Falling In Love, with GHOST!?

By alfiana27

35.3K 1.7K 97

Ganteng sih... ralat. Ganteng banget malah iya. Walaupun wajahnya terlihat pucat seperti orang sekarat sekali... More

1
2
3
4
6
7
8
9
10 ~END~

5

2.7K 158 5
By alfiana27

Sebelumnya aku minta maaf, kalau minggu depan atau dalam beberapa minggu kedepan aku gak bisa update dulu. Soalnya aku kemarin abis sakit, dan harus mengejar ketertinggalan selama tidak masuk sekolah. Padahal saat itu lagi padat - padatnya ulangan :(

Mohon atas pengertiannya. Jangan bosan menunggu ceritaku yang ini ya...? aku akan usahakan untuk meng-update lebih banya cerita saat kembali.

Sebagai hadiah kecil, aku kasih fotonya Max deh.... hehehe, see you next time, all :)

Sudah dua minggu aku dirawat di rumah sakit ini, dan kau tau hebatnya apa? Tidak ada yang menengok keadaanku sama sekali! Ya memang, aku menyuruh semua orang yang bekerja di rumah ku tidak boleh memberitahu dimana keberadaanku sekarang. Yah… walaupun gak ada siapapun yang menengok keadaanku, kecuali bik Rusti, pembantuku yang sudah bekerja selama lima belas tahun di rumahku beserta suaminya, pak Mamat, tukang kebun rumahku.

Dan hebatnya lagi, setiap bik Rusti dan pak Mamat menjengukku, mereka tidak pernah bilang kalau orang tua ku menanyakan kabarku. Bahkan kalau ditanya, apa kedua orang tuaku menelphone ke rumah atau tidak? Mereka langsung diam. Hah… begitulah kedua orang tuaku. Terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, sampai – sampai mereka lupa dengan anak satu – satunya yang mereka miliki. Coba kalau saat kecelakaaan itu aku mati, dijamin mereka akan kelabakan untuk mencari pewaris baru mereka, karena pewaris tunggal kekayaan mereka telah tiada. Hmmm…. Sepertinya itu ide yang bagus. Apa aku mati saja ya?

Entah mengapa, setiap memikirkan kata ‘mati’, si Max pasti langsung muncul atau secara tiba – tiba berdiri di dekatku. Bikin orang kaget saja. Coba kalau disini gak ada bik Rusti dan pak Mamat, aku pasti langsung mengomeli setan sialan itu, karena berani – beraninya dia mengagetiku seperti itu.

“Non, barang – barangnya sudah beres semua,” kata bik Rusti.

“Oh, iya bik, ayo pulang,” ujarku sedikit terkaget.

“Sini non, pak Mamat bantu,” pak Mamat mengulurkan tangannya untuk membantuku turun dari ranjang.

“Makasih pak, saya sudah gak papa kok,” tolakku halus, lalu mulai melangkah keluar ruangan

Padahal ini sudah tidak di rumah sakit, tapi kenapa si Max selalu mengikutiku sih? Tau gak, ini tuh bikin aku stress tingkat dewa! Semenjak Max sering muncul dihadapanku, aku jadi sering lihat hantu dimana – mana! Dan ngeselinnya lagi, semua hantu itu rupanya nyeremin semua! Gak ada yang ganteng! Satu – satunya setan yang ganteng ya cuman si Max doang. Arrggghhhh….. kenapa harus aku sih, yang diikutin sama Max? gak bisa apa, dia milih orang lain buat dia ikutin?

Sadar gak sih Max… semua gara – gara kamu yang menempel di aku, jadinya aku bisa melihat hantu yang suka seliweran kesana kemari! Awas kalau sampai aku ketemu ragamu, aku cekik biar kamu jadi hantu beneran.

Sesampainya di rumah, aku kaget melihat halaman rumahku yang mendadak kedatangan sekumpulan anak kecil yang bermain disana, “loh bik, bibi kok gak bilang – bilang kalau bibi ngajak keponakan – keponakan bibi kesini?” tanyaku heran.

“Keponakan? Keponakan yang mana non?” tanya bibi terdengar heran.

“Itu, yang lagi main – main di halaman. Itu keponakan bibi semua kan?” tanyaku sambil menunjuk kearah halaman.

“Yang mana non? Disana mah, gak ada apa – apa non,” ucap bibi yang membuatku syok berat.

Astaga! Kejadian lagi kan. Itu pasti hantu.

Saat aku tiba di dalam rumah, aku merasakan suasana di rumahku yang biasanya tenang menjadi sedikit horror. Entah apa alasannya, yang jelas, aku benar – banar merasa merinding! Hwaa!! Max!!!! tanggung jawab!!! Gara – gara kamu, aku jadi melihat apa yang seharusnya gak aku lihat!!!

Sesampainya di kamar, aku langung merebahkan badanku di atas kasur king size milikku. Setelah bibi selesai membereskan baju – baju ku, ia pamit keluar untuk menyiapkan makan malam untukku.

“Max?” panggilku dengan suara sedikit berbisik, takut ada orang lain yang mendengarnya.

Tiba – tiba saja ia sudah berdiri di sebelah ranjang ku.

Langsung saja, aku ungkapkan kemarahanku padanya, “tau gak! Gara – gara kamu nempelin aku, aku jadi bisa ngeliat hantu! Tanggung jawab kamu!” teriakku.

Max hanya diam saja.

“Max! jawab! Jangan diem aja dong! Ini semua kan gara – gara kamu!”

“Dua minggu lagi,” ucap Max nyaris terdengar seperti sebuah bisikan.

