BROTHER

mgicboba tarafından

36.3K 4.2K 5.4K

〔𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐛×𝐛〕/ completed ─ Aku memilih untuk tetap melanjutkan hidup untuk mewujudkan mimpi-nya yang bel... Daha Fazla

introduce
[i] New Life
[ii] I Hate You
[iii] A Warm Hug
[vi] Mistake
[v] Emotional
[vi] Meet
[vii] Sly Woman
[viii] No! Please..
[ix] Trauma
[x] Where Are You?
[xi] I'm (Not) Fine
[xii] Don't You Understand That I'm Tired?
[xiii] I Think You Understand The Most
[xiv] Do You Love Mom?
[xv] Diagnosa
[xiv] The Plan
[xvii] Back To London
[xix] Time To Say Goodbye
[xx] I Remember Everything
[xxi] See You In Another Life
[xxii] Was Revealed
[xxiii] Ruang Kosong
[xxiv] Who Says You're Not Worth It?
[xxv] Themis
[xxvi] Outro & Trailer
[xxvii] Extra : Teresa
[xxviii] Extra; Lawrence
[xxix] Extra ; Jansen

[xviii] Lost Memory

863 110 202
mgicboba tarafından

❝Take care of all your memories.
For you cannot relive them.❞

Bob Dylan

**

Brother ─ started



























**

"APA? HILANG INGATAN ?!?!"

"Yea, something like that. Mereka bilang pendarahan di otaknya sangat parah.. tapi tidak masalah, kita akan membantunya mengingat semuanya pelan pelan" Sophia menjawab dengan nada tenang dan lembut, sementara Lawrence yang bertanya sudah seperti orang kesetanan, memijat pangkal hidungnya sambil mondar mandir kesana kemari.

"Calm down─"

"I can't! Bagiamana aku bisa tenang? Jansen kehilangan ingatannya."

Marcell yang menyaksikan sungguh merasa ketakutan berada di antara keluarganya, ia merasa di intimidasi padahal sebenarnya tidak. Membayangkan bagaimana Lawrence serta Darren akan marah besar setelah mengetahui jika ada dia dan amber di balik semuanya─membuatnya merasa begitu takut.

Berada diposisi Darren sungguh sulit, ia tidak bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi karena dia tidak memiliki bukti apapun, tidak memiliki saksi mata dan─Lawrence tidak akan percaya padanya karena entah bagaimana amber ditemukan pingsan di dalam mobil dengan luka yang tidak terlalu parah bersama ditemukannya Jansen yang sudah tenggelam di sungai dengan keadaan hampir tidak tertolong.

Semua orang telah berasumsi mereka berdua mengalami kecelakaan bersama sama dan ada orang ketiga yang terlibat diantaranya.

drrttdrtt

Lamunan Darren pecah ketika hp nya meraung, ia segera menjauh dari keluarganya untuk mengangkat telepon dari Ale.

"Hey! what's wrong with you??!!!"

"ap─"

"Kalian tiba tiba pulang ke London tanpa berpamitan dan memberikanku, Teresa, jev, and.. um Abigail pertanyaan besar bagaimana ceritanya Jansen bisa tiba tiba kehilangan ingatannya?? i just.. ughada apa sebenarnya??!!"

Darren menghela napas, celingak-celinguk memastikan tidak ada orang yang mengikutinya.

"Amber yang melakukannya, aku─aku tidak tau siapa yang menembakkan peluru ke arah Jansen, tapi aku akan segera mendapatkan pelakunya."

"Yeah, be careful.. amber is a dangerous person"

"Sure"

**

Semua orang telah pulang ke rumah, hanya tersisa amber dan Sophia yang setia menemani Jansen di rumah sakit. Darren, lawrence dan alice terpaksa tidak ikut menemani karena ada urusan mendesak bersama polisi terkait penyelidikan kasus ini.

"Sebenarnya kamu mau merencanakan apa??"

Sophia bertanya, membuka suara untuk memulai obrolan.

"Tidak ada" amber menjawab singkat.

"You lie" Sophia membantah, bagaimanapun rencana yang amber buat tanpa sepengetahuan dirinya─jika itu membahayakan nyawa anak anaknya dia tidak akan bisa menerima.

"it doesn't matter to you. Kamu cukup berterimakasih padaku setelah dia sadar" amber menjawab sinis seolah tidak mau membiarkan tikus kecilnya ikut campur. Untuk apa lagi peran Sophia jika bukan sebagai alat untuk mempermudah segalanya bagi amber?

Sophia hanya menghela sebagai tanggapan, ia membuang muka dan berpaling dari wajah adik iparnya. Mengembalikan fokusnya pada Jansen yang─

"Jansen?"

─kelopaknya perlahan bergerak membuka. Netra biru sebening lautan itu tampak meredup, tidak secerah biasanya.

"Jansen, how do you feel??" Sophia bertanya tidak sabaran setelah melihat anak laki laki itu kembali menyapa dunia. Ia menggenggam tangan Jansen yang terbebas dari jarum infus.

Jansen menolehkan sedikit kepalanya, dibalik masker oksigen yang membantunya untuk bernapas ia bertanya kepada dua wanita yang duduk di sebelahnya.

"Who are you?" Ucapnya begitu lirih dengan napas berat nyaris tak bersuara seperti bisikan.

Sophia mendekat, mengelus surai Jansen, dan tersenyum, untuk pertama kalinya ia bisa memegang rambut lebat anak tiri nya tanpa adanya sorot kebencian dari mata Jansen.

