Semua tersentak kaget begitu juga Hendery yang baru saja meminum air di botolnya.
"TENTU SAJA! AKU MAU!!"
Gebrakan tangan Haechan diatas meja mengagetkan semuanya, termasuk juga suara lantangnya.
"Yak! Kau membuat minumanku jatuh dan tersedak!"
"Memang itu tujuannya,"
Haechan tersenyum jahil kepada kakaknya. Mark dan Sungchan mengerjapkan matanya, memproses apa yang telah terjadi. Dan Jeno sibuk dengan hpnya, tak mempedulikan apa yang terjadi.
"Awww!! Kita jadi besan Taeyongie!!" Taeyong mengerjap sebelum ikut memeluk dan berloncat kecil
"Aihhh iyaaa!!"
Jaehyun dan Johnny hanya bisa saling pandang melihat istrinya sangat senang seperti itu.
"Jadi, kau menerima lamaranku chanie?" Mark dengan wajah sumringahnya
"Siapa bilang?" Ten dan Taeyong yang loncat-loncat seketika langsung berhenti
"Kan aku tidak akan menolak," ujar Haechan dengan kekehan di akhir kalimat
"YAK! Kau tidak sopan sekali!"
"Apa?" Haechan bertanya dengan wajah polosnya
"Kau... papa, mama, Hendery mau pergi sama Xiaojun. Malas bertemu dengan mahluk dufan!" Hendery menggenggam tangan Xiaojun
"Yak! Aku manusia, bukan wahana!! Kak Jun! Jangan ikut dengan spesies waguna,"
"Waguna?"
"Wahana serbaguna,"
"Kemari kau! Awas aja mau minta beliin lagi, gak akan!!"
"Calon ada kalau kakak lupa. Memang udah tua sih, ya maklum lah" tangan Haechan mengayun-ayun.
Hendery menatapnya sengit dan berjalan keluar setelah pamit dengan Xiaojun.
"Berterima kasih lah kepada kak," Mark dan Haechan menoleh kepada Sungchan
"Berterima kasih lah kepadaku karna kau akan bebas jika mentraktirku," Sungchan mengerjap tak terima, kemudian menghela napas
"Apa? Mau ku jadikan body guard?"
"Lebih baik mentraktir kakak dari pada jadi body guard,"
"Bagus lah kau bicara sendiri,"
"Apa salahku ya Tuhan??"
"Salahmu adalah membuatnya menunggu satu jam lebih, yaa hampir dua jam lah" Sontak Sungchan berdiri, pamit dan keluar rumah
"Ada-ada saja. Jadi kapan pernikahannya?"
"Besok!!" Taeyong dan Ten yang duduk berjejer menjawab bersama
"Kenapa bisa begitu?? Dua bulan udah cukup ma, my"
"Baiklah, dua minggu"
Haechan menghempaskan tubuhnya ke sofa yang ia duduki. Pusing merasakan kedua wanita di depannya ini.
Sedangkan Jaehyun dan Johnny sudah sibuk dengan permainan caturnya. Sesekali membahas bisnis, mau pun aib keluarganya.
"Melepas pikiran mau?"
"Mau. Ke kamarku aja kak, malas kalau keluar" Mark mengangguk mengusak gemas rambut Haechan
Mata Mark menjelajahi semua isi kamar kekasihnya, ya tunangannya maksudnya.
"Kamarku agak berantakan sih kak, maaf ya" Haechan membersihkan kasurnya
Meletakan laptop serat buku novel yang dia baca beberapa hari lalu ke meja belajarnya.
"Masih di simpan ternyata,"
Dirinya membuka pintu balkon yang disambut dengan angin siang. Memainkan gitarnya asal.
Bruk
Mark mendapat pelukan dari belakang ketika meletakan gitar di pangkuannya
"Kenapa hm?"
"Kangen. Kakak jahat banget ngeprank aku,"
"Maafin kakak ya chan," Mark membalikan tubuhnya menghadap Haechan. "Ngomong-ngomong selamat hari valentine ya,"
"Tapi udah lewat, gak asik!" Haechan menjauhkan diri dari Mark
"Dramanya udah, hadiahnya juga udah"
"Hadiah? Mana? Perasaan kakak nggak ngasih hadiah, tapi aku yang ngasih sahabatku hadiah" Tunjuk Haechan pada dua boneka yang ada di sofa sebelah lemarinya.
"Kamu merasa nggak, di hari kamu pulang dari taman, waktu tidur ada yang mengelus rambutmu?" Haechan mengangguk dengan bibir mengerucut
"Itu aku. Kamu tau siapa yang menyahutimu waktu malam-malam di balkon?" Haechan menggeleng di pelukan Mark
"Itu aku sayang, tau siapa yang mengelus rambutmu di balkon?"
"Kakak?" Haechan mendongak menatap muka Mark "Iya"
"Tapi kok aku nggak ngerasa ya? Kukira kakak lemah yang gituin. Trus apa hadiahnya?"
"Nih," Mark menunjukan jari Haechan.
"Sejak kapan cincinnya di jari aku? Tapi kayaknya kebesaran deh, iya kan?"
"Ya.. eumhh.." Mark menggaruk tengkuknya
"Santai aja kali kak. Oh iya kak, kata kak Hendery kakak ke bandara? Kemarin lusa mungkin dia bilangnya,"
"Iya, ngejemput daddy sama mommy" Haechan mengangguk
"Kesel nggak kamu aku giniin?"
"Kesel banget! Tau gitu aku lemparin aja ke menara, biar sekalian jadi tempat nongkrongnya para burung. Lumayan kebaikan,"
Haechan berjalan ke arah kasur, Mark mengikutinya dan mengusak gemas rambut tunangannya itu sampai mereka berdua terbaring di atas bibir kasur.
"Tidur ya kakak cantik,"
Haechan mengangguk sembari tersenyum melihat Marknya sudah ada disampingnya.
"Hoaammm.. juga pangeran,"
Mark menjadikan lengannya untuk bantal kekasihnya tidur. Menepuk pelan punggungnya agar tertidur.
Cklek
"Sttt.."
Hendery mengangguk menutup pintu kamar adiknya pelan dan berjalan ke arah Mark dan Haechan.
"Cantik ya?" Mark mengangguk memperhatikan wajah Haechan
"Jangan di apa-apain adikku!"
"Kalau mau ngeprank lagi ajak-ajak. Biar seru, gantian ngejahilinya" Mark sedikit tertawa kemudian menepuk pelan punggung Haechan.
"Jaga adik kakak, jangan disakiti. Jangan di apa-apain! Awas kamu,"
Pintu kamar tertutup begitu juga perkataan Hendery yang menghilang bersama pemilik suaranya.
Mark menatap Haechan kembali yang tenang dan damai saat tidur.
"Maaf, ini semua cuman skenario"
"Kamu bukan tunanganku, chan"
"But you are my wife, honey. Let's play with me,"
"let's wanna play, daddy"
~END~
Hai!! Sehat-sehat ya, jangan murung terus.
T
hank you udah mampir, see you in another book and next time!
Tebak berapa word, yang bener mutulan wp. Bener gak sih? Tau.
Bye byee~
21-2-21k