Can We? [COMPLETED]

By yeaaudry

1M 145K 31K

[Celine Story] Dibalik sifatnya yang ketus, ceplas-ceplos, dan ucapan yang keluar selalu sadis dari mulutnya... More

Can We?'01
Can We?'02
Can We?'03
Can We?'04
Can We?'05
Can We?'06
Can We?'07
Can We?'08
Can We?'09
Can We?'10
Can We?'11
Can We?'12
Can We?'13
Can We?'14
Can We?'15
Can We?'16
Can We?'17
Can We?'18
Can We?'19
Can We?'20
Can We?'21
Can We?'22
Can We?'23
Can We?'24
Can We?'25
Can We?'26
Can We?'27
Can We?'28
Can We?'29
Can We?'30
Can We?'31
Can We?'32
Can We?'33
Can We?'34
Can We?'35
Can We?'37
Can We?'38
Can We?'39
Can We?'40
Can We?'41
Can We?42
Can We?'43
Can We?'44
Can We?'45
Can We?'46
Can We?'47
Can We?'48
Can We?'49
Can We?'50
Can We?'51
Can We?'52
Can We?'53
Can We?'54
Can We?'55
Can We?'56
Can We?'57
Can We?'58
Can We?'59
Can We?'60
Cerita Baru!

Can We?'36

16.3K 2.3K 462
By yeaaudry

Sambil berjalan, Celine terus memeluk lengan Justin, tidak ingin dilepas sedikitpun. Untuk pertama kalinya, Celine ikut Justin ke kantor. Awalnya Justin tidak mengizinkan karena ia tahu Celine akan bosan dan pada akhirnya mengganggu kegiatannya, namun karena Celine marah Justin pun membiarkan Celine untuk ikut.

Celine duduk di sofa berukuran panjang sambil menonton drama Korea dari laptop sedangkan Justin sudah mulai bekerja.

"Gak ada makanan?" Celine menatap Justin.

"Tadi aku udah nawarin ke kamu mau bawa makanan apa enggak dan kamu bilang enggak, sekarang kamu mau makanan? Cemilan? Aku udah mulai kerja,"

Celine diam, bukan karena pasrah melainkan marah. Semenjak hamil jika Celine sedang marah atau kesal ia lebih memilih untuk diam di mana biasanya terus saja mengoceh.

"Biar aku ambil di bawah," Justin beranjak untuk mengambil makanan dan minuman di kantin kantor dan Celine langsung tersenyum cerah. Justin hanya mengambil makanan dan minuman tanpa mengeluarkan uang alias mengambilnya dengan gratis, bukan hanya untuk Justin, untuk seluruh karyawan kantor juga seperti itu.

Tidak lama Justin keluar, Archie masuk dan sempat membuat Archie terkejut karena kehadiran Celine.

"Tumben ke sini," Archie berjalan menuju meja kerja Justin dan menaruh sebuah buku berukuran tebal di sama.

"Karena lagi pengen,"

"Justin ke mana?"

"Ngambil makanan di bawah katanya,"

Archie berdiri di depan Celine, "beneran hamil ya, Kak?"

Celine langsung mengangguk, "udah lima minggu. Si Rora kapan? Kalian udah lama nikah masa belum punya anak,"

"Apaan nih bahas anak?" Justin berjalan cepat dan berdiri di sebelah Archie menatap Archie dengan tajam.

"Mungkin bentar lagi gue sama Rora punya anak," Archie melangkah pergi.

"Wah, lo..."

"Bodo amat," Archie tersenyum dengan ekspresi mengejek.

"Gue bakal bilang sama anak gue untuk jangan temenan sama anak lo, serius."

"Dih, apa sih lo." Archie tertawa lalu keluar dari ruangan Justin.

"Emang kenapa sih kalo anak kita seumuran sama anak mereka?"

Justin menaruh beberapa makanan dan minuman di meja, di dekat laptop Celine. "Kamu mau anak kita jadi asisten anaknya Archie?"

"Emang kenapa? Gajinya besar, udah kayak pengusaha."

"Tapi ribet, kerjanya ribet! Kamu gak ngerti." Justin kembali duduk di kursinya.

"Kamu bukan laki-laki yang pekerja keras, semoga aja anak kita nanti nurun aku, pekerja keras."

"Iyain."

-Can We?-

"Setiap pagi morning sickness, Cel?"

"Enggak, Mom, baru dua kali doang sih. Celine ngerasa kayak gak lagi hamil,"

"Sama, mommy waktu hamil Noah kayak kamu. Hamil Rora baru mual-mual terus, badan gak enak banget, jadi lebih sensitif banget sama hal-hal kecil."

Mendengar ucapan Afra barusan, Justin menjadi tidak tenang sambil membatin jika anaknya akan berjenis kelamin laki-laki nanti.

"Emang bedanya hamil laki-laki sama perempuan apaan?" Tanya Justin.

"Kalo mommy sih karena pernah hamil anak cewek terus cowok, pas hamil Rora morning sickness terus, perut lebih lebar, hamil Noah morning sickness gak separah hamil Rora, terus perut lebih lonjong gitu."

"Kamu gak sering morning sickness?" Tanya Justin.

"Enggak,"

Sial. Justin mengumpat di dalam hati dan kali ini ia berdoa semoga Aurora tidak hamil di saat Celine sedang hamil, jika hamil pun semoga anak Archie dan Aurora perempuan.

"Aku mau liat rumah kita dulu, udah sampe tahap mana." Justin beranjak dan pergi keluar dari rumah orang tuanya untuk melihat rumahnya yang sedang dibangun.

"Justin kenapa gak pengen ya anak kalian seumuran sama anak Archie Rora? Kalo soal Justin ngomong ribet jadi asisten buktinya daddy gak ada masalah selama kerja sama uncle Valdo, tapi iya emang capek tapi daddy gak pernah ngeluh kayak Justin. Malah kata daddy, uncle Valdo lebih parah dari Archie kalo kasih tugas, selalu serius, Archie aja yang lebih santai orangnya."

"Emang bener kata daddy, Justin kerja gak pernah bener tapi sok tersiksa."

Afra tertawa mendengar ucapan Celine.

-Can We?-

Celine meletak ponselnya melihat Justin masuk ke kamar sambil membawa segelas susu untuknya, memang selalu Justin lah yang membuatkan Celine susu dan itu akan terus berlanjut katanya.

Tapi, bagaimana jika Justin lembur dan pulang larut malam? Jawabannya, tidak akan pernah.

Justin tidak akan pernah lembur dan pulang larut malam dan itu sudah Justin katakan pada Archie dengan tegas dan Archie sendiri bingung harus bagaimana menghadapi Justin. Ingin memecatnya namun Justin merupakan teman sekaligus abang iparnya. Justin selalu pulang sekitar pukul 17:00 WIB dan paling lama pukul 18:30 WIB, jika pekerjaan kantor tidak bisa ia selesaikan maka akan ia bawa pulang, jika tidak bisa selesai juga maka akan Justin selesaikan keesokan harinya saat ia kembali lagi ke kantor.

Justin, asisten rasa bos.

Setelah meminum susunya, Celine berbaring di tempat tidur dan Justin juga. Justin langsung memeluk Celine dan memasukkan tangan kanannya ke balik baju tidur Celine, menyentuh langsung perut Celine.

Sambil mengusap perut Celine, Justin menciumi pipi Celine lalu beralih ke telinga.

"Aku lagi gak pengen," kata Celine membuat Justin berhenti seketika.

"Gak pengen?"

Celine menggeleng dan memejamkan mata dengan kepala yang miring ke kiri karena Justin berada di sebelah kanannya.

"Tapi aku lagi pengen,"

"Biasanya juga aku gak nolak, 'kan? Tapi kali ini aku emang gak pengen, kayaknya bawaan dari sini." Celine menyentuh sejenak perutnya yang tertutupi oleh tangan Justin.

Justin sedikit kecewa namun ia mencoba untuk mengerti keadaan Celine sekarang.

Celine membuka mata dan menatap Justin, "aku yakin sebelum kita nikah kamu pernah main sendiri."

Justin sedikit menaikkan alis.

"Main sendiri aja sana." Celine mengusap sejenak pipi Justin lalu berbaring menyamping ke kiri, membelakangi Justin.

Justin tidak ingin bermain sendirian, untuk menghilangkan hasratnya, Justin pun menghidupkan televisi untuk menonton acara pertandingan bola dengan volume yang begitu kecil agar Celine tidak terganggu.

"Sambil elus-elus perut aku dong,"

Justin yang semula berbaring terlengang sedikit miring agar tangan kanannya bisa menyentuh perut Celine dengan mudahnya.

"Besok anter aku ke salon, aku pengen potong rambut jadi sebahu."

Justin menatap rambut Celine yang panjangnya sampai ke punggung, dengan Celine mengatakan ingin potong rambut, entah mengapa Justin semakin yakin jika anaknya berjenis kelamin laki-laki nanti.

-Can We?-

"Baru potong rambut, Cel? Keliatan makin cantik udah gitu lebih fresh," kata Afra membuat Celine tersenyum senang dan menyentuh sejenak rambutnya yang kini panjangnya hanya sampai bahu, tepat menyentuh bahunya.

"Rora juga mau potong rambut kayak Kak Celine tapi Archie gak bolehin," Aurora berbicara dengan nada sedih sambil melirik Archie yang sedang duduk bersama Justin, Mike dan Valdo.

"Kalo gitu mommy pengen potong rambut juga, kayak Celine, mommy emang pengen banget punya rambut pendek."

"Emang daddy bolehin?" Tanya Aurora.

"Boleh dong, daddy gak pernah larang mama kalo emang mau potong rambut atau mau ngapain."

Aurora tampak iri dengan Celine dan Afra.

"Potong aja, Ra. Archie gak bakal marah, ntar lo potong rambutnya bareng mommy biar Archie gak kesel apalagi marah." Ujar Celine.

"Rora gak sendiri, daddy juga gak bolehin mommy potong rambut, walaupun dikit." Kata Naya membuat Aurora tidak terlalu merasa iri dan sedih karena ia memiliki teman senasib.

"Potong aja, kalo para suami kita udah cinta banget sama kita gak akan marah kok, paling cuma ngedumel di dalem hati." Kata Afra membuat Aurora dan Naya mencoba melakukan pertimbangan.

"Mily juga mau potong rambut tapi Mily gak punya suami, boleh?" Celetuk Emily membuat para wanita itu menoleh dan tertawa.

"Noah gak punya suami," sahut Noah dengan punggung yang bersandar pada Emily karena Emily melingkarkan tangan di lehernya dari belakang sambil mereka berdiri.

"Nanti Noah bakal punya istri, bukan suami, Nak." Kata Afra disela-sela tawanya dan Noah mengangguk walaupun tidak mengerti.

"Jadi nanti kita bakal potong rambut bareng-bareng? Kalian mau potong rambut kayak Celine?" Tanya Naya menatap bergantian Aurora dan Afra yang mengangguk dengan kompak.

"Kayaknya suami-suami kita bakal langsung bingung atau mungkin kaget liat model rambut kita sama semua," Afra tertawa begitu juga dengan Celine, Aurora, dan Naya.

"Maaf mengganggu, Nyonya-Nyonya. Pesawat akan segera landing sebentar lagi di bandara John F. Kennedy, mohon untuk duduk di kursi masing-masing." Ujar seorang pramugari lalu setelah itu memberitahu Justin dan yang lainnya.

Mereka semua sedang dalam perjalanan menuju New York untuk melihat rumah lama, untuk keadaan di Indonesia bisa dikatakan mereka terbebas dari ancaman yang dulu pernah mereka dapat, khususnya keluarga Valdo. Dan untuk di New York, keamanan untuk mereka belum terjamin namun karena tujuan mereka bukan untuk liburan melainkan ingin melihat bagaimana keadaan New York sekaligus mengunjungi rumah lama Valdo dan Mike, mereka memutuskan untuk datang ke kota itu dengan keamanan ekstra untuk berjaga-jaga.

Untuk Celine yang sedang hamil boleh dan aman menaiki pesawat karena Celine masih trimester pertama hingga sebelum minggu ke 37 Celine diperbolehkan menaiki pesawat. Dan untuk hewan peliharaan Celine, mereka Celine berikan kepada Cleirin untuk dirawat selama ia dan Justin pergi.

-Can We?-

Celine memperhatikan interior rumah yang merupakan rumah Mike di mana baru kali ini ia datang dan menginjakkan kaki di rumah dua lantai itu. Sama seperti rumah Valdo yang berada jauh dari keramaian, rumah Mike juga sama seperti itu, bisa dikatakan berada di tengah hutan namun tidak terlihat menyeramkan.

"Kapan terakhir kali kamu ke sini?" Tanya Celine seraya berdiri di dekat jendela.

"Waktu anter Rora operasi mata,"

"Apa kita bakal ketemu Daisy di sini?"

"Gak mungkin, kita juga gak akan ke mana-mana, rumah ini jauh dari kota."

"Kalo ketemu gimana?"

Justin memejamkan mata sejenak dan menghela napas, "gak akan, oke?"

"Kan aku nanya kalo ketemu gimana?"

"Gak akan, Cel."

"Ih, aku nanya kalo ketemu gimana?!"

"Gak akan, Celine. Percaya aku, gak akan, gak ada kata kalo."

Celine duduk di tempat tidur dengan wajah cemberut karena nada suara Justin terdengar marah dengannya padahal Celine hanya bertanya.

-Can We?-

Celine sedang mengalami kram atau nyeri pada perutnya, atau lebih tepatnya dibawah perut. Hal itu normal terjadi pada awal kehamilan atau trimester pertama, rasa sakitnya seperti ingin menstruasi ataupun sedang menstruasi.

"Kata mommy minum air anget, jangan selalu tiduran atau duduk, berdiri, jalan santai." Justin masuk ke kamar sambil membawakan air hangat untuk Celine yang sedang berbaring meringkuk di tempat tidur.

Justin menyelipkan tangannya dibelakang leher Celine dan membantu Celine untuk duduk dan memberikan air hangat yang sudah ia bawa.

Setelah minum, Celine melingkarkan tangannya di pinggang Justin dan menyembunyikan wajahnya di perut Justin dengan posisi Justin berdiri dan Celine masih duduk di tempat tidur.

"Masih sakit?" Justin meletak gelas di nakas.

Celine mengangguk.

"Rasa sakitnya kayak apa?"

"Mens." Jawab Celine masih menyembunyikan wajahnya di perut Justin.

"Ayo kita keluar, jalan-jalan, tapi di rumah aja." Justin menggenggam tangan Celine dan membantu Celine untuk berdiri dan mendekatkan sendal untuk Celine pakai ke kaki Celine.

Sebenarnya Celine sangat malas, namun karena Justin memaksanya, Celine mau dan berjalan dengan langkah kecil sambil menggenggam tangan Justin di mana rumah sangat sunyi karena memang sudah tengah malam.

Can We?

Qotd: ada yang yakin juga kalo anak Justin Celine laki-laki?

Tunggu kelanjutannya!👋🏻

Continue Reading

You'll Also Like

AIR By M A W

Teen Fiction

174 61 7
Damai Tenang Dan menghanyutkan. Tiga kata yang ada di dalam diri seorang Air Nakhla Adinata. Mencintai seorang perempuan bernama Embun, membuat Air...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.3M 268K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
840K 60.9K 35
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...