Love and Death

By fleurpurkiss

13.6K 1.9K 403

Celine Abrianna Pevensie. Hidupnya dibayang-bayangi oleh kematian. Orang-orang yang ia cintai selalu meningga... More

[2] Meet Mrs.Malfoy
[3] Harry is missing
[4] Amortentia
[5] Memories
[6] Reason
[7] Friend?
[8] Slug Klub
[9] Gryffindor's Victory
[10] Still Love Him
[11] Christmas Party
[12] Spend Time With Granger's
[13] Gift
[14] Ron Is Poisoned
[15] Hogsmeade
[16] Sink
[17] Sectumsempra
[18] Hermione Know's Everything
[19] Truth
[20] Dumbledore's Death
[21] After
[22] Chance
[23] Be a Good Friend
[24] Other Side
[25] Do you get Déjà vu?
[26] Gift For Draco
[27] Not Found Her
[28] Go or Stay
[29] Finally
[30] Draco's Angry
[31] Boom!!
[32] We Meet Again
[33] Fake Death

[1] Not Alone

1.6K 117 12
By fleurpurkiss

Gadis dengan rambut berwarna brunette sedikit gelap itu sedang duduk di tepi sungai dekat The Burrow, sebuah rumah milik salah satu keluarga penyihir pureblood. Ia menatap kosong sungai tersebut sambil memainkan rumput di tangannya yang ia cabut tadi.

Gadis itu tak memiliki keistimewaan apapun dan juga bukan gadis yang dibilang sempurna. Ia hanya gadis yang tak banyak bicara dan hanya menjalani hidup seperti yang seharusnya dijalankannya.

Terlahir di dalam sebuah keluarga yang baik dan juga cukup dikenal oleh kalangan penyihir dan juga dikaruniai kecerdasan seperti keluarga mereka pada umumnya. Tapi entah kenapa itu semua sia-sia baginya setelah sosok yang paling berharga dalam hidupnya semua diambil oleh Sang Kuasa.

Ia merasa dunia tak adil. Semua orang orang yang disayanginya satu persatu meninggalkan dirinya sendiri. Beberapa waktu lalu orang tuanya terbunuh oleh sekelompok pengikut seseorang yang sangat ditakuti oleh orang orang dunia sihir.

Pelahap Maut.

Rasanya ingin sekali dirinya membalaskan dendam dengan membunuh orang-orang itu, tapi jika ia membunuhnya sama saja dia sepertinya bukan? Tidak. Orang tuanya tidak pernah mengajarkan dirinya balas dendam seperti itu. Ia akan membalaskan dendam dengan caranya sendiri.

Dan sekarang dia sendirian.

Tidak ada satupun keluarganya yang tersisa. Semuanya mati karena ulah pelahap maut sialan itu.

"Celine! Makan siang sudah siap!"

Teriakan seorang wanita menyadarkan lamunan Celine secara tiba-tiba. Celine menoleh ke arah wanita yang sedang berdiri jauh darinya di depan pintu The Burrow.

"Baik Bibi Molly!" Celine bangkit dari duduknya dan membersihkan sisa sisa kotoran yang menempel di celananya. Ia mulai berjalan masuk ke dalam The Burrow dengan langkah yang sedikit ia cepatkan karena tak ingin membuat orang-orang di dalam menunggu.

Hati Celine menghangat keyika melihat semua orang yang ada di dalam rumah yang tak begitu mewah ini namun tetap terasa nyaman. Rambut merah seperti api yang menyala, itu ciri fisik setiap anggota keluarga ini, Weasley.

"Cepat Celine aku mulai lapar!"

Tuk

Molly menyentil dahi Ron yang mana dia adalah sahabat Celine. Ya, dia Ronald Weasley, ia merupakan salah satu anak dari ke tujuh anak pasangan Arthur dan Molly Weasley.

"Ouch mum!" Kata Ron sambil meringis dan mengusap usap dahinya yang baru saja disentil oleh ibunya sendiri.

"Jangan salahkan Celine jika perutmu itu tidak bisa berhenti berbunyi, Ron!" Seru Molly dengan geram pada Ron.

Celine hanya bisa tersenyum lalu mendudukkan diri di samping Ron. Kemudian ia menatap Ron dan berkata, "Kau bisa makan terlebih dulu tanpa menungguku Ron."

