Wonwoo kan? Jadi Wonwoo tidak boleh protes. Apalagi keduanya juga tidak bisu beneran, bisa-bisa kalau Wonwoo protes... dua manusia itu akan membalasnya. 

"Kita bawa ini!" Mina mengangkat dua kantong ditangannya dengan senyuman manis yang Wonwoo balas dengan helaan nafas panjang untuk kedua kalinya. Pria berkacamata dengan rambut semi basahnya itu nampak mundur kesamping untuk membiarkan dua tamunya masuk kedalam apartemennya, dan tanpa basa-basi Mina langsung melesat masuk untuk menghampiri Sana yang tak kalah senang akan kedatangan sahabatnya. 

Sementara Mingyu?

"Apa lo liat-liat?" sewot Wonwoo ketika sadar jika Mingyu masih memperhatikannya dengan mata yang disipitkan, bahkan pria itu tersenyum miring kepadanya sembari menunjuk-nunjuk rambutnya sendiri sebelum akhrinya ia menoleh kepada Sana, "Rambut kalian sama-sama basah, biasanya sih habis--" tebak Mingyu dengan senyuman mesumnya itu. 

"Rese lo!" potong Wonwoo langsung sebelum Mingyu melanjutkan kalimatnya dan Sana mendengar percakapan antara dua pria bujang didekat pintu ini. 

"Habis color fun disekolahnya Daehan kan? Terus kena cat dan keramas, iya kan?" tanya Mingyu dengan mode lurusnya yang sudah kembali lagi. 

"I-iya..." jawab Wonwoo canggung karena pipinya sudah terlanjur bersemu merah terlebih dahulu. 

"Tapi mandinya sendiri-sendiri kan?"

"Ya iyalah bodoh!" Wonwoo mengangkat satu kakinya untuk menendang bokong Mingyu menggunakan lututnya sementara satu tangannya difungsikan untuk menutup pintu apartemennya kembali. 

"Lo bisa dateng sama Mina, gimana ketemuannya dah?" tanya Wonwoo seraya mereka berjalan menuju ruang tengah, sementara para gadis sudah berada di dapur untuk menyiapkan camilan dan makan malam untuk mereka berdua. 

"Kepo ya?" ledek Mingyu yang langsung ditimpuk bantal sofa oleh si pemilik apartemen. 

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Oh, jadi gitu ceritanya..."

Sana mengangguk ketika mendenagr penuturan dari Mina mengenai cerita bagaimana dirinya dan Mingyu bisa berakhir di apartemen Wonwoo. Seperti dipertemukan takdir, kira-kira begitulan yang bisa Sana tangkap dari cerita sahabatnya itu. 

"Dia ganteng, asik, dan sopan juga. Terus, kenapa lo gak pernah ngenalin tetangga lo itu ke gua?" tanya Mina sembari menunggu makanan yang tengah ia panaskan di microwave matang sempurna. 

"Kenapa juga gua harus ngenalin lo sama dia? Lagipula gua gak sedekat itu sama dia, baru-baru dekat itu pas ketemu sama Wonwoo lagi. Oh ya, dulu juga dia punya pacar"

"Sekarang?"

"Udah putus"

"Wah, rejeki gua berarti"

Sana nampak mencibir dan Mina hanya terkekeh pelan sembari memperhatikan gerak-gerik sahabatnya yang sudah cukup lihai dalam masak-memasak. Seraya Sana melakukan itu semua, Mina sempat menoleh kepada Wonwoo yang tengah berbincang-bincang dengan Mingyu sembari sesekali melirik ke arah dapur, lebih tepatnya kepada Sana. 

Masa iya melirik Mina?

"Btw San, lo sama Wonwoo emangnya udah ada rencana menikah?" tanya Mina yang masih melirik kearah Wonwoo dan kembali menatap sahabatnya itu yang sekarang tengah mengikat rambut panjangnya menjadi kuncir ekor kuda, membuat kecantikannya semakin bertambah kalau sedang begini. 

"Belum, kenapa memang?"

"Masa katanya Mingyu, Wonwoo mau ngelamar lo"

"Kapan Mingyu bilang begitu?"

"Tadi, di mobil"

"Terus lo bilang apa?"

"Gua bilang kalau gua gak percaya, soalnya lo belum pernah cerita apa-apa ke gua soal rencana pernikahan kalian. Makanya sekarang gua nanya, lo beneran mau nikah sama Wonwoo?" tanya Mina serius yang masih belum berbuah jawaban dari gadis dihadapannya ini. 

