KIRANA (COMPLETED)

By bibibugu

10.6K 518 5

Kalo saja waktu itu Kirana tidak nembak ketua OSIS SMA Samudera. kalau saja waktu itu Kirana tidak mengiyakan... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
sekali lagi
halo guys

Bab 26

180 9 0
By bibibugu

Sedari tadi Adrian tidak mengangkat panggilannya. Kemana lelaki itu? Apakah sesibuk itu sampai teleponnya diabaikan? Atau apa ada hal lain?

"Eh, tadi di ruangan OSIS lu liat ada orang engga?" tanya Oliv ke Yunita.

"Ada kayaknya,"

Oliv tahu kalau Adrian hari ini ada rapat, karena tadi Adrian bilang kalau ia tidak bisa menganternya pulang, Oliv sengaja tidak langsung pulang karena ingin memantau. Ia tidak mau lelaki itu kena ganjenan wanita lain, especially Kirana.

"Mau liat Adrian ya?" Oliv mengangguk. Ia harus mengecek. Rasa penasarannya sudah diujung tanduk.

"Gue kesana dulu ya,"

Oliv berjalan keluar, kelasnya berada di lantai dua, dari sudut korior ia mengintip gerombolan anak-anak yang familiar berkumpul di depan ruang OSIS.

Matanya masih belum menemukan. Apa lelaki itu ada di dalam ruangan? Langkahnya mendekat sampai ke depan ruangan yang dimaksud. Orang-orang disana sedang asik bercanda sampao tidak menyadari kehadirannya.

Saat ia ingin memegang handle pintu, tiba-tiba seseorang menghalangi,

"Ngapain?" tanya Naya dengan tatapan tajam. Oliv menghela napas. Ia tahu banget, Naya ini adalah salah satu fans Adrian yang sangat sering cari muka.

"Bukan urusan lo," Oliv menghempas kemudian kembali memegang gagang pintu.

"Ini urusan gue juga, kalau lo mau masuk ke ruangan OSIS, lo harus izin sama gue," nada Naya naik satu oktaf. Oliv tertawa sarkas, kenapa orang ini selalu mengikut-campuri urusannya.

"Gue kakak kelas disini, jangan songong dan sok sok ngajarin gue deh, baru jadi OSIS aja belagu, dasar bocil," matanya berputar malas.

"Lo pikir, karena lo kakak kelas disini lo bisa berbuat seenaknya aja? Gitu?" Naya tidak takut dengan statusnya. "Kakak kelas yang baik itu mengajarkan adik kelasnya yang baik juga, termasuk masuk ke ruangan OSIS dengan sopan," Naya menang atas perdebatan mereka. Oliv memancarkan kemarahan, Naya menyunggingkan senyum miring.

Ini area OSIS, yang berarti ini area Naya bukan Oliv, kalau sampai Oliv berbuat macam-macam terhadapnya, pasti kemenangan itu akan berpihak pada Naya.

Dengan kesal, Oliv menjambak rambut Naya, Naya mengaduh kesakitan, ia tidak terima mendapat perlakuan seperti ini. tangannya pun meraih rambut Oliv dengan cepat.

---

Setelah membeli dua rim kertas a4, Adrian melihat ada sebuah kedai kopi tepat disebelah toko. "Ngopi dulu ya," ajak Adrian, Kirana mengekori.

"Pesen apa?"

"Kopi susu," Kirana mengeluarkan uang.

"Lu cari tempat aja,"

Ka Adrian traktir? –Kirana.

Tanpa pikir panjang, Kirana mengikuti, Adrian datang membawa dua cup.

"Makasih," Adrian mengangguk.

Ini kedua kalinya. Hanya, Adrian dan Kirana. Terakhir kali mereka berhadapan saat Adrian mewawancarai wanita itu.

"Gua ke toilet dulu ya," kata Adrian. Lelaki itu mengeluarkan dompet dan handphone. "Gua titip ini," Kirana mengangguk.

Adrian menghilang. Mata wanita itu mengitari seluruh kafe. Konsep nya cozy dan kekinian, mempunyai daya Tarik tersendiri, apalagi untuk yang suka nongkrong pasti suka dengan suasana ini.

Dret..dret.. Ada panggilan masuk. Kirana melirik.

Oliv

Angkat atau engga? Kalau ia angkat, hari ini Kirana sedang tidak ingin beradu mulut, dan Kirana memutuskan untuk mengabaikan. Itu lebih baik.

Panggilan itu berhenti, tak lama Adrian datang. Mood Kirana turun seketika.

"Tadi ada yang nelpon,"

"Siapa?" Adrian duduk.