"Oh tidak tidak. Kita harus makan bersama-sama. Ron sudah kukatan berkali-kali padamu ka—"

"Jadi mum bisakah kita mulai makan sekarang? Aku tak ingin mendengarkan celoteh Ron lagi," Ucap perempuan di depan Celine dengan sedikit kikikan di akhir. Dia Ginny Weasley adik Ron, dan anak bungsu dari keluarga ini. Dia berada di bawah satu tingkat dengannya.

Molly hanya bisa merotasikan kedua matanya dan mulai menyajikan makan siang pada anak anak mereka dan juga Celine.

"Mum, menurutmu apa yang akan terjadi di tahun selanjutnya di Hogwarts?" Tanya Ron yang mulutnya masih terpenuhi oleh makannya.

Ginny hanya bisa menatap jijik pada kakaknya itu. "Kunyah dan telan dulu makananmu Ron. it's disgusting!" Ucap Ginny dengan sengit.

Molly tidak menjawab pertanyaan Ron melainkan ia menatap Celine yang sepertinya tidak memiliki selera makan, lagi. Semenjak kematian temannya --orang tua Celine-- gadis itu lebih pendiam, walaupun sebelumnya ia memang sudah cukup pendiam.

"Celine dear, makanlah makananmu. Aku tidak ingin kau sakit," ucap Molly membuat Ron dan Ginny menoleh ke arah Celine.

Celine mendongak menatap ketiganya bergantian dan hanya menampilkan senyum tipisnya.

"Baik Bibi Molly," Celine melanjutkan makannya, tidak ingin melihat Molly menceramahi dirinya lagi seperti kemarin.

Kemarin ia tidak menghabiskan makan malamnya membuat Mrs.Weasley terus mengomel pada dirinya dan itu tidaklah menyenangkan.

"Ngomong ngomong, kapan Hermione akan datang kesini Ron?" Tanya Celine pada Ron.

Ron cepat cepat menelan makanannya dan menatap Celine. "Entahlah mungkin besok atau lusa," Dan Ron melanjutkan makannya dengan lahap. Celine hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Mereka semua melanjutkan makan siang mereka dengan candaan dari Ron walaupun terkadang Molly akan menegurnya ketika candaannya kelewat batas dan juga sedikit mengenang tentang peristiwa di Hogwarts yang menurut mereka menarik.

Baru Celine sadari bahwa dirinya tidak sepenuhnya sendirian. Keluarga Weasley sudah menganggap dirinya seperti anggota keluarganya sendiri. Itu karena ayah Celine adalah teman kerjanya Arthur Weasley di kementrian dan waktu bersekolah mereka juga berteman baik.

Dan dia juga masih memiliki teman temannya yang akan selalu ada di sisinya. Dia sangat berharap setelah ini tidak ada salah satu dari mereka yang akan meninggalkan dirinya lagi.

Tidak. Celine tidak akan membiarkan itu terjadi.

***

"CELINE!" Teriak seorang gadis dari arah pintu masuk The Burrow.

Gadis berambut megar yang baru saja datang ke kediaman Weasley itu langsung menghamburkan dirinya pada Celine. Celine hampir terjatuh karena pelukan gadis itu secara tiba tiba. Tapi Celine langsung membalas pelukan sahabatnya itu.

"Hermione..." Lirih Celine membuat Hermione melepaskan pelukannya. Ia menatap Celine lekat lekat dari atas sampai bawah.

Lihatlah penampilan Celine. Kantung mata yang cukup terlihat di wajahnya yang Hermione yakini gadis itu selalu menangis setiap malam. Rambutnya yang biasanya selalu rapi sekarang sedikit berantakan dan tubuhnya yang sepertinya semakin kurus. Celine benar benar tidak merawat dirinya dengan benar pikir Hermione.

Untuk kedua kalinya Hermione melihat Celine seperti ini, tapi ini lebih parah menurutnya.

Hermione memegang kedua bahu Celine seraya mendengus kesal. "Celine, lihatlah dirimu! Apakah kau tidak makan dengan benar? Apakah Ron selalu memakan jatah makananmu?"

Ron melotot tak terima atas ucapan Hermione. Apa-apaan itu, kenapa jadi ia yang disalahkan!