Sana tak kunjung menjawab, sebab ia juga tak tahu kalau Wonwoo ada rencana seperti itu. Bisa jadi, Mingyu berkata serius namun Mina menganggapnya sebagai guyonan belaka, apalagi hubungan pertemanan pria jangkung satu itu dengan kekasihnya itu juga sudah sangat dekat bukan?

"Gua gak tahu deh Min, tapi..." 

"Tapi apa?"

Sana melepas semua peralatan masak ditangannya dengan meletakannya diatas meja untuk bicara dengan serius juga kepada Mina, "Tapi Wonwoo pernah nanya kapan gua mau menikah, dia juga udah nemuin nyokap gua untuk kenalan gitu. Hm, apa jangan-jangan..."

"Astaga!" Mina menutup mulutnya dengan kedua tangannya sebelum satu tangannya beralih fungsi untuk memukul-mukul pahanya pelan, "Fix, fix banget kalau Wonwoo mau ngelamar lo sebentar lagi! Tapi... tapi lo harus pura-pura gak tahu San. Kalau misalnya nanti dia nyatain perasaannya sama lo, wah gila... lo harus latihan pura-pura kaget gitu didepan kaca mulai besok!" Mina nampak antusias melebihi Sana yang akan dilamar oleh Wonwoo. 

"Aduh, tahu gini kan gua gak usah ngomong sama lo!" Sesalnya lagi.

"Ah, itu kan masih khayalan kita doang" jawab Sana yang seolah tak mau melambung lebih jauh lagi daripada ini. 

"Kira-kira dia bakal ngelamar lo dimana ya San? Dirumah sakit kah? Di TK kah? Kayaknya sih bakal di tempat-tempat yang romantis... soalnya dia tuh pikirannya out of the box, suka bikin gua gak nyangka kalau dia bisa ngelakuin a, b, c, d sampai z, lo setuju kan sama gua?" tanya Mina sampai mengacungkan tangannya kepada Sana. 

Acungan tangan itupun dibalah dengan senyuman gadis berkuncir ekor kuda tersebut, Sana mengangguk dengan mata terpejam sebelum menjawab perkataan penuh antusiasme dari Mina saat ini, "He'em, benar juga" jawab Sana langsung. 

.
.
.
.
.
.
.
.

Sementara para wanita berbicara di dapur, Mingyu malah terlihat terus-terusan mendorong bahu Wonwoo agar melakukan apa yang ia mau. Tak hanya bahu, kadang juga melipir ke kaki Wonwoo yang ia dorong-dorong dan membuat Wonwoo gerah sendiri jadinya. 

"Bisa diem gak sih!" bisik Wonwoo kesal. 

"Won, tanyain dong sama istri lo..." melas Mingyu kepada sahabat satu profesinya itu. 

"Tanyain apa? Gua kan udah bilang kalau Mina itu gak punya pacar, kenapa sih lo batu banget sampai gua harus nanya ke Sana?"

"Gua gak percaya sama lo, makanya gua suruh lo nanya ke Sana!" ujar Mingyu lagi. 

Wonwoo nampak menoleh ke arah dapur, melihat betapa cantiknya Sana melakukan pekerjaan dapur saat ini. Namun ia buru-buru menatap kedepan dan mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum akhirnya menoyor kepala pria disampingnya ini dengan wajah datar, "Gak usah lo mimpi buat dapetin Mina, gak bakal bisa."

"Kenapa?"

"Dia beda banget sama Tzuyu ataupun mantan-mantan lo yang lainnya, dia galak Gyu... bisa tekanan batin lo ngehadepin dia setiap hari" 

"Ya gak apa-apa, cewek galak itu seksi tahu"

"Cih! Dengerin cerita gua tentang Sana aja lo bisa gak nafas, gimana ngehadepin Mina langsung?"

Mingyu nampak mencibir perkataan Wonwoo barusan dan kembali meluruskan tubuhnya kedepan untuk melihat kelanjutan tayangan televisi yang tadi sempat mereka saksikan. Niatnya menonton televisi untuk lepas dari segala pertanyaan demi pertanyaan yang memutar dipikirannya tentang gadis yang baru saja tiba bersamanya di apartemen ini. 

Tapi mungkin Wonwoo ada benarnya juga, ia tak boleh terlalu penasaran dan terburu-buru. Kalau menurut buku pdkt yang pernah ia baca, cewek galak atau cuek seperti Mina harus didekati sebagai teman dulu, baru nanti gimana-gimananya tergantung takdir yang menentukan nasib mereka. 

Harap Mingyu sih semoga ia bisa menyusul Wonwoo secepat mungkin. 

***

Setelah satu minggu lebih Joy tidak mampir ke perusahaan Wonwoo untuk melakukan beberapa tugas--ia menyuruh orang kepercayaanya untuk melakukan itu--yang sudah menjadi tanggungjawabnya, akhirnya gadis itu kembali memiliki kemampuan untuk mendatangi gedung tersebut dengan rasa percaya dirinya yang tak pernah hilang sedikitpun. 

Ia sudah menyelesaikan semua tugasnya sejak beberapa jam yang lalu, dan saat ini dirinya tengah berjalan melewati sebuah ruangan dengan pintu yang coraknya menonjol diantara pintu-pintu ruangan yang lain. Semua orang yang datang ke lantai ini pasti tahu bahwa ruangan didalam sana adalah ruangan orang penting. 

Jujur, awalnya Joy ingin mengabaikan itu semua. Ia sempat memalingkan wajahnya kesamping dan berjalan menuju lift. Namun raga dan jiwanya seolah-olah terpanggil oleh pintu tersebut yang memintanya untuk membuka pintu lalu masuk kedalam ruangan itu, bertemu dengan sosok yang berada didalamnya, dan... sudah. 

Joy benci perasaan ini, dan ia lebih benci akan dirinya yang tak bisa melawan perasaanya, sehingga iapun langsung berbalik badan untuk masuk kedalam ruangan itu tanpa mengetuknya sedikitpun. 

Pintu terbuka, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah punggung Wonwoo nan tengah membelakanginya sembari bertelepon ria dengan seseorang. Wonwoo terlalu asik dengan seseorang yang sedang bercengkrama dengannya, sampai-sampai tidak sadar bahwa bayangan Joy sudah berada di kaca jendela ruangannya ini.

Padahal, Joy sendiri bisa melihat bayangan dirinya serta raut wajah Wonwoo dengan jelas saat ini dari pantulan kaca didepan sana. Tapi, kenapa Wonwoo tidak?

"Oh, oke... salam buat mama, jangan lupa bilangin ke papa untuk sering-sering berjemur biar cepat pulih" kata Wonwoo sebelum akhirnya ia terkekeh dan mengangguk kecil. Tentu, Joy masih melihat semuanya itu dengan jelas, masih mencoba berfikir positif juga jika Wonwoo mungkin sedang bicara dengan tantenya atau adiknya.

"He'em, i love you"

DEG!

Gadis itu buru-buru memejamkan matanya ketika merasakan sebuah hantaman dalam dirinya, dampak dari ucapan penuh kasih sayang pria dihadapannya barusan. Kali ini dia tidak bisa berfikir jernih lagi, Wonwoo-nya yang dulu selalu ia perjuangkan kini sudah tidak bisa ia miliki lagi, bahkan harapan untuk bisa kembali seperti dulu saja tidak ada lagi. 

Wonwoo sudah punya orang lain sekarang. Itu fakta yang menyakitkan, dan sayangnya fakta itu pasti nyata. 

Tak mau lebih sakit lagi, gadis itupun langsung berbalik badan hendak meninggalkan ruangan ini, namun begitu ia baru saja membuka pintu, tiba-tiba suara deheman kencang menghentikan langkahnya. 

Tidak mungkin Wonwoo memberi kode padanya ya kan? Mungkin pria itu sedang berdehem sembari mengecek pesan-pesan cinta dari pacarnya saat ini. Tapi, untuk apa ia berdehem sekuat itu kalau bukan untuk menyindir kedatangan Joy? Alhasil Joy menolehkan sedikit wajahnya kesamping dan benar saja, ekor matanya bisa menangkap sosok Wonwoo nan tengah menatapnya saat ini. 

Sudah seperti pengintip yang tertangkap basah, Joy tersenyum kikuk saat menatap wajah datar Wonwoo yang tertuju lurus kepadanya, jangan lupakan sorot mata tajam tanpa makna dari pria itu. "Tumben lo kesini?" tanya Wonwoo seraya menggerakkan dagunya kearah sofa ditengah ruangan, memberi kode supaya Joy duduk disana sementara Wonwoo akan membuatkan teh untuk tamunya itu. 

