KIRANA (COMPLETED)

By bibibugu

10.6K 518 5

Kalo saja waktu itu Kirana tidak nembak ketua OSIS SMA Samudera. kalau saja waktu itu Kirana tidak mengiyakan... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
sekali lagi
halo guys

Bab 23

176 10 0
By bibibugu

"Oke berarti yang jadi sekretarisnya Kirana," Keputusan nya untuk datang salah.

"Kirana sini," Eza menepuk tempat yang berada di sisinya.

Mata Kirana berlari mencari keberadaan Dela. Dengan cepat Kirana melompat ke samping sahabatnya. Ia tidak mau duduk di depan.

"Lu disuruh kesana," Kirana menggeleng.

Set.

Seseorang memegang pergelangannya. Mata Kirana menoleh.

"Duduknya didepan, engga denger ya?" Ni orang bener-bener deh.

Dela memperhatikan kedua orang itu. Tanpa persetujuan, Hilmi menarik tangan Kirana. Wanita itu otomatis berdiri.

Ah

Ia mendumel kesal. Kirana terpaksa mengikuti karena osisinya diujung malu. Hilmi membawanya ke barisan depan dan mendudukkannya tepat di samping seseorang. Bahu Kirana menyentuh seseorang. Orang itu menoleh, melirik wanita yang ada disamping.

"Diem-diem sini," kata Hilmi lalu duduk di samping Kirana.

Kirana menoleh ke Kiri.

Deg.

Matanya bertemu dengan mata Adrian. Buru buru ia memperbaiki duduk dan membuang pandangannya.

Ah.. Astaga.

"Drian," panggil Hilmi. Mereka berbicara tepat di muka Kirana. "Kemarin Bu Umi chat gua,"

Kirana memundurkan sedikit wajahnya, supaya kedua lelaki yang berada disampingnya bisa bicara dengan jelas.

"Bilang apa?" Tanya Adrian.

"Lu baca sendiri ni," Hilmi memberikan ponselnya.

Ish.

Kenapa Kirana mesti ada ditengah tengah si? Keberadaan Kirana seperti transparan. Atau Kirana memang tampak goib?

Adrian memberikan benda itu kembali. "Nanti gua yang ngomong," kata Adrian ke Hilmi. Hilmi mengangguk.

Eza melanjutkan pembicaraannya ke forum.

"Eh," Kirana menoleh

"Iya?" wanita itu tampak kaget.

"Tolong ambilin pulpen yang di deket Hilmi itu,"

Adrian menunjuk. Kirana melirik ke arah yang sama. Tangannya terulur untuk mengambil.

Set.

Jari Adrian menyentuh sedikit jari Kirana. Kirana menelan ludah.

"Makasih," Adrian menarik benda itu. Wanita itu mengerjapkan mata beberapa kali.

---

Anggota OSIS yang lain sudah pulang kecuali panitia inti. Kirana masih disana. Masih diposisi yang sama juga. Kedua lelaki itu juga belum bergerak sama sekali.

"Mau kemana?" Tanya kedua lelaki bersamaan saat Kirana beranjak. Mata wanita itu bingung melihat kemana.

Ke Adrian atau Hilmi.

"Ke toilet," matanya ke kiri dan ke kanan. Mereka mengangguk, dengan cepat Kirana berlari.

"Huh," Kirana keluar dari WC, ia berjalan mencuci tangan. Seseorang datang. "Kirana," Mata Kirana mencari.

"Ka Oliv?"

"Kamu ko masih disini?" Kirana menutup keran.

"Iya, masih rapat," jawab Kirana.

"Oh, Kamu panitia inti?"

"Iya," Oliv mencuci tangannya juga.

"Jadi apa?" Raut wajah nya sedikit berubah.

"Sekretaris ka," Oliv tidak melihat ke arah Kirana hanya fokus ke tangannya. "Kalau gitu, aku balik ke ruang OSIS lagi ka," Oliv diam tidak menjawab sama sekali. Kirana pergi.

Entah kenapa, karena kejadian di rest area kemarin membuat Kirana malas untuk bertemu Oliv, apalagi masih teringat tentang Oliv dengan Adrian.

Kakinya melangkah masuk, tidak ada Hilmi. Tapi Adrian masih di posisi yang sama. Kirana duduk di tempat tadi.

Ponsel berbunyi. Bukan punyanya. Tapi milik seseorang disamping kiri Kirana. Mata Kirana langsung tertuju ke layar.

Oliv

Adrian sedang membaca laporan, matanya teralihkan ke benda itu lalu melirik Kirana sedikit. Tangannya menangkap dan memencet tombol hijau.

"Halo, iya, iya, tunggu sebentar,"

Kecurigaan Kirana bertambah dua kali lipat. Adrian menjawab singkat, ia tidak mau Kirana mendengar percakapan mereka. Mood Kirana tiba-tiba menurun. Perasaan aneh yang belum Kirana ketahui menjalar ke tubuhnya. Tidak mungkin cemburu kan?

Kirana harus pindah. Ia tidak bisa berlama-lama berada di samping lelaki itu. Kakinya bergerak.

Set.

Adrian memegang. Kepala Kirana menoleh.

"Kenapa?"

"Mau kemana?" tanya Adrian.

"Kesitu gabung sama ka Adam, ka Naya," Kirana melirik ke genggaman Adrian yang belum lepas, Adrian melepas.

Kirana beranjak mendekati Adam dan Naya. Kenapa keadaannya seperti ada yang mengganjal? Bahkan mereka tidak ada hubungan apa-apa. Adrian keluar, Kirana melirik sedikit.

---

Adrian menghampiri Oliv di dekat parkir.

"Udah selesai belum?" Tanya wanita itu.

"Belum," jawab Adrian malas.

"Masih lama?"

"Engga tau,"

"Aku tunggu di mobil kamu aja ya? Mana kuncinya?" Tangan Oliv meminta. Adrian menatap.

"Kamu pulang aja," Tangan Oliv turun. Matanya menatap tanya.

"Takut kelamaan," kata Adrian lagi. Oliv tau jawabannya.

"Aku engga papa nunggu kamu," kata Oliv.

"Jangan, aku engga mau kamu nunggu,"

Wanita itu, benar benar bisa membuat Adrian beralih

"Kenapa aku engga boleh nunggu?"

Adrian mengambil ponselnya lalu memesan ojek online. Oliv memperhatikan gerak-gerik laki laki itu.

"Aku udah pesen in kamu ojek online, udah aku bayar juga, kamu tunggu di depan gerbang ya," Adrian memasukkan kembali ke saku celana.

"Adrian," Oliv tidak suka diperlakukan seperti ini. Adrian berjalan menjauh.

"Hati-hati," badannya berbalik. Oliv mendengus kesal. Kedua rahangnya beradu.

---

"Adrian," panggil Hilmi. "Gua balik duluan ya," katanya.

"Mau kemana?"

"Gua mau pergi dulu," Hilmi menepuk pundak Adrian lalu pergi. Adrian masuk kembali, melihat Kirana sedang berdiskusi dengan yang lain.

"Ka Adrian," panggil Adam. Adrian mendekat.

"Waktu kemarin sekretaris nya siapa ka?"

"Gua," jawab Adrian.

"Kirana bingung buat proposal nya," Mata Adrian beralih.

"Nanti gua kirimin," kata Adrian. Kirana mengangguk.

"Nomor What'sup lu berapa?" Adrian mengeluarkan handphone. Tangan Kirana meminta, dan mengetik nomor lalu memberikan kembali. "Nanti malem gua kirim,"

"Iya," Naya melihat tidak suka, matanya memutar.

"Untuk surat menyurat apa aja ka?" Tanya Adam.

"Engga banyak ko, nanti gua kirim semua ke Kirana," kata Adrian.

"Berarti udah kelar ya masalah itu, beralih ke rundown nya ni,"

Mereka rapat sampai menunjukkan pukul enam.

"Ka Hilmi kemana?" Tanya Kirana.

"Pulang," jawab Naya datar. "Gua duluan ya," lalu pergi meninggalkan Kirana.

"Mau bareng?" Mata Kirana bengong. Benarkah Adrian menanyakan itu padanya? "Mau bareng engga?" Tanyanya lagi. Kirana masih menatap lelaki itu dengan aneh. "Udah malem,"

Adrian melihat langit yang semakin gelap. Kirana tidak lepas dari mata lelaki itu. Tangannya melambaikan ke hadapan Kirana. Wanita itu mengerjap, menyadarkan dari lamunan.

"Mau pulang bareng engga?" Tanya lagi.

Eza memperhatikan dari jauh. Langkahnya mendekat.

"Kirana pulang sama lu?" Tanya Eza, raut wajahnya menggoda. Adrian ragu. Bukan. Ia lebih ke malu mengungkap.

"Udah malem, biar sekalian," jawab Adrian dengan alasan.

Eza mengangguk mengerti. Apapun alasannya. Ia senang Kirana bersama Adrian.

"Gua duluan," Eza pergi meninggalkan mereka

"Ayo," Kirana bahkan belum menjawab sedikit pun. Adrian melangkah dan berpamitan kepada semua orang masih berada disana.

Beneran engga si Adrian ngajak pulang bareng? -Kirana

Mereka sampai parkiran. "Masuk," Matanya melebar.

Mobil? - Kirana

"Ayo cepet naik,"

Adrian masuk.

Di mobil? Berduaan? Gila. Bakal ada jangkrik pasti -Kirana

Dengan langkah pelan dan penuh keraguan Kirana membuka pintu samping kemudi.

Duk..

"Ah," Kirana mengaduh. Kepalanya terbentur.

Sakit? Tidak begitu. Malu? Luar biasa sangat. Adrian menoleh cepat.

"Engga papa?" Tanyanya. Kirana mengusap kepalanya.

"Ppftt," Adrian menahan tawa. Kirana menatap.

"Untung mobil gua engga penyok," kata Adrian. Kirana melirik kesal. Kenapa bukan dirinya yang dikawatirkan? Wanita itu mendengus lagi. Ia sedang malas beradu argument dengan Adrian.

"Sakit ya?"

"Menurut lo?" Adrian tidak bisa menahan senyum.

"Diusap usap ke, apa ke, dasar laki-laki jaman sekarang, suka memperlakukan wanita dengan sesukanya aja," umpatan Kirana semakin membuat gelitik Adrian.

"Tuh kan malah makin ketawa," Kirana menatap kesal.

Adrian mendekat. "Sini, sini, gua usapin," tangan Adrian meraih kepala Kirana. "Masih sakit?"

Sepasang dua bola mata itu bertemu. Wangi parfum Adrian pun terasa sangat nyaman untuk dihirup, bahkan garis wajahnya Nampak sangat jelas.

Astaga. Sadar Kirana. Sadar. Buru-buru Kirana menurunkan tangan Adrian. Pandangan berlari kesegala arah.

Kirana menelan ludah. Hampir aja, kalau tidak nanti setan akan menghampiri.

"Udah engga sakit," kata Kirana gagap.

--- 

Continue Reading

You'll Also Like

19.3K 1.3K 40
Cinta atau persahabatan? Mana yang akan kau pilih? Sona, Agam dan Manu. Ketiga anak SMA itu telah bersahabat sejak lama. Bahkan persahabatan mereka s...
78K 7.9K 27
Kehidupan Jungkook dan RosΓ© setelah menikah. ditambah dengan hadirnya sosok baru dalam keluarga kecil mereka. Namun di balik kebahagiaan pernikahan...
561K 18.6K 60
FOLLOW SEBELUM BACA. [TAHAP REVISI]βœ” Cover by: @graphicmelodi πŸ“Œhighest rank: #1 in puisi (19-01-21) #1 in acak (10-06-20) #1 in masasma (24-07-20) #...
41.5K 5K 42
JUDUL AWAL LOVE IN SILENCE Hanya karena aku tak bisa mengungkapkan, Bukan berarti aku tak menyimpan perasaan yang dalam ...