Aku kembali setelah semedi panjang di kamar dan ngobrak abrik otakku yang kosong
________
Desa Mayat Hidup, Endless Abyss
Kelompok Kedua
Mereka berpencar untuk mencari petunjuk, Renjun dan Kun menjelajahi sisi Utara sementara Lucas dan Jisung menjelajahi sisi selatan. Mark? Dia menjelajahi dua sisi lainnya sendirian.
Dan yang membuat mereka takjub adalah, kecepatan Mark dalam mencari petunjuk sangat cepat. Dalam waktu satu jam, dia sudah mendapat beberapa petunjuk dengan kesaksian penduduk desa itu.
"Ketika seorang polisi terjun ke dalam game misteri, maka semuanya akan menjadi mudah..." Celetuk Lucas saat ia melihat pemuda itu tengah berbicara dengan salah satu penduduk yang lewat.
Jisung hanya mendengus, tapi dalam hati ia setuju dengan pendapat Lucas. Mereka berdua saja baru dapat dua petunjuk selama satu jam ini, dan kesaksian penduduk desa juga sangat sedikit.
Pasalnya, mereka tak pernah melakukan hal seperti ini. Sehari-hari, mereka hanya duduk didepan komputer dan bermain dengan gadget dan AI untuk gaming. Saat keluar rumah pun, mereka jarang berkomunikasi dengan orang lain.
Jadilah kemampuan interpersonal mereka buruk.
Mereka jadi menyesal karena tidak bisa belajar dengan serius dan berkomunikasi dengan orang lain.
Disisi lain, Kun dan Renjun juga tak jauh lebih baik. Baru beberapa bukti yang mereka dapat. Itu pun dengan kemampuan bicara Kun dan ketelitian Renjun.
Keduanya juga tertegun melihat kecepatan Mark, namun tidak seperti Lucas dan Jisung. Mereka memaklumi hal itu karena profesi Mark dalam kehidupan nyata adalah seorang polisi kriminal.
Belum lagi sekarang dia menjadi polisi internasional, tentunya skillnya dalam mencari informasi akan lebih cepat dari mereka yang hanya warga sipil biasa.
Setelah hampir tiga jam berkeliling, mereka berlima kembali berkumpul dibawah pohon kering diujung desa. Beristirahat sambil berbagi informasi yang sudah mereka temukan sebelumnya.
"Bagaimana?" Tanya Mark membuka percakapan, ia mengeluarkan buah yang ia simpan sebelumnya dan memakannya secara perlahan.
"Kebanyakan orang yang ada di desa ini adalah laki-laki tua yang matanya dicungkil, aku menemukan bahwa setiap rumah tangga desa ini adalah petani sebelum 'Raja Iblis' itu mengutuk mereka.". Jelas Kun sambil menekankan kata raja iblis.
"Banyak wanita muda dan anak-anak yang diculik, sementara orang-orang yang memberontak akan dibunuh saat itu juga. Dan ada beberapa yang diubah menjadi batu." Sambung Renjun.
Lucas berdecak kesal, "ini game fantasi tapi kenapa ada plot detektif? Apa pengembang tidak tahu bahwa aku ini bodoh dalam penalaran?!" Rupanya ia kesal karena misi pertama mereka.
Renjun tersenyum mengejek, "kalau begitu, apa yang kau pelajari selama ini di universitas? Ah, jangan-jangan kau tidak belajar apapun?!"
Lucas mendengus, "aku masuk jurusan ekonomi untuk belajar berbisnis, bukan untuk memecahkan kasus!"
"Sudah hentikan!" Lerai Kun, ia lelah karena memiliki teman setim yang berisik luar biasa seperti mereka. Kecuali Mark dan Jisung tentunya.
"Dari luka yang ditinggalkan oleh tulang penduduk desa yang tewas, sepertinya mereka dibakar hidup-hidup. Ada juga yang kepalanya dipenggal, dan menusuk organ vital mereka." Mark menganalisis. Ia memainkan apel yang ada dalam genggamannya. "Aku butuh bantuan Haechan untuk spesifikasi luka mereka."
"Eh? Haechan bisa membedah mayat juga?!" Pekik Lucas yang terkejut dengan perkataan Mark.
"Itu ilmu forensik Hyung, bukan membedah mayat." Jisung mengoreksi.