Hermione melanjutkan ucapannya tanpa mempedulikan tatapan Ron. "Celine aku tidak suka melihat mu yang seperti ini! Oh aku tidak menyangka rambutmu seperti ini, kau bahkan selalu mengajarkanku cara merapikan rambut dengan benar! "

Hermione menghela nafasnya sebentar lalu melanjutkan omongannya lagi. "Celine kau tidak sendiri. Masih ada aku,Harry dan Ron dan juga para Orde. Kita semua akan melindungimu. Aku yakin orang tuamu tidak akan senang melihatmu seperti ini. Kumohon Celine..."

Celine menatap Hermione dalam. Bola matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia tak mau menangis di hadapan orang-orang karena itu hanya membuat dirinya terlihat lemah. Ia menampilkan senyum tipisnya guna meyakinkan Hermione. Ia tak ingin Hermione melihat sisi lemahnya untuk saat ini.

"Mereka tidak akan bisa melihatku lagi, Hermione. Orang tuaku sudah mati. Mereka membunuhnya sama seperti mereka membunuh—"

Kalimat Celine terpotong karena Hermione yang lagi-lagi memeluknya secara tiba-tiba. Dan kali ini Hermione tidak bisa membendung air matanya. Hermione yakin sahabatnya ini sangat rapuh, benar benar rapuh. Dan ia tak suka melihatnya.

Ron yang melihat kedua sahabat perempuannya hanya bisa menundukkan kepalanya. Sama seperti Hermione, ia tidak suka melihat Celine yang seperti kehilangan semangat untuk melanjutkan hidupnya.

Ron yakin Harry juga tak akan senang dengan keadaan Celine. Ia yang sangat protektif terhadap Celine, karena ia juga menganggap Celine seperti adiknya walau kenyataannya gadis itu lebih tua dari Harry.

Hermione melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya dan berusaha membuat Celine tegar. Ia menatap Celine beberapa detik kemudian wajahnya sedikit sumringah.

"Aku membawakanmu novel muggle seperti janjiku biasanya! Apakah kau ingin melihatnya sekarang?" Kata Hermione sedikit bersemangat mencoba menyalurkan semangat pada Celine walaupun sedikit serak.

Celine tersenyum tipis lalu mengangguk. Hermione sedikit kecewa dengan respon gadis itu. Biasanya wajah Celine akan berseri-seri ketika ia membawakannya beberapa novel muggle karena gadis itu suka membaca sama sepertinya.

"Baiklah! Tunggu apa lagi ayo kita ke kamar," Hermione hendak menarik lengan Celine, tapi ia seperti mengingat sesuatu. "Oh Ron! Apakah Ginny ada di kamarnya?"

Ron mendongak menatap Hermione dan Celine bergantian. "Ya dia ada di kamarnya."

"Bagus! Mari kita mengadakan girls talk. Good bye, Ron!"

Setelah mengatakannya Hermione langsung menarik Celine ke atas ke kamar Ginny.  Ron hanya bisa menghela nafasnya. Andai saja Harry ada disini ia pasti akan memiliki teman untuk sekedar berbicara.

***

Celine tersenyum tipis ketika melihat sahabatnya yang lain telah datang ke kediaman Weasley.  Ia menatap laki-laki berkacamata dan berambut hitam itu yang baru saja di sambut oleh Ginny, Hermione, Ron dan Molly. Kita semua sangat merindukan bocah itu.

Siapa lagi kalau bukan anak yang bertahan hidup, Harry Potter.

Celine masih berdiri di belakang sana sampai Harry menyadari keberadaan gadis itu ketika iris mata hijau Harry bertemu dengan iris mata biru milik Celine. Perlahan Harry mulai melangkahkan kakinya ke arah Celine yang masih saja berdiri disana dengan senyumnya.

Yang Harry yakini itu adalah hanya senyum palsu untuk menutupi kesedihannya.

"Hai Harry," Sambut Celine dengan suara pelan dengan senyumnya.

Dua kata itu membuat Harry langsung memeluk gadis di depannya itu. Celine membalas pelukan Harry tak kalah eratnya. Pelukan yang cukup nyaman baginya dan ia merindukan pelukan ini. Ia merindukan sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri itu.

Harry melepaskan pelukannya dan menatap Celine lekat lekat. "Kau perempuan kuat , sister."

Seperti biasanya Celine hanya akan menanggapinya dengan tersenyum entah senyum apa yang ditampilkannya. Ia tak bisa merespon apapun dengan kata kata.

Kemudian Celine mengacak-acak rambut Harry membuat sang empunya mendengus kesal. Hermione dan Ron hanya terkekeh begitu juga dengan Molly dan Ginny melihat wajah Harry yang cukup menghibur bagi mereka.

"Jangan acak acak rambutku Celine Pevensie!" Perintah Harry dengan kesal sambil melepaskan tangan Celine dari kepalanya.

"Jujur saja ya Harry, kau terlihat lebih culun dengan rambut rapi." Kalimat Celine membuat Ron dan Hermione kembali menahan gelak tawanya.

Harry menatap ke arah mereka berdua sekilas lalu ia melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Celine dengan tatapan mengintimidasi. "Oh kau mengejekku?"

"Tidak. Hanya sekedar menyampaikan pendapat." Setelah mengucapkan itu Celine berjalan ke arah kamarnya dengan menampilkan senyum pada mereka semua.

Ketika bayangan Celine mulai menghilang, Harry menoleh ke arah Hermione dan Ron yang tengah menatapnya beberapa saat.

"Setidaknya ia masih mau tersenyum," ucap Hermione  setelah ketiganya saling tatap cukup lama.

"Dan masih memiliki humor yang bagus." Ucapan Ron membuat Hermione mencubit lengannya membuat bocah itu meringis kesakitan, ditambah Molly yang memukul bahunya.

Harry mendongak untuk menatap ke arah tangga yang dinaiki oleh Celine lagi dengan pandangan sendunya. Celine benar-benar berantakan dan Harry tak suka melihatnya seperti itu.

"She always cried silently every night," ucap Ginny membuat semuanya menoleh ke arahnya. Hermione menatap Ginny dengan sedikit terkejut, ia sebenarnya sudah menebak tentang apa yang dilakukan gadis itu setiap malam.

"Aku sudah menebaknya," sambung Hermione sambil mengusap wajahnya.

"Ini semua cukup berat untuknya. Dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain kita dan para orde," Jelas Molly membuat Harry menoleh ke arahnya dengan menyerngitkan dahinya.

"Bagaimana dengan kerabatnya? Apakah tidak ada yang tersisa?" Tanya Harry sambil memandangi wajah satu persatu para Weasley itu yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Tapi mansion miliknya masih utuh dan masih ada satu peri rumah disana," Lanjut Ron. Lalu Ginny menambahkan ucapan Ron, "Jika ia pergi ke mansionnya bayangan tentang kematian orang tuanya selalu datang padanya. Makannya dia tinggal disini sementara waktu."

Setelah Ginny berbicara semua orang terdiam memikirkan nasib gadis malang itu. Mereka cukup sedih kenapa hal seberat ini harus terjadi pada gadis sepertinya.

***

Celine menyandarkan kepalanya di bahu Harry, bocah itu baru saja bermain-main dengan koran yang baru saja ia bakar. Dan sesekali Harry mengelus kepala Celine dengan lembut membuat Celine terasa nyaman di sana.

"Jadi kapan kau kemari?" Tanya Harry pada Hermione.

"Beberapa hari yang lalu," Jawab Hermione. Suara Crookshanks --kucing peliharaan Hermione-- memecahkan keheningan sementara di antara keempatnya. Lalu Hermione melanjutkan, "Meskipun sebentar saja, aku tak yakin akan bisa datang."

"Ibu sangat marah minggu kemarin, katanya aku dan Ginny tak perlu lagi kembali ke Hogwarts. Itu terlalu berbahaya" ada jeda sebentar dalam ucapan Ron. "Terutama pada gadis yang sedang tidur di bahumu itu," Kata Ron sambil menunjuk ke arah Celine dengan dagunya.

Harry dan Hermione sontak menoleh ke arah Celine. Mereka bertiga tak menyadari gadis itu sudah tertidur pulas di atas bahu Harry. Ia mungkin kelelahan menghadapi ini semua.

Melihat Celine tertidur pulas Harry kembali membenarkan anak rambut Celine yang terjatuh menutupi wajahnya. Wajah Celine yang tenang membuat Harry, Ron dan Hermione sedikit lega.

"Bukan hanya ibumu saja yang berfikir begitu. Bahkan orang tuaku dan mereka muggle tahu sesuatu yang buruk akan terjadi," Ungkap Hermione pada Harry dan Ron. Dan sesekali ia melirik ke arah Celine.

"Lalu ayah membelaku, ia bilang pada ibu bahwa ia tak berfikir secara rasional dan—butuh beberapa hari sampai akhirnya ibu menerima," Lanjut Ron.

"Kita sedang berbicara tentang Hogwarts. Ada Dumbledore, dimana lagi tempat yang lebih aman?" Tanya Harry yang sedikit bingung dengan pendapat kedua orang tua sahabatnya.

"Akhir-akhir ini banyak yang berbicara bahwa Dumbledore sudah agak terlalu tua," Kata Hermione sedikit ragu.

"Omong kosong! Dia—" Harry terdiam sejenak untuk berfikir. "Berapa umurnya?"

"150 tahun? Kurang lebih?"

Mereka bertiga tidak bisa menahan tawanya. Maaf Dumbledore bukan bermaksud untuk menghinamu.

Ada pergerakan dari bahu Harry membuat laki-laki itu perlahan terdiam. Celine sedikit menduselkan kepalanya disana untuk mencari posisi yang lebih nyaman lagi. Ron dan Hermione ikut memberhentikan tawanya dan menatap gadis itu.

"Para orde masih berdiskusi... Dulu, semua keluarga Pevensie mencoba menyembunyikan seluruh keturunannya saat you-know-who berjaya, tapi selalu saja ada yang tidak selamat," Ungkap Ron lalu ia menelan ludahnya dengan sedikit susah payah. "Kemungkinan... para pelahap maut sudah mengincar mereka dan sekarang hanya Celine yang tersisa. Kami semua mencoba menjaga dan melindunginya jika—hal itu memang benar."

"Tapi Mr. Pevensie dan Mrs. Pevensie tak bersembunyi sebelum ini, begitu juga dengan Celine."

"Itu sebelum you-know-who bangkit kembali, Harry. Setelah ia bangkit, mereka selalu bersembunyi di mansionnya ataupun markas orde, dan mereka tak pernah pergi bekerja lagi setelahya," Jawab Hermione sedikit iba pada Celine.

"Dan kenapa Pelahap Maut membunuh setiap anggota keluarga Pevensie?" Tanya Harry lagi dengan sedikit kebingungan.

"Harry, dulu banyak keluarga Pureblood yang diajak bergabung dengan para pasukan you-know-who, pelahap maut. Para Pevensie termasuk salah satu keluarga penyihir yang menolak ajakannya, dan masih kemungkinan mereka berakhir—maaf—seperti para Potter," Jawab Hermione dengan sedikit tak nyaman dan Harry hanya menganggukkan kepalanya menandakan tidak apa-apa.

"Ayah dan Celine melihat Paman William dan Bibi Anna terbunuh di mansion itu. Jika saja Ayah tak cepat-cepat membawa Celine kemari—kemungkinan besar—"

"Jangan seperti itu Ron," Kata Hermione menuntut sambil matanya yang mulai berkaca-kaca. Ia tak kuat untuk membayangkan bagaimana sahabatnya itu tidak selamat dari serangan mereka.

Harry menatap sekali lagi wajah Celine. Kemudian ia mencium pucuk kepala gadis itu lalu memeluk gadis itu dengan lembut yang otomatis membuat Celine semakin mendekatkan dirinya pada Harry.

"Aku tak akan membiarkan mereka mendapatkan Celine."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hai semua selamat datang di fanfiction aku

Ngomong ngomong ini pertama kali aku nulis fanfiction dan aku yakin pasti masih berantakan jadi mohon dimaklumi 😭

Cerita asli milik J.K Rowling

Cerita ini lumahan berbeda dari yang ada di film ya jadi maklum i saja ya dan aku belum baca bukunya juga karena aku miskin dan tau diri. Aku juga agak kurang cocok sama buku tebal:))

Dan nama Pevensie aku juga pinjem aja dari C.S. Lewis jadi sebelumnya udah aku kasih tau ini bukan cerita asli, this is just a fanfict. So just for fun aja ye kan :)

Maaf kalau cerita ini nggak serapi atau sebagus punya yang lain tapi aku usahain sebisa aku buat bikin kalian paham sama cerita ini.

Jangan lupa vote dan komen ya terimakasih ✨

Continue Reading

You'll Also Like

256K 20.2K 98
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1.2M 63.1K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
295K 3.4K 78
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
99.4K 7.2K 49
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote