Part 16 | Fine or Not Fine
Dia selalu terlihat ceria untuk menutupi semua rasa sakit yang diterimanya, entah itu dari pembenci atau penyakit yang dideritanya
🐾🐾🐾
Doyoung yang baru siuman telah dipindahkan ke kamar perawatan. Begitu pun dengan manager mereka. Para anggota tampak berada di dalam untuk menjenguknya.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Taeyong yang berdiri di sisi kanannya.
Doyoung meliriknya dan berujar pelan. "Aku merasa sedikit baik. Walaupun sesekali merasakan sakit kalau kakiku digerakkan."
Taeyong menganggukkan kepalanya kemudian pandangannya teralih pada para anggota yang tampak tengah mengajak Manager Hyung bercanda. Jujur saja, ada sedikit perasaan lucu melihat mereka mengenakan perban seperti mumi. Namun, tetap saja penyebabnya membuat dia dan yang lainnya begitu khawatir.
Kecelakaan mobil? Well, siapa yang akan menyangka kalau ketiganya terlibat dalam kejadian mengerikan seperti itu.
"Hyung, apa Renjun akan baik-baik saja?" tanya Doyoung.
Taeyong kembali menatapnya. Netra obsidian itu memancarkan sorot cemas dan penuh harap. Helaan napas pelan lolos dari bibirnya. "Berdoalah supaya dia cepat sadar dari komanya. Aku yakin kalau dia akan baik-baik saja. Renjun itu anak yang kuat," katanya sambil mengelus bahu Doyoung untuk menenangkan sahabatnya itu.
"Aku tidak tahu kalau akan begini jadinya? Pantas saja perasaanku sangat tidak tenang saat itu." Bibirnya menipis, merasakan sedih dan bersalah. "Semua kejadian memang tidak terduga kapan terjadinya," lanjutnya teringat perkataan pemuda Huang itu ketika kecelakaan belum terjadi.
Taeyong termenung sejenak, lalu mengangguk. "Kau benar."
Pandangan Doyoung beralih pada anggota WayV ( kecuali Yangyang ) yang terlihat kelelahan. Mereka tertidur di sofa ruangannya. Sedangkan lainnya tampak menghibur Sicheng yang sepertinya masih terkejut. Terlebih ketika mengetahui jika adik yang disayanginya mengalami kecelakaan seperti ini dan sampai sekarang belum sadar sama sekali.
Kemudian Doyoung mengedarkan penglihatannya ke segala penjuru. Entah kenapa dia merasa ada yang kurang. Keberadaan para Dreamies dan anggota termuda WayV, Yangyang.
"Dreamies dan Yangyang kemana, Hyung?"
"Mereka masih berdiri di depan ruangan perawatan di mana Renjun koma. Katanya mereka tidak mau berjauhan dari Renjun," jawab Taeyong.
Doyoung menganggukkan kepalanya paham. Tentu saja mereka tidak akan meninggalkan salah satu sahabatnya dalam keadaan apa pun. Apaalgi salah satunya sedang berjuang antara hidup dan kematian. Pastinya mereka akan selalu berdoa dan menemaninya. Doyoung salut dengan persahabatan para pemuda itu. Terlebih dengan yang kelahiran tahun dua ribuan. Mereka seperti memiliki ikatan yang sangat kuat layaknya saudara.
Meskipun terkadang membuatnya bergidik ngeri dengan kelakuan para remaja yang menurutnya kejam itu.
Ketika larut dengan lamunannya, perkataan Taeyong menyentakkannya kembali pada kesadaran.
"Kau tahu, aku pernah mengobrol dengan Renjun sebentar. Sedikit khawatir karena saat itu wajahnya pucat sekali. Aku belum tahu kalau dia sedang sakit. Hanya saja, melihatnya yang tampak kurang bersemangat membuatku cemas. Maka dari itu, aku memintanya menemuiku dan kami pun mengobrol," ujarnya tanpa menoleh. Taeyong tengah memainkan kelopak bunga Lily putih.
Lily putih, bunga itu melambangkan doa untuk kesembuhan. Bunga itu dibawa olehnya sebagai simbol harapan agar mereka cepat pulih.
"Dia mengatakan apa?"
"Tidak terlalu banyak yang dia katakan. Hanya saja aku memintanya untuk selalu bersyukur dan memaafkan dirinya. Karena bagaimanapun, terkadang masalah paling besar yang perlu dihadapi adalah diri sendiri."
Doyoung mengangguk paham. "Begitu ya."
"Taeyong Hyung."
Taeyong dan Doyoung menolehkan kepalanya ketika mendengar ada yang memanggil. Ternyata ada Kun yang berjalan menghampiri keduanya.