“Maksudmu?” tanyaku dengan suara pelan.

“Kalau aku tidak kembali ke ragaku, aku akan mati,” ucapnya dengan wajah datar. Ia menengok kearahku, “dan jika itu terjadi, aku akan menghantuimu seumur hidupmu,” ia memandangku dengan tatapan tajamnya yang mampu membunuhku.

Glek! Tamatlah riwayatku, jika aku tidak segera menemukan raganya. Seminggu lebih bisa melihat hantu saja sudah bisa bikin aku stress, gimana kalo selamanya!? Belum lagi dapat gangguan dari Max si hantu nyebelin ini.

“Kalau kau tidak mau aku hantui seumur hidupmu, cepat temukan ragaku,” ucapnya penuh penekanan disetiap kalimatnya.

Deg! Ya tuhan… kenapa engkau memberikan cobaan sesulit ini kepada hambamu yang tak berdosa ini…? “Baiklah, sepulang sekolah aku akan ke rumah sakit untuk bertanya ke rumah sakit mana kamu dipindahkan?”

***

Aku terbangun saat tengah malam dengan keringat dingin yang sudah membasahi tubuhku. Ah… mimpi buruk lagi. Aku segera turun dari ranjangku, aku tidak bisa tidur tenang akhir – akhir ini karena para hantu terus saja menghampiriku.

Ketika aku sedang berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku, keningku berkerut saat melihat ada sebuah bayangan di dalam kamar mandi tersebut. “Siapa kau?” tanyaku sambil mencoba menajamkan penglihatanku, karena lampu kamar mandi yang tidak menyala.

Sekelebat bayangan langsung keluar dari kamar mandi dengan gerakan yang sangat cepat, “siapa kau!?” teriakku yang mulai ketakutan. Ku edarkan pandangan ke sekeliling ruangan, tapi tak menemukan sesuatu yang ganjil menurutku. Ruangan kamar yang gelap pun menambah rasa takutku yang mulai tak terkendali.

A-apa tadi? Apa yang barusan aku lihat? Bayangan apa tadi!? Oh tuhan… kenapa hidupku jadi serumit ini?

“AAAAAA!!!!!!!!!” teriakku ketakutan saat bayangan itu tiba – tiba muncul dihadapanku. Ia bukan bayangan, melainkan makhluk mengerikan berbadan hitam yang mengenakan pakaian serba hitam, memiliki rambut yang acak – acakan, mata merah yang mengerikan, dan taring yang amat sangat mengerikan. Di sudut bibirnya pun terlihat bekas darah. Seakan – akan ia habis menghisap darah manusia.

Aku berjalan mundur menghindarinya, tapi ia tetap berjalan mendekatiku yang sudah tidak bisa berpikir lagi apa yang harus ku lakukan? Aku sangat ketakutan, sampai – sampai kakiku terasa lemas dan tak sanggup lagi menopang tubuhku dan akhirnya aku jatuh terduduk. Makhluk itu tetap saja berjalan menghampiriku. Saat jarakku dan makhluk itu hanya tersisa dua langkah, tiba – tiba ada bayangan putih yang menerjangnya, dan membuat makhluk mengerikan itu menghilang.

Hah… hah… apa itu? Apa yang barusan terjadi? A-apa yang menyerang makhluk mengerikan itu?

Tiba – tiba aku merasakan ada sebuah tangan dingin yang menyentuh bahuku, “AAAA!!!” teriakku terkejut karena ada yang memegang bahuku.

“Tenang, ini aku,” ucap sebuah suara yang akhir – akhir ini taka sing di telingaku. Max. “Kau baik – baik saja?” tanyanya.

“Bagaimana aku bisa baik – baik saja!? Kalau makhluk mengerikan itu-“ ucapanku terputus karena Max tiba – tiba memeluk tubuhku. Walaupun aku memakai baju tidur berlengan panjang, tapi tetap saja, aku bisa merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya yang entah mengapa bisa membuat ketakutanku sedikit berkurang.

Ia melepaskan pelukannya, “sudah lebih baik?” tanya Max.

Aku hanya sanggup mengangguk, karena masih terlalu shock melihat makhluk mengerikan barusan. Sebenarnya makhluk apa tadi yang aku lihat?

“Kembalilah tidur, besok kau harus sekolah,” perintahnya.

“Ta-tapi kalau…”

“Aku akan disini, tidurlah,” ia kembali memerintahku, kali ini dengan suara yang tegas. Mau tidak mau, aku menuruti perintahnya.

Aku kembali berbaring di tempat tidur king size ku dan Max berdiri di sebelah tempat tidurku dengan wajah dinginnya yang selalu setia menemaninya kemana – mana.

“Tidak usah memandangku seperti itu, cepatlah tidur,” kata Max tanpa memandang kearahku.

“Siapa juga yang memandangimu,” ucapku langsung memejamkan mata.

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 172 21
Baekhyun adalah seorang pangeran dan sekaligus calon raja berikutnya. Dalam sebuah tradisi, setiap putri yang lahir dari kuncup bunga ajaib akan lahi...
1.1M 98.8K 50
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
306K 4.4K 7
(Namakamu) bukan cabe. Dia hanya ingin memperjuangkan orang yang ia suka saja. Iqbaal cowok dingin. Dia dingin terhadap semua orang kecuali temannya...
1.6K 220 15
Perjalanan seorang gadis yang terjebak di zaman kerajaan, dia harus membalas hutang budi sang Pangeran untuk bertemu Perempuan bermata Emas. 🎖️1 #au...