"Panggil aku bun─da. Sebenarnya bukan ib─" Sophia belum merampungkan kalimatnya saat tiba tiba lengannya ditarik kasar oleh amber.

"Kamu ingin membuang kesempatan emas ini? kamu sangat tolol kalau bilang sama dia kamu ini sebenarnya ibu tiri" Bisiknya, menciptakan tatapan bingung diwajah pucat Jansen.

"Ehm─bukan apa apa kok, ini.. bibi dari Daddy kamu" Sophia menjelaskan, senyumnya sama sekali tidak luntur dari bibirnya.

"Bun─da?"

"I─iya, bunda disini.." Sophia menangis haru mendengarnya, mendengar Jansen memanggil dirinya dengan sebutan 'bunda' untuk pertama kalinya setelah delapan tahun lamanya mereka tinggal bersama sebagai anak dan ibu tiri. Untuk pertama kalinya Jansen menatapnya begitu tulus, untuk pertama kalinya anak laki laki itu menerima perlakuan hangat yang Sophia berikan.

"Bunda.." Jansen mengulangi lagi, diiringi senyum tipis. Dia memejamkan matanya dan sedikit menyenderkan kepalanya pada telapak tangan Sophia yang diletakkan tepat di rahang Jansen.

**

Selama tiga hari terakhir, Sophia yang selalu ada di samping Jansen, sementara yang lain belum sempat menemuinya termasuk Darren. Wanita itu tidak pernah membantu membangkitkan kembali memori lama Jansen, ia membuat memori yang baru layaknya membetulkan barang yang rusak. Membuang ingatan tentang masa kelamnya bersama Alice.

"Siapa dia?"

Sophia mengikuti arah jari telunjuk Jansen, laki laki itu menunjuk pada foto Darren yang tengah duduk bersebelahan dengannya ketika mereka masih kecil.

"Itu.. saudara tiri yang membuatmu jadi seperti ini" Ucapnya begitu enteng, ia akan melakukan apa saja demi membuat Jansen jatuh ke pelukannya.

"Saudara tiri? siapa yang dad nikahi selain bunda?" Jansen semakin penasaran dengan kehidupannya sendiri, ia melihat lihat fotonya sendiri yang kebanyakan bersama Darren, anak laki laki itu juga mirip dengannya dan wanita yang tengah di peluk oleh ayahnya.

"Seorang wanita.. namanya Alice, the woman who took my position.. dan anak ini adalah anak kandungnya, namanya Darren."

Mendengar namanya disebut─Jansen reflek menjatuhkan foto-foto yang ia pegang, membuatnya berserakan di lantai.


ngiiinggggggg.....


Telinganya berdenging keras, cowok itu langsung menutup kedua telinganya dan mengerang kesakitan. Tiba tiba wajah Darren yang tersenyum bahagia bermunculan di kepalanya, suara dan memori asing berputar seperti kaset rusak yang membuat kepalanya seperti akan pecah.

Sophia langsung panik, ia berdiri dan menekan tombol darurat di sebelah nakas tanpa menunggu lebih lama.

Hanya sekitar beberapa detik kemudian, dokter yang menangani Jansen langsung datang bersama para perawat dan alat alat medisnya.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit sambil menggigiti jemarinya karena gelisah─dokter tadi keluar dari ruangan, Sophia langsung menghampiri dan segera bertanya tentang keadaan Jansen.

"His memory hadn't fully returned yet, but something that triggered his old memories could make his head hurt, but that's okay, he's fine" [ memorinya belum kembali sepenuhnya, tapi sesuatu yang memicu ingatan lamanya bisa membuat kepalanya sangat sakit, tapi tidak apa apa, dia baik baik saja ]

"Huft.. okey, thank you so much"

Sophia memegangi dadanya, bernapas lega setelah mengetahui jika Jansen belum mendapatkan kembali ingatannya, setidaknya ia harus membuat yang baru supaya laki laki itu bisa sepenuhnya melupakan masa lalunya.

Dia tidak perlu mengingat Alice, tidak perlu mengingat Darren, tidak perlu mengingat lika liku hidupnya yang rumit, bahkan Abigail sekalipun.

Sophia kembali masuk ke dalam, membereskan foto yang berserakan, menyisihkan beberapa foto yang sekiranya bisa membangkitkan ingatan anak itu. Kemudian kembali duduk di sampingnya yang sudah terlelap karena efek obat penenang.

Ia menatap lamat lamat wajah tampannya yang menurun langsung dari Lawrence, menyentuh setiap inci garis wajahnya yang begitu sempurna bak pangeran negeri dongeng.

"Keluarga yang lengkap.. itu yang kamu inginkan bukan? you got it.. sekarang kamu adalah milikku, tidak akan kubiarkan orang lain mengendalikanmu sekalipun itu adalah amber, hanya aku yang bisa.." Ucapnya begitu yakin.

Tidak menyadari, jika obsesinya pada Jansen bisa menimbulkan buntut panjang yang akan berakhir buruk. Tidak peduli jika konsekuensi dari perbuatannya hari ini akan menghancurkan kehidupan Jansen kedepannya.

**



















- 𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞𝐝 -

Brother, mgicboba
13/3/21

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

13.5K 2.4K 21
"To love is to be weak" He repeats. A twisted story of the zazzau Empire, A king with a wish and A daughter with a dream both consumed by the quest...
186K 3.9K 46
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
2.4K 89 20
Thunderstorm/Hali is a genius doctor but arrogant and selfish. One day, he gets involved in an unexpected case; his spirit possesses another doctor's...
224K 6.6K 77
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...