"Oliv,"

Deg

Lelaki itu menyadari perubahan raut wanita itu. Muncul panggilan yang sama lagi. Adrian melirik. Wanita itu mengalihkan pandangan sambil menyeruput. Adrian memencet tombol hijau.

"Halo," Adrian mengecilkan suara, tapi Kirana masih bisa mendengar. "Lagi diluar, iya," Tampak seperti sedang saling berkabar. Kecurigaannya bertambah. Tak lama panggilan itu berakhir.

"Ka Adrian sama Ka Oliv pacaran?" Bibir nya sudah sangat gatal untuk bertanya. Kata kata itu terlontar tanpa dipikirkan lagi. Adrian tertawa kecil, melihat wajah Kirana yang seakan berkata 'cemburu'

"Kata siapa?" Bibirnya tersenyum smrik.

"Kata gue tadi," Adrian memajukan badannya sedikit.

"Lo mau dapet jawaban apa dari gue?" Adrian menopang dagu. Wajahnya masih sama, tersenyum miring.

Adrian menggoda dengan tatapan nya. Membuat Kirana salah tingkah. Wanita itu memalingkan wajah. Tidak. Tidak bisa saling menatap. Akan ketahuan jika Kirana menyimpan sesuatu.

"Kalau gue bilang engga, lu mau apa? Pacaran sama gue?" Mata Kirana melebar, tidak menyangka kata-kata itu terlontar oleh bibir lelaki yang berada tepat didepannya ini.

"Ternyata SMA Samudera itu demen banget ya melihara buaya?" Adrian tidak bisa menahan tawa mendengar kata-kata yang terlontar dari wanita ini.

"Abisan lo kaya lagi orang cemburu tau engga,"

"Udah ah, balik, nanti pada nyariin," Kirana berdiri.

Set..

Adrian mengambil tangan wanita itu. "Minumannya belum abis," kata Adrian. "Abisin dulu, udah gua beliin, mubazir masa dibuang," Kirana melirik ke atas meja. Lalu kembali duduk karena tidak enak hati Adrian sudah membelikannya.

"Orang tua nya Oliv itu temen nyokap bokap gua," kata Adrian saat beberapa detik hening. Adrian perlu mengungkapkan. Supaya Kirana tidak salah paham. "Jadi gua Deket sama dia,"

Jadi alasan mereka menempel terus karena orang tua lelaki itu dekat dengan orang tua Oliv.

Adrian mengambil ponselnya dan melihat ada pesan disana.

"Hilmi nanyain motornya, katanya kenapa lama banget perginya, beli kertas di luar pulau jawa ya?" Adrian terkekeh kecil.

"Lagian kenapa engga pake mobil lu aja si?"

"Masa beli kertas doang pake mobil, males ah,"

"Gua yang bawa, jadi engga perlu minjem motor orang kan," Adrian berdiri, Kirana pun.

"Lu bisa bawa mobil?" Tanyanya.

"Bisa bawa ke rumah sakit," kata Kirana. Tiba-tiba telpon berdering lagi

Mama

Raut wajah Adrian berubah. Kirana menoleh, dan melirik nama disana.

"Angkat aja,"

"Engga usah," Adrian memasukan ponsel ke dalam saku.

"Siapa tau penting,"

Kalau bukan karena Kirana, Adrian tidak akan mau angkat.

"Halo,"

"Nanti malem kita makan bareng sama keluarga Oliv, jangan pulang terlambat," kata mamanya disebrang sana. Adrian menghela napas berat.

Ah.. acting lagi..

"Iya," kata Adrian lalu memutuskan sambungan. Kirana sadar perubahan wajah Adrian.

"Kenapa?" Adrian menggeleng, lalu mereka berjalan ke parkiran.

"Engga papa, engga penting,"

"Ka, gua masih ada yang bingung penulisannya, ajarin gue ya," Kirana mengalihkan.

Apa gua sama Kirana aja? –Adrian.

Adrian mengangguk, "Pulang sekolah gua ajarin,"

Sepertinya, bersama Kirana lebih baik dibanding harus kembali ke kehidupan palsu nya.

---

"Kirana Ayo," Kirana mengangguk, mereka berjalan ke parkiran.

"Ngerjain di rumah lu aja ya?" Tanya Adrian.

Kalau dirumah pasti akan ada ka Gilang, papa, mama. Aduh.. tidak bisa. Ada juga nanti mereka merancau dan menggoda Kirana.

"Di deket rumah gua ada kafe 24jam, disitu aja ka,"

"Kenapa engga dirumah lu? Nanti dicariin engga?"

"Engga, engga jauh juga ko, deket, nanti gua kabarin mereka," Kirana tersenyum kaku.

Sudah sejam mereka disana, dan mereka benar-benar produktif untuk mengerjakan proposal, "Mau pesen makan engga? gua laper," tanya Adrian.

"Boleh, gua juga laper," kata Kirana.

"Lu mau apa?" Adrian memberi menu. Kirana membulak-balikkan.

"Gua mau toast, sama es susu,"

"Bentar ya gua pesenin," Adrian berjalan menuju kasir. Tak lama pesanan datang.

"Emang kenyang makan ini doang?" Tanya Adrian bingung.

"Kan pesen susu juga," kata Kirana. Adrian memesan nasi goreng, seporsi sistagor dengan minum es lemon tea.

"Itu banyak banget, abis emang?" Kirana melihat porsi nasi goreng yang tidak biasa

"Abis, tenang aja," Kirana menggeleng tidak percaya. Kalau benar Adrian bisa menghabiskan, berarti perus lelaki itu lebar seperti karung beras bansos.

Wanita itu mulai membuka lebar kedua rahangnya.

Wah..

Adrian takjub, biasanya wanita sangat malu untuk melakukan itu apalagi di depan cowo. Tangannya terulur untuk membersihkan sisa saus diujung bibir Kirana.

"Belepotan," Kirana mengambil alih benda di tangan Adrian

"Lu engga malu makan depan gua kayak gitu?" Tanya Adrian sembari menyuap.

"Nanti gua keburu mati kelaparan, kasian emak bapak gua dirumah nunggu in gua," mulut Kirana masih penuh dan bicaranya pun tidak terlalu jelas.

Adrian takjub bisa mengetahui sisi lain Kirana.

"Lu suka cowok yang kayak gimana?" Tanya Adrian. Kirana berpikir sejenak.

"Gua suka cowo yang suka gua juga," Adrian terkekeh sedikit.

"Simple ya," Kirana mengangguk.

"Btw, lu percaya engga si cinta pandangan pertama?" Kirana berbalik tanya.

Adrian menaruh sendok. "Engga, cinta itu datang karena terbiasa, kalau cinta pandangan pertama itu bukan cinta, tapi lebih ke tertarik,"

"Setuju," Kirana sependapat dengan Adrian kali ini.

"Lu lagi pacaran engga sekarang?" Tanya Adrian. Kirana menggeleng. "Tapi pernah kan?" Kirana mengangguk.

"Udah move on?"

"Udahlah," kata Kirana.

"Gimana move on nya?" Tanya Adrian.

"Gua nangis-nangis, engga nerima keadaan, berontak, dan merasa diri gua orang paling menyedikan, menurut gua itu wajar, asalkan setelah itu bisa bangkit dan menerima keadaan kalau dia bukan yang terbaik, karena gua yakin tuhan udah menyiapin yang lebih baik bahkan terlalu indah untuk dibayangkan," kata Kirana.

"Karena yang terindah belum tentu yang terbaik," Kirana melengkungkan bibirnya ironi. Adrian menatap lurus Kirana.

"Kalau yang terbaik ya bukan mantan, kawin harusnya," Mereka tertawa.

"Kalo cowok gimana move on nya? Nangis juga engga si? Kayak cewek gitu," Tanya Kirana penasaran.

"Gua engga," Kirana menyipitkan mata.

"Bohong, engga percaya gua lu sekuat itu,"

"Itu rahasia kaum Adam," Adrian menyuap.

"Dih, curang,"

"Makan-makan, dikit lagi kelar, biar engga kemaleman pulang nya,"

"Jawab dulu ah," Kirana tau Adrian berusaha mengalihkan.

"Cepet nanti ka Gilang ngoceh-ngoceh,"

---

Continue Reading

You'll Also Like

RUMIT (END) By fatim

Teen Fiction

16.3K 3.5K 44
Pertemuan klise pada saat tahun ajaran baru, membuat Varo menaruh hati pada gadis bernama Via. Varo mendekati Via dengan caranya sendiri. Cara seoran...
6.7K 1.2K 58
πŸ’œ LavenderWriters Project Season 08 ||Kelompok 03|| #Tema; Ghosting Ketua : Silvi Wakil : Fani & Devi 🎬🎬🎬 Rhea Alesha Mazaya. Gadis cantik dengan...
20.3K 771 50
Sudah melupakannya? Aku rasa setelah tiga tahun nggak bertemu dengannya, aku yakin sudah melupakannya. Tapi terkadang bayangan masa lalu selalu meng...
12.5M 918K 52
(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ "Jika laki-laki itu bisa mengancam akan mengeluarkan Queenzie dari kelas, Queenzie juga bisa mengancam a...