"Ada apa, Kun?" tanya Taeyong heran.
"Em, aku ingin keluar sebentar. Katanya di depan gedung rumah sakit sedang tidak kondusif. Manager kami juga sedikit kualahan untuk menanganinya," ujarnya menjelaskan.
"Ya sudah, tolong kau tangani sebentar ya? Aku akan menghubungi perusahaan untuk masalah ini."
"Baik. Aku pergi dulu," pamit Kun.
Setelah itu, Kun segera meninggalkan ruangan tersebut. Taeyong mengalihkan pandangannya pada anggota yang tersisa, bertanya lewat tatapan mata. Namun, mereka menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Kemudian pandangan Taeyong teralih kembali pada Doyoung yang juga tengah menatapnya. "Apa kau percaya dengan perkataannya?"
Doyoung mengangguk bahu tak acuh. "Mana aku tahu."
Taeyong berdecak pelan. "Ck, sepertinya bukan untuk melihat kondisi di depan gedung. Melainkan menemui anak-anak itu."
"Mungkin saja."
🐾🐾🐾
"Hei, ini sudah hari ke empat dan kau masih asyik tertidur? Enak sekali pekerjaanmu itu. Apa kau tidak malu dengan orang-orang yang sedang sibuk beraktivitas, sedangkan kau masih merebahkan diri seperti ini, hm?"
Haechan bermonolog sambil menggenggam tangan yang tertancap oleh infus tersebut. Menatap wajah pucat dengan beberapa luka goresan akibat serpihan kaca mobil. Beruntunglah karena dokter mengatakan kalau matanya baik-baik saja. Jika tidak, mungkin akibatnya akan fatal. Meski begitu, tetap saja cedera yang lainnya sangat parah hingga membuatnya koma seperti ini.
Benturan di kepala? Jujur saja, Haechan tidak mau membayangkan akibatnya. Ia tidak siap dengan banyaknya kemungkinan yang akan terjadi. Semuanya terlalu ... mendadak? Tidak tahu.
"Kau tahu, aku tidak akan berhenti mengatakan kalau aku membencimu sampai kau bangun. Memangnya apa yang sedang kau mimpikan hah? Sampai sepulas ini. Jangan lupakan kalau sebentar lagi kita akan menyiapkan sesuatu yang besar. Ayo, cepatlah sadar, Huang malas Renjun."
Tes ...
Satu tetes air matanya jatuh mengenai tangannya yang tengah menggenggam erat tangan Renjun. Haechan mengeraskan rahangnya menahan suara isak tangis sebisa mungkin.
Sedangkan di luar sana, mereka hanya mampu menatap sendu. Jejak air mata tampak jelas di pipi akibat menangis setelah melalukan hal yang sama seperti Haechan.
Jaemin yang berdiri bersebelahan dengan Jeno dan Yangyang mengepalkan tangannya. Dia merutuki dirinya dalam hati yang tidak menyadari kalau Renjun itu sedang sakit. Anak itu selalu memperlihatkan kalau dirinya itu ceria dan bahagia. Padahal, terkadang ada saja yang membencinya, dia tetap tersenyum.
Dan karena itu, bagaimana Jaemin tahu kalau kebenarannya akan seperti ini?
PUK!
Jaemin menoleh ketika merasakan tepukan di bahunya.
"Kita tidak berbuat apa-apa selain berdoa. Percayalah, Renjun itu kuat," ujar Yangyang menenangkannya.
Jaemin menganggukkan kepala, lalu kembali memandang ke dalam ruangan. "Aku tidak tahu apa saya yang dia sembunyikan selama ini. Meskipun aku terkadang peka, tetap saja hanya merasakan perubahan pada suasananya. Tetapi tidak dengan alasan yang berada dibaliknya. Dia selalu menutupinya. Itulah kenapa alasan aku terkejut dengan fakta kalau Renjun itu mengidap kanker," tuturnya.
"Hm. Kami memang tinggal satu atap, tetapi masih banyak yang belum kami ketahui. Seperti memang ada sekat yang sengaja dibuat olehnya. Entah apa alasannya, yang jelas menjadi terasa jauh," timpal Jeno.
Pemuda itu mendudukkan dirinya di sebelah Mark yang tengah menenangkan kedua anggota termuda yang masih sedih.
Mark meliriknya sekilas, lalu kembali mengelus kepala Jisung yang memeluknya erat. Membiarkan Jeno menyender di bahunya. Ia tahu kalau semua adiknya merasa lelah dan sedih di waktu yang bersamaan.
"Mark Hyung," panggilnya pelan.
