𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。

By itz-vyy

7.3K 1.4K 204

「Kim Jennie ft. Jeon Wonwoo.」 ❝Sebuah kesalahan kecil bisa menjungkir hidupmu sampai seratus delapan puluh de... More

◑ Preface ◐
-OO-
-O1-
-O2-
-O3-
-O4-
-O5-
-O6-
-O7-
-O8-
-O9-
-1O-
-11-
-12-
-13-
-14-
‐15-
-16-
-17-
-18-
-19-
-2O-
-21-
-22-
-23-
-25-
-26-
27.
-28-
-29-
-30-
-31-
-32-
-33-

-24-

135 37 6
By itz-vyy

  "Kita tidak bisa dapat keterangan apa pun dari Chaerin." Wonwoo menghela napas gusar begitu kembali sehabis menginterogasi Chaerin.

Gadis itu dipulangkan beberapa saat lalu, akibat tidak ditemukan bukti lebih lanjut serta alibi Chaerin pada malam kematian orang tua Livy. Apa lagi, ayahnya adalah seorang walikota. Tentu saja Chaerin semakin mudah pergi begitu saja.

"Hyung, mendadak aku memikirkan gadis yang waktu itu merusuh di kantor kita." Seokmin tiba-tiba bicara.

"Benar, sejujurnya aku juga sempat terpikir soal gadis itu saat menginterogasi Chaerin tadi," respon Wonwoo.

Livy mengerutkan keningnya. "Terus kenapa kita tidak mengunjungi gadis itu saja? Mungkin kita bisa dapat keterangan, seperti apa yang gadis itu lihat di malam kejadian, atau kenapa ia berlari ketakutan begitu."

Wonwoo membuka mulutnya, hendak menjawab pertanyaan Livy. Namun, lagi-lagi aksi lelaki itu terpotong oleh suara telepon di mejanya.

"Dengan unit jatanras satu kepolisian Mapo, ada yang bisa kami bantu?"

Livy memperhatikan Wonwoo dari posisinya saat itu. Menjawab telepon dengan nada malas, wajah Wonwoo kelihatan sekali seperti orang kurang istirahat. Waktu pertama kali si gadis Seo bertemu Wonwoo---tepatnya saat mereka sama-sama menginjak bangku SMA---lelaki itu tampak lebih baik dari sekarang. Dengar-dengar, sejak dulu Wonwoo memang pekerja keras. Tapi Livy tidak pernah menemui gurat kelelahan pada wajah lelaki itu. Bahkan waktu Livy pertama bertemu dengannya lagi sebagai tersangka, Wonwoo juga masih lebih baik dari pada sekarang.

Kali ini, si Jeon bahkan sudah membentuk lingkaran hitam di area matanya. Entah Wonwoo tidak dapat beristirahat dengan cukup karena sibuk menyelidiki kasus ini, atau karena lelaki itu memang tidak mau beristirahat sejenak. Padahal, Livy pikir Wonwoo tidak akan peduli padanya sampai akhir. Rupanya, hati nuraninya sebagai manusia dan seorang polisi masih ada.

Sibuk memperhatikan presensi si Jeon, Livy juga menyadari kalau ekspresi lelaki itu berubah mendadak. 

"Apa? Apa ada saksi? Baiklah, kami segera tiba di lokasi." Lelaki itu lantas menutup telepon dengan ekspresi sulit terbaca.

Sesaat setelahnya, Wonwoo menatap Livy dan Seokmin dengan pandangan kesal. "Sialan, kita sudah didahului lagi!"

Mobil dengan sirine polisi itu membelah bulevar dengan kecepatan penuh. Yang menyetir bukan Seokmin, bukan juga Wonwoo, melainkan si gadis Seo.

Saat mendengar kalau mereka sudah telat selangkah lagi dari si pelaku, Livy langsung mengusulkan diri untuk mengambil alih kemudi. Tentu saja hal itu disetujui langsung oleh Wonwoo, meski ditentang oleh Seokmin. Sebab, mereka adalah saksi dari aksi Livy yang bahkan bisa membelah kemacetan jalan waktu itu.

"Nunim! Pelan sedikit, nyawaku seperti mau copot dari badan!" Protes Seokmin saat Livy terus mengemudikan mobil dengan cepat tanpa memperdulikan kondisi para penumpang dan pengguna jalan lain.

Lain hal dengan Seokmin yang sedari tadi terombang-ambing di kursi penumpang belakang, Wonwoo yang ada di samping Livy justru fokus menatap jalan sambil tangannya memegang erat sabuk pengaman.

"Persetan dengan kalian semua!" Livy semakin menjadi-jadi mengemudikan mobil itu.

"Bukankah ini seru?! Astaga, sudah lama aku tidak begini!" serunya senang.

Wonwoo hanya diam sambil membaca doa dalam hati. Meski begitu, ia tetap mengontrol ekspresinya agar tidak jadi bahan tertawaan sang adik tiri. Sementara di belakang, Seokmin mengeluarkan sumpah serapah langsung pada Livy.

"Sialan, kita bisa kena tilang kalau begini, Nunim!" Lelaki Lee itu kembali merengek, tapi lagi-lagi tidak dipedulikan oleh Livy.

Laju mobil itu sudah memelan saat hampir sampai tujuan, tapi masih sanggup membuat Seokmin mual tidak karuan ketika turun dari dalamnya.

Lokasi kejadian terlihat ramai oleh orang-orang penasaran yang berkerumun, serta beberapa petugas yang mengamankan TKP. 

"Bagaimana kondisi korban saat ditemukan?" Wonwoo langsung bertanya tanpa basa-basi ketika salah satu petugas menghampirinya. 

"Korban ditemukan tewas gantung diri di dalam kamar apartementnya sekitar jam delapan tadi. Yang menemukan adalah adiknya."

Wonwoo melangkah memasuki TKP diikuti Livy dan Seokmin di belakangnya. "Apa tidak ditemukan keberadaan orang lain di sini?"

"Tidak, Pak."

Saat si lelaki Jeon itu memasuki kamar korban, netranya menangkap eksistensi seorang gadis yang tengah duduk di ranjang sambil menatap kosong ke atas, tepatnya ke arah tali yang menjuntai dari atas sana.

Wonwoo jadi otomatis teringat saat pertama kali ia menemukan Livy di rumah besar milik si gadis. Gadis itu dulu juga terduduk diam sambil menatap kosong ke tempat orang tuanya meninggal.

Helaan napas lantas keluar dari bibir pemuda itu. "Gadis itu kenapa di sini?"

"Maaf, Pak. Kami sudah berusaha menyingkirkan dia dari lokasi kejadian, tapi ia tidak mau pergi dan terus duduk di sana," jelas si petugas.

"Apa dia adik korban?"

Petugas itu mengangguk. "Benar. Sepertinya tadi ia baru pulang dari sekolah."

Begitu mendengar ucapan petugas itu, Wonwoo baru menyadari kalau gadis di hadapannya memakai seragam yang sama seperti milik Yerim dan Chaerin. Makin diperhatikan, rasanya bentuk tubuh gadis itu juga tidak asing bagi Wonwoo.

Wonwoo mendekat ke arah gadis itu, hendak memeriksa apakah benar ia adalah gadis yang dikenal Wonwoo. Gadis itu menoleh saat Wonwoo memegang pundaknya.

"Sooyoung?" Wonwoo mengerutkan dahi saat mendapati bahwa gadis itu memang benaran Sooyoung, teman baik Yerim. "Apa kau adik korban?" tanya lelaki itu lagi.

"O-oppa ...." Tangis Sooyoung yang semula sudah terhenti, kini kembali terdengar begitu Wonwoo mengajukan pertanyaan tadi. "Aku harusnya pulang lebih cepat ... aku harusnya langsung pulang ...."

Wonwoo memeluk gadis itu, berusaha memberi ketenangan dengan menepuk-nepuk kecil punggungnya. "Sudah, ini bukan salahmu, Sooyoung-a." Ia kemudian mengurai pelukannya setelah beberapa saat. "Oppa pasti akan menangkap pelakunya supaya Kakakmu tenang di sana."

Setelah keadaan Sooyoung cukup tenang, Wonwoo membawa gadis itu ke luar agar tidak menghambat proses investigasi.

"Korbannya bernama Park Soo Ah, mahasiswa tingkat akhir. Tapi yang lebih penting adalah, ia juga gadis pembuat onar waktu itu." Seokmin menjelaskan informasi pribadi korban pada Wonwoo dan Livy.

Livy berdecak kesal. "Padahal kita baru berencana menyelidikinya dengan harapan bisa dapat petunjuk, tapi si sialan itu sudah lebih dulu membungkam mulut Soo Ah selamanya."

"Benar. Kita tidak bisa menyelidiki lewat Chaerin. Selain karena latar belakangnya yang menyulitkan, gadis itu juga tidak tahu apa-apa. Beda dengan Soo Ah yang sepertinya melihat sosok itu," timpal Wonwoo.

Seokmin mengacak surainya sendiri, merasa persoalan ini makin rumit. "Apa kita pergi ke dukun saja, biar arwah Soo Ah dipanggil dan bisa kita interogasi."

Setelah kalimat itu usai diucapkan dan didengar, Wonwoo langsung melempar bolpoin di dekatnya ke arah Seokmin. "Masih waras, tidak?"

Namun, lain hal dengan Livy yang seperti menyetujui ucapan Seokmin. "Aku tahu siapa yang bisa membantu!"

"Nunim, kau punya kenalan dukun?"

Gadis Seo itu mendengus. "Siapa bilang aku mau menemui dukun." Ia tersenyum penuh arti. "Ayo kita makan ramen minimarket!"

Mendengar ucapan Livy, Seokmin mengernyit heran. "Nunim, kau ini kenapa malah mengajak makan ramen?"

Wonwoo yang mengerti maksud adik tirinya, langsung menyetujui usulan itu. "Kalian pergilah makan ramen, aku akan melanjutkan penyelidikan di sini dulu."

"Apa? Kenapa kau tidak ikut?"

Si Jeon tersenyum pada Livy. "Harus ada yang memimpin penyelidikan di sini, bukan? Siapa tahu ada petunjuk."

Livy mengangguk. "Benar juga. Kalau begitu, ayo Seokmin-a." Gadis itu segera menyeret Seokmin pergi dari sana.

Wonwoo kini mulai memindai seisi ruangan. Dalam sepersekian sekon kemudian, ia baru ingat sudah melempar bolpen yang bukan miliknya saat menanggapi ucapan Seokmin tadi. Lelaki itu merunduk, berusaha mengambil bolpoin yang jatuh ke dalam kolong kasur. Namun, siapa sangka kalau tangan Wonwoo malah bersentuhan dengan sesuatu.

Wonwoo melongokkan kepalanya ke bawah kolong, mendapati sebuah kotak seperti koper uang berada di sana. Ditariknya kotak itu, bersamaan dengan Wonwoo yang mengambil bolpoin tadi.

"Apa ini?" Wonwoo membuka kotak itu. Meski agak sulit, tapi akhirnya ia bisa melihat isi di dalam kotak itu.

Di dalam sana, ada semacam berkas kasus lawas yang bentuknya sudah kusut. Ekspresi Wonwoo berubah kaget saat membaca berkas kasus itu.

"Ini ... kenapa masih ada yang menyimpan berkasnya?"

Livy dan Seokmin kini tengah berada di minimarket yang biasa didatangi si gadis Seo. Di hadapan mereka, masing-masing ada satu cup ramen yang sudah siap disantap.

"Aku tidak paham, kenapa Nunim malah mengajak makan ramen? Padahal situasi sedang seperti ini," ujar Seokmin, lantas mulai meniup-niup ramennya sebelum di makan.

"Ah, nanti kau juga tahu." Livy memindai sekeliling minimarket itu, mencari keberadaan nenek peramal. Aneh sekali, sudah beberapa kali Livy mencari si nenek ke sana, tapi tidak juga bertemu lagi.

"Omong-omong, kenapa Nunim terus tinggal di rumah Wonwoo hyung?"

Livy mengalihkan atensi pada Seokmin. "Iya juga. Sebenarnya aku merasa bersalah karena terus membebani Oppa. Tapi kalau mau tinggal di rumah itu lagi, aku juga tidak berani." Tangan Livy mengaduk-aduk ramennya, seperti menyalurkan rasa bimbang.

"Tapi kau beruntung, Nunim. Aku belum pernah lihat Wonwoo hyung dekat dengan gadis selain Yerim. Apa mungkin karena kau dan Yerim adalah keluarganya yang tersisa, ya?"

"Aku jadi ingat sesuatu." Livy meletakkan sumpitnya. "Sebenarnya apa yang terjadi pada keluarga Wonwoo oppa?"

Seokmin mengusap tengkuknya. "Ah itu, aku tidak yakin apa ini boleh diceritakan."

Mendengar penuturan Seokmin, Livy tampak tidak terima. "Hey, aku juga keluarganya."

Si pemuda Lee menghela napas. "Soalnya ini masalah sensitif, Nunim." Seokmin mendekatkan kepalanya pada Livy, begitu juga dengan gadis itu. Ia lantas berbisik, "Dulu ada sebuah kasus yang menggegerkan masyarakat. Nunim ingat soal pemerkosaan dan pembunuhan pada siswa SMA Sanpil? Nama sekolah itu 'kan bagus sekali, tapi langsung tercemar begitu saja setelah kasus itu mengudara."

Livy mengingat-ingat kembali. Sepertinya memang pernah ada kasus yang heboh begitu ketika ia masih SMA. 

"Sebenarnya siswa itu tidak langsung meninggal, tapi ia dibunuh saat dalam masa perawatan di rumah sakit," lanjut Seokmin. "Aku tidak tahu bagaimana ceritanya, tapi setelah hampir satu bulan dicari, tiba-tiba pelaku pembunuhan kasus itu muncul begitu saja."

Seokmin semakin mengecilkan suaranya. "Pelakunya adalah Ayah Yerim."

Ekspresi Livy berubah kaget. "Apa itu serius?"

Seokmin menjauhkan kepalanya, kembali ke posisi semula. Ia menggedikkan bahu. "Aku tidak tahu kebenarannya, tapi Ayah Yerim langsung dieksekusi mati." Seokmin menghela napas lagi. "Itulah awal mula kehancuran keluarga Wonwoo hyung. Aku rasa ibunya juga tidak kuat setelah mengalami peristiwa itu, jadi bunuh diri."

"Sudahlah, Nunim. Jangan dibahas lagi. Aku saja tidak tega. Lagi pula, kasus itu jadi kasus terlarang." Seokmin kembali menyantap ramennya.

"Kasus terlarang?" Livy mengerutkan kening.

"Masyarakat enggan mengungkit kasus itu karena merasa kasihan pada korbannya. Jadi kasus itu seperti terlarang untuk dibicarakan."

Padahal selama tahun-tahun itu, Livy bahkan tidak tertarik melihat berita soal kasus tersebut. Siapa sangka kalau kasus itu justru yang menghancurkan keluarga Wonwoo dan memisahkan Livy selamanya dari sang Ibu tiri.

"Jadi ini alasan kenapa Oppa sangat menjaga Yerim ...?"

Dari kejauhan, seorang wanita tua berdiri menatap Livy. "Sebentar lagi waktunya tiba, semoga kau tetap selamat hingga akhir, Nak."

[]

Kangen aku ga? /*nyengir

Continue Reading

You'll Also Like

MONSTERS? By rachel

Mystery / Thriller

5.3K 604 35
" Aku membutuhkan darahmu sayang, untuk hidup ku " - monsters. *** Di malam hari, banyak manusia yang menghilang karena muncul suara seruling yang t...
4.1M 512K 80
Pembelian Novel Version bisa di shopee momentous.publisher❤ Elbiana Angelista Dewaga, siswi cantik SMA Cendrawasih yang terkenal bersikap dingin dan...
561K 85.3K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
481K 22.6K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...