"Ada urusan" jawab Joy singkat, "Gak usah repot-repot, gua mau nyapa doang tadi. Tapi karena lo lagi teleponan, jadinya gua mau pergi karena gak mau ganggu. Eh, ternyata ketahuan" Joy terkekeh pelan ketika Wonwoo juga sudah meletakkan secangkir teh diatas meja ditengah-tengah mereka saat ini, sebelum akhirnya ia duduk diatas sofa yang berhadap-hadapan dengan gadis dihadapannya ini. 

"Tapi gua mau berterimakasih sama lo, soalnya ide lo berguna banget buat perusahaan. Walaupun belum terlalu terlihat dampaknya, tapi gua berterimakasih banyak karena lo mau menemani gua dimasa-masa sulit kemarin" 

"Gak perlu berterimakasih Won, itu cuman ide standar yang anak magang juga tahu. Sebenernya yang hebat itu lo, karena lo yang mikirin idenya, dan pastinya anggota tim lo juga sih"

Wonwoo tersenyum dan menggeleng kecil, "Gua beruntung menjadi salah satu bagian dari teman lo, makasih." tutup Wonwoo yang masih bersikeras hendak mengucapkan satu kata penuh makna itu kepada temannya yang satu ini. 

"Oke oke gua terima ucapan makasih lo. Oh ya, kabar om Jeon gimana? Kemarin katanya udah ngopi-ngopi sama bokap gua?" tanya Joy mengalihkan percakapan. 

"Ya begitulah, udah bisa jalan... cuman gak bisa jauh-jauh dan lama. Makasih udah nanyain kabar bokap gua, titip salam juga sama om Park... gila gua udah sebulan lebih gak ketemu dia, padahal dulu setiap minggu pasti ketemu" 

Joy tertawa, "Makanya balik lagi ke rumah sakit... jangan bilang lo udah betah disini?"

"Ck! Ya enggak lah! Dua minggu lagi mungkin gua balik, tapi pasti masih sedikit-sedikit bantuin bokap karena bokap udah gak bisa se-produktif dulu ya kan?"

"Sampai kapan kira-kira lo hidup kayak gitu?"

"Sampai bokap gua pulih seperti semula. Tapi kalau misalnya gak bisa kayak gitu, ya mau gak mau nunggu sampai Daehan bisa gantiin gua" 

"Wuaw, bisa nunggu sampe lo punya anak ya Won?"

Wonwoo terkekeh dan Joy juga. Namun senyuman diwajah Joy seketika memudar begitu menyadari apa yang ia katakan barusan. Anak? Kenapa rasanya semakin sesak jika membayangkan Wonwoo punya anak dengan wanita lain? Astaga, bahas-bahas soal anak di usia segini itu memang sangat sensitif. 

Dan apabila nanti itu semua terjadi, apalah Joy sanggup? Itu pertanyaanya. 

"Joy" panggil Wonwoo tiba-tiba. 

"iya?" jawab Joy dengan sigap.

"Gua mau menikah sebentar lagi"

***

Semangat terus mba Joy🙏

Pertemuan Wonwoo-Joy disini jadi kemunculan terakhir Joy di cerita ini. Jadi kalau kalian nyariin  Joy, bacanya sampai disini aja yaa hehehehe.

((Ehh sama part selanjutnya dehh, buat kelanjutan adegan yg ini wkwkwk))

Jangan lupa vomments ya gaiss...
x.o.x.o

Continue Reading

You'll Also Like

255K 17.9K 38
Sebelum meresmikan hubungan pacaran, sepasang anak manusia sudah mengetahui perasaan satu sama lain. Saling mencintai, saling menyayangi, saling meng...
46.3K 6.4K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
Quotes. By BAE

ChickLit

9.1K 279 60
HOLAAAAAA!! Untuk yg lg mencintai secara diam diam,bisa dibaca nih quotes dr aku hehe. Semoga memotivasi,atau minimal bisa buat doi peka yawwww ekeke...
19K 2.5K 72
NOTE❗❗ Biasakan untuk saling menghargai setiap shipper yang saya bawa di cerita ini!. Gak perlu ribut, gak perlu ada WAR!. Jangan meminta seseorang...