"Hm," balasnya bergumam pelan.
"Apa menurutmu kita gagal menjaga Renjun? Padahal kita sudah berjanji untuk selalu saling menjaga agar tidak seperti dulu lagi. Meskipun penyebabnya berbeda, tetapi aku masih takut," katanya dengan mata terpejam. Berusaha untuk mengalihkan kesedihannya.
Mendengar pertanyaan itu, Mark terdiam. Seperti tengah memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu.
"Kalau dikatakan gagal, aku tidak bisa berkomentar. Karena kita semua bahkan tidak ada yang menyadari kalau Renjun itu sedang tidak baik-baik saja. Tetapi, kalau dia seperti ini karena alasan yang sama aku tidak setuju. Dia kecelakaan, bukan karena seseorang yang sudah meninggalkannya begitu saja ketika dia sedang terpuruk." Mark memejamkan matanya sejenak. "Jadi, jangan pernah terlalu menyalahkan diri sendiri. Kita semua tidak ada yang mengetahui kalau akan terjadi hal seperti ini. Karena memang ini adalah rencana Tuhan," sambungnya.
"Aku paham," sahut Jeno pelan.
"Hyung," panggil Chenle tiba-tiba membuat semua kakaknya menoleh. Begitu juga dengan Haechan yang baru keluar dengan mata sembab.
"Ada apa?" tanya Mark bingung.
Chenle menatap ponselnya sejenak, lalu memandang semua kakaknya dengan sorot menggelap. Wajahnya memuram yang mana menimbulkan kebingungan untuk yang lainnya. Namun, perkataan Chenle selanjutnya mengejutkan mereka semua.
"Dia kembali menghubungiku dan menanyakan tentang Renjun hyung," ujarnya muram.
"Maksudmu——" Haechan tak melanjutkan perkataannya karena anggukan kepala Chenle. "Iya, dia kembali mendekat."
"Tapi ... untuk apa? Kenapa harus sudah begini?"
Chenle menggeleng pelan, lalu menundukkan kepalanya. Chenle terlalu terkejut untuk menjelaskannya. Hingga suara dingin seseorang mengagetkan mereka semua.
"Siapa yang kalian maksud?"
Serentak mereka menoleh bersamaan. Mata mereka melebar ketika melihat orang yang tengah berdiri di sana dengan tangan bersedekap. Sorot pandangannya begitu dingin, menuntut mereka untuk menjelaskan maksud dari perkataan tersebut.
"Kun Gege," lirih Chenle hampir tak terdengar sama sekali.
🐾🐾🐾
Di sebuah ruangan praktik salah satu agensi, tampak seorang gadis yang duduk menyandar pada tembok. Kepalanya ditelungkupkan pada kakinya yang ditekuk. Ponselnya tergeletak begitu saja di dekatnya dengan memperlihatkan sebuah artikel.
[ Breaking News! NCT Doyoung dan Renjun serta satu Manager dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami kecelakaan lalu lintas ]
Gadis itu semakin mengeratkan pelukan pada kedua kakinya. Menahan sekuat mungkin untuk tidak mengeluarkan air matanya.
GREP!
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja."
"Renjun, Jiejie, dia ..."
"Tenanglah, dia pasti baik-baik saja. Ini bukan salahmu," bisik kakak satu grupnya lembut untuk menenangkannya.
"Aku tidak mau dia sakit, cukup dulu aku pernah membuatnya sakit. Hingga aku dibenci oleh teman-temannya," lirihnya. "Cukup."
"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, kumohon."
"Hiks ... Ren'er ... hiks ..."
Sang kakak yang memeluknya tidak mampu berbuat apa pun lagi selain memeluknya dan membisikan kata-kata penenang. Hubungan adik satu grupnya dengan Renjun itu terlalu kompleks dan rumit, membuatnya bingung harus memberi tanggapan bagaimana. Dia juga sudah menghubungi salah satu anggota dari unit NCT yang dekat dengannya untuk menanyakan bagaimana kondisi di sana.
Yang tertua kembali mengeratkan pelukannya pada sang adik yang semakin membenamkan diri. Terisak pelan dalam pelukannya.
"It's fine or not fine?" gumamnya miris.
🐾🐾🐾
To be continued
Hehehe udah terlihat hilal orangnya
Btw maafnya kalo feel-nya nggak kerasa
Oh iya, belum ngucapin
HAPPY BIRTHDAY OUR BUNNY KIM DOYOUNG
💚💚💚💚
Wish you all the best and be happy uri Bunny
💚💚💚
Vote and comment juseyo
See you in next part
Regards
💛Aprilia Hidayatul💚