"Tapi menurutku sama saja. Toh, pekerjaannya sama-sama membedah tubuh orang." Balas pria tinggi kekurangan sel otak itu.
"Terserahlah!" Jisung menyerah pada argumennya, bicara dengan Lucas menghabiskan banyak kesabarannya.
Mark hanya menggeleng pelan, memaklumi ketidak tahuan mereka. Padahal biasanya ia akan mengamuk jika rekan setimnya tidak serius seperti ini. Entahlah, tapi Mark tak keberatan dengan mereka.
"Lalu apa saja yang kalian temukan?" Mark mengembalikan topik utama mereka.
"Aku dan Jisung menemukan beberapa hal disini. Sebuah buku harian usang milik seorang gadis, kalung jimat, juga tulang. Entahlah aku tidak yakin, tapi sepertinya ini tulang." Jawab Lucas, ia lalu mengeluarkan sebuah buku dari ruang penyimpanannya sementara Jisung mengeluarkan sisa benda yang disebutkan.
"Kurasa ini botol air suci, kami menemukannya di rumah seorang janda tua yang sudah mati. Entah apa maksudnya dia memiliki benda ini, isinya juga masih ada setengah." Renjun meletakkan sebuah botol kaca yang tampak cantik didepan Mark dengan hati-hati.
"Kami juga sempat bertanya tadi mengenai harimau iblis, tapi jawaban orang-orang itu tidak terlalu jelas. Mereka hanya bergumam pelan lalu pergi tanpa mengatakan apapun." Tambah Kun, ia tampak menyesal karena hal ini.
"Kami juga, setiap bertanya mengenai hal ini para pria tua itu berubah menjadi ganas. Jisung saja hampir terkena lemparan guci minuman jika aku tidak segera menariknya." sahut Lucas yang diangguki Jisung.
Mark mengangguk paham, "aku tahu tentang harimau iblis itu.."
"Apa?!" Pekik empat lainnya bersamaan, pasalnya petunjuk yang mereka dapatkan tentang itu hanya samar-samar.
Rasanya hati mereka terasa sakit, mereka telah mencarinya begitu lama tapi sia-sia, sementara Mark bisa menemukannya dengan mudah.
"Cepat jelaskan!!" Desak Lucas. Ia sangat penasaran dengan hal itu.
"Harimau iblis adalah tangan kanan dari raja iblis itu sendiri. Mereka memiliki satu pemimpin yang bernama Leonard, siluman harimau terkutuk." Jelas Mark. "Dan yang menarik dari hal ini adalah, kepala desa ini menyembah siluman itu."
"Apa?!" Sekali lagi, mereka memekik bersamaan.
"Dia mengorbankan seluruh penduduknya demi bisa menjadi pelayan Leonard, dan tentunya keinginannya terkabul." Sambung Mark tanpa peduli dengan reaksi mereka. "Dan syarat utamanya adalah, dia harus memakan jantung putrinya sendiri saat bulan purnama."
Mereka terdiam, benar-benar tak habis pikir.
Ternyata ada orang yang seperti itu.
Orang yang pertama membuka suara setelahnya adalah Lucas. Dia berdecak dan menggeleng pelan, tak habis pikir. "Sungguh, plot twist yang luar biasa! Sebuah game fantasi berubah menjadi game horor dalam sekejap. Sial!"
Jisung, yang duduk disampingnya mengangguk setuju. Dari sekian banyak game yang telah mereka mainkan sebelumnya, game Dionysius ini seperti kotak Pandora.
Setiap kali mereka membukanya, selalu ada hal yang mengejutkan yang akan menunggu mereka nantinya.
To be continued
_____________
Makasih yang udah nunggu aku up
Eh emang ada yang nunggu? Wkwkwk
Kalo ada typo tolong komen ya biar kubenerin. Dan percaya gak percaya, inilah hengpon yang aku pake buat ngetik fanfiction di dunia Oren ini 👇
Itu ku foto pake hp Kakakku hehe, kadang aku gak bisa liat apa yang aku tulis jadi ya sering ada typo. Kalo kalian nanya kok aku gak beli yang baru atau pinjem punya kakak, ya karena i don't have a money. Pinjem sama kakak pun gak bisa karena hengpon kakakku dipake belajar online sama adek.
Dah segitu aja, see you