SIR | Jaehyun

By ikangdoyi

85.7K 5.2K 460

kalau lagi sama saya nggak usah ingat pulang. More

Bagian 01 : hallo.
Bagian 02 : kesan
Bagian 03 : Black Card (18+)
Bagian 05 : Take and give (18+)
Bagian 06 : Takdir Hari Hujan.
Bagian 07 : The Hidden Feelings
Bagian 08 : Chocolate
Bagian 09 : Dark Secret
Bagian 10 : Hated to Love
Bagian 11 : Since day one
Bagian 12 : Take Care of
Bagian 13 : psycho.

Bagian 04 : Second time.

7K 440 36
By ikangdoyi

Rachel baru kembali jam 08 pagi, tapi tidak ke rumahnya. Dia pergi ke rumah Renandikta untuk menemui Jovanka, dia tahu sahabatnya itu pasti ada di rumah pacarnya. Disaat - saat seperti ini dia hanya membutuhkan Jovanka. Yang serba tahu mengenai segala hal tentang Rachel dan segala dosa dosanya.

"Sial! Gak tepat waktu gue dateng," gerutunya. Setelah dia masuk ke kamar Dikta karena tampak depan rumah itu seperti tak berpenghuni. Akhirnya Rachel menemukan Jovanka atau yang akrab dipanggil Aka dan Dikta, yang masih dalam balutan selimut yang sama dan saling menutupi seluruh bagian tubuh mereka satu sama lain.

"Masih pagi woy! Dikta sangean banget najis!" Ceplos Rachel, yang membuat mereka berdua terpaksa bangun dan Rachel melihat keseluruhan tubuh telanjang sahabatnya itu yang buru buru mendatanginya.

"Aka, gila lo! Pake baju sono. Gue gak napsu liat punya lo, gue juga punya!"

"Buat apa punya tapi gak pernah dipake?" Sahut Aka, membuat Rachel geram. Padahal Aka tidak tau saja kalau sahabatnya itu baru saja mengalami malam yang luar biasa bersama seorang pria. Dan sekarang Rachel paham kenapa Aka dan Dikta suka sekali having sex setiap kali mereka bertemu.

"Uhukk!!!"

Aka terbatuk keras saat mendengar bahwa Rachel sudah tidur bersama pria lain. Sempat tak percaya sebab Rachel memanglah wanita munafik, tapi dia memang masih menjaga utuh tubuhnya baik baik, terkecuali malam tadi.

"Anjing! Malam pertama ama siapa sih bangsat???!"

"Kenapa gak ngajak gue?"

Aka merasa heran setengah kaget. Rachel melepas dirinya untuk orang asing. Dia belum bercerita pasti kalau lelaki itu adalah dosen di kampusnya tapi dia masih menutupi setengah kebenaran itu. Dia masih ragu.

"Ngajak lo sama Dikta buat sama sama begituan?"

"Gak waras!"

Rachel langsung membuka handphonenya setelah mendapat notifikasi baru.

Jaehyun.

Yesterday night was so lit! Manis, ada waktu kan?


Dominate me! Hurry up.

Atau gambar ini saya post di base kampus.

***

"Chel, lo di perkosa?"

Dikta penasaran, dia meniti seluruh bagian tubuh Rachel tapi justru Rachel merasa risih atas tatapannya. Rachel menenggak air dinginnya dan melegakan dahaganya yang tertahan sebelum dia menceritakan hal itu pada dua sahabatnya. Ya, Dikta juga salah satu sahabatnya, mereka saling mengenal sejak SD hingga SMP. Tak heran Dikta juga sama mengenal Rachel seperti pacarnya, Aka.

"Dikta, mulut lo pernah disundul pake pantat kodok gak?" Sahut Rachel sinis. Rachel benci dirinya dikatakan diperkosa sebab hal yang terjadi semalam atas karena kesepakatan bersama.

"Lo cerita, gimana bisa?"

Aka mulai menatap serius di meja makan di rumah yang cukup besar namun terlihat sederhana itu. Sayup sayup angin masuk melalui jendela yang dibiarkan terbuka. Sepertinya mulai terasa dingin dan mendung di luar.

"Dia dosen gue di kampus. Gue gak pernah terlibat punya urusan sama dia, dia nyebelin. Atau mungkin emang gue terlalu cantik, dia usil sama kehidupan gue."

Dikta melirik. "Gue setuju, lo emang cantik kok Chel."

Tatapan Rachel memusat pada Dikta. Melihat kancing kemeja atasnya serasa ingin dia rampas kuat kuat dan menghajar pacar sahabatnya itu.

"Anjing lo Dikta diem ya! gue gak suka ya kalo lo yang puji,"

"Aka.. jaga mulut laki lo tuh" cecar Rachel. Sebab dari ketiga sahabatnya itu memang biasanya laki laki yang paling brengsek dan itu seringkali terbukti oleh Rachel dan Aka. Sebab beberapa kali Dikta selingkuh dari sahabatnya itu, tapi tetap saja Aka tak mau meninggalkan lelaki yang sudah dianggap belahan jiwanya itu.

Dikta langsung diam sebab Rachel dalam mode bicara yang terlalu serius.

"Dik, diem dulu." Potong Aka yang masih penasaran dengan kelanjutannya.

Rachel mengirim foto foto syur yang dibagikan Jaehyun padanya barusan. Dan melihat video itu sekilas. Ya, Jaehyun tidak cukup mengirim semua foto - foto itu, dia juga mengirim cuplikan video beberapa detik saat malam panas itu terjadi.

"Chel, gila sih.. ini cowok psikopat ege. Obsess banget sama lo."

Rachel menyibakkan rambutnya ke belakang. Dia frustasi. Reputasinya sebagai anak orang kaya yang tajir dan memiliki penghasilan lebih dari tiga puluh juta sebulan itu mungkin sudah tidak akan dikenal lagi untuknya, tapi sebagai pelaku video seks di sosial media yang akan meresahkan dunia maya. Dan bisa jadi yang paling parah adalah dipidanakan.

Pintarnya Jaehyun, dia bisa menyembunyikan sedemikian rupa bentuk wajahnya, sehingga pengambilan gambar itu begitu sempurna hanya untuk posisi Rachel yang saat itu mereka saling memuaskan satu sama lain.

"Gue nggak kenal dia, dia ngancem gue dua kali di hari pertama kita ketemu, buat having sex sama dia"

BRUK

Suara kepalan tangan mengudara. Tangan mengepal Rachel sampai di kepala Dikta. Rachel berapi api. Dia sungguh marah saat video itu sampai di tangan Dikta dan lelaki itu melihatnya.

"AKA BEGO!! Kenapa lo kasih video itu sama Dikta? MASALAHNYA GUE LAGI TELANJANG ANJING!!!!" Murka Rachel. Handphone itu langsung direbut lagi oleh sang pemilik.

Sebenarnya Rachel nggak setega itu dengan Dikta. Dikta juga sahabatnya. Cuman Dikta ini punya kemungkinan selingkuh sama Rachel sangat banyak. Sebab Dikta suka Rachel, tapi saat itu Rachel sudah nggak percaya lagi dengan yang namanya pria. Setelah hubungannya bersama Tian selama tujuh tahun itu telah kandas.

"Dik, udah deh." Sela Aka.

"Loh, lo yang kasih videonya ke gue." Tuduh Dikta pada Aka. Sulit memang ketika kita berkomitmen pada sahabat sendiri. Kepribadiannya berasa transparan, tanpa perlu ditebak bisa diketahui.

Aka dengan Dikta tidak sebucin itu. Kadang ada waktunya mereka bisa saling meromantisasi, ada juga layaknya kucing dan anjing yang selalu bertengkar, ada kalanya mereka saling membutuhkan satu sama lain. Rachel tak pernah iri, walau dia sedekat itu dengan mereka. Aka adalah sahabat terdekatnya. Bahkan kalau Dikta ketahuan lagi lagi menyakiti Aka, Rachel biasanya akan bilang seperti "capek, liat lo disakitin Dikta, udah lah kita lesbian aja njing, cowok cuma bisa nyakitin!" Cerocos Rachel ngaco saat dia tengah menenangkan sahabatnya itu dikala sedih saat Dikta nyakitin Aka.

Dikta sama Aka mau ke kampus, mereka kuliah malam, walau tak sekampus dengan Rachel, tapi mereka selalu saling mengunjungi satu sama lain. Aka sempat memberi pesan pada Rachel, jika pria itu mengganggunya lagi, Rachel akan coba menghilang dan tak terlihat. Namun sepertinya ini akan sedikit berisiko, sama saja dia menguji adrenalinnya dan menunggu Jaehyun memposting foto yang tidak seharusnya diunggah.

"Dia bakal nyariin lo, dia tergila gila sama lo. Gak ada alasan lain. Adapun alasan yang mesti lo tau, sesuka sukanya cowok gentle sama cewek, mereka pasti usaha buat dapetin itu. Tapi caranya nggak segila yang dosen lo lakuin, gue yakin dia psikopat!"

Rachel cukup terguncang atas pernyataan Aka. Dia juga masih ketakutan. Tapi semua yang diberikan Jaehyun tadi pagi itu adalah sebuah pembuktian, bahwa dia serius jika saja Rachel saat itu membawa Black Card miliknya ketimbang handphone.

"Dah ya .. bye! Kalau ada video baru kasih tau dong. Apa apaan, baru sekali main aja udah pro. Mau jadi bintang porno lo?" Celoteh Aka saat sudah meninggalkan rumah itu.

"Kak Gab!"

"Kak Ella??"

"Hello?!"

Ekor matanya menyusuri keberadaan sang kakak. Rumah itu sudah bersih seperti biasanya. Hanya saja tak ada Rachel yang membantu sang kakak kemarin, mungkin saja kakaknya terbaring lemah karena kecapekan setelah membersihkan rumah sendirian.

Matanya turun saat dia melihat Gabriella terjatuh di kursi rodanya dan tubuh ringkihnya tertimpa kursi rodanya sendiri. Rachel sesegera mungkin membangunkan sang kakak namun nihil, tak ada respon dan reaksi dari kakaknya. Dia bingung.

Akhirnya dia menelepon Jehan, pacar sang kakak untuk meminta bantuan. Setelah itu Jehan segera membawa sang pacar ke rumah sakit.

"Jalan tengahnya operasi. Dia nggak akan selamat kalau terus terusan dibiarin kayak gini. Berapa lama kamu nggak bawa kakak kamu cek?" Tanya dokter wanita yang mengenakan kacamata bulat dan hidung yang cukup untuk menahan beban kacamata yang dia gunakan.

Rachel diam. Dia tidak bisa membawa sang kakak karena memang dia tidak ada biaya. Jehan juga hanya sekedar karyawan biasa, belum mampu menutupi semua kebutuhan hidupnya maupun hidup kekasihnya.

"Biayanya berapa dok?"

Rachel hanya tertuju pada persoalan biaya saat ini. Tak ada hal lain. Aset satu satunya adalah rumah yang mereka tinggali.

Saat bagian administrasi memberikan rincian biayanya pada Rachel, dia terkejut bukan main. Harga itu mungkin lebih setara sebanyak dua rumah yang mereka tempati sekarang, sayangnya dia hanya punya satu saja.

Jehan juga putus asa. Dia bukan tidak mencintai Ella. Tapi dia lebih sayang dirinya dan keluarganya. Realistis saja, cinta bukan jaminan seseorang akan dapat hidup nyaman. Karena semua dinilai dengan uang. Dengan materi.

Berbicara tentang materi, Rachel bisa saja menjual barang - barang yang diberikan Jaehyun untuknya tadi pagi. Itu bukan barang murah, tapi rasanya hanya cukup untuk biaya perawatan kakaknya selama seminggu.

Rachel benci meminjam, meminta bahkan memohon, terkecuali kepada kakaknya sendiri, tapi kali ini mungkin terasa berbeda. Dia harus bekerja keras untuk dapat menyelamatkan sang kakak. Di ujung tombak antara kematian ketika penyakit keras itu hampir merenggut seluruh raganya.

"Dikta."

Orang yang terpikirkan satu kali dalam ingatannya. Orang tuanya Dikta memiliki beberapa perusahaan besar dan salah satunya Dikta sendiri yang mengelola. Mungkin Dikta bisa membantunya. Sekedar informasi, Dikta dan Aka tengah berkuliah jenjang S2. Berbeda dengan Rachel yang baru merasakan dunia perkuliahan. Karena dia harus bekerja keras dulu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari, setelah Ella jatuh sakit dan berhenti bekerja menjadi seorang designer di sebuah butik.

Tepat pukul sepuluh malam, Dikta sudah selesai bekerja, tapi dia masih menetap di kantornya karena menunggu kedatangan Rachel. Setelah menunggu selama setengah jam, Rachel masuk dan menemukan Dikta masih berbalut jas hitam memeneli tubuhnya.


"Dik.."

Rachel langsung mendatangi tempat Dikta duduk dan memeluk tubuhnya. Dia menumpahkan semua rasa sedih, sakit, dan cemasnya pada sahabatnya itu. Dikta mengelus punggung Rachel dan mengusap kepala belakangnya. Dia tahu hati Rachel sangat hancur, walaupun Rachel belum berkata apapun.

"Kakak gue harus di operasi."

"Gue nggak punya biaya." Tutur Rachel, masih sesenggukan di pundak Dikta. Dikta mengerti maksud Rachel. Dan pria itu mulai menenangkan Rachel barulah mereka berbicara dengan tenang.

"Butuh berapa Chel?" Tanya Dikta. Dia mengusap rambut Rachel kebelakang agar wajahnya mudah terlihat.

"Seratus juta. Gue akan kerja keras Dik, buat balikin itu semuanya ke lo.."

Dikta menggeleng. "Gue temen lo, gue berhak bantu."

Rachel menepis semua perkataanya "Dikta, gue gak mau berhutang." Ucap Rachel sendu. Dia menatap manik mata Rachel lembut. Dikta tau Rachel sangat membutuhkannya.

"Gue bakal transfer. Lo nggak perlu balikin."

Dikta mengambil handphonenya di atas meja untuk membuka menu M-Banking nya. Rachel memaksa Dikta untuk segera menatapnya. "Gue bakal balikin seratus persen. Gue bukan orang yang meminta, memohon, dan mengemis sama orang lain. Lo tahu prinsip gue Dik, please jangan bantah. Gue akan balikin uang itu."

Dikta terkesiap dengan balasannya. Menatap lawan bicara lebih intens.

"Jangan dibalikkin, lo cuma harus bayar dengan ini, Chel."

Dikta mendorong tubuh Rachel dengan kuat dan memojokannya pada sebuah dinding berlapis marmer dan menahan semua pergerakan Rachel. Dia menyesap paksa bibir kenyal dan tipis milik Rachel yang manis dan menahan setiap inchi rasa sakit yang Rachel berikan. Lidahnya tergerak memaksa masuk untuk dapat merasakan nikmat serta candunya seorang Rachelle Jeanice Kanaya, wanita yang masih membuat dirinya tergila - gila sampai saat ini. Dia tidak perlu Rachel untuk membalas, baginya .. Rachel masih suatu keinginan utuh untuknya.

Dikta membawa tubuh Rachel ke meja kerjanya. Semua alat tulis, Laptop, bahkan tumpukan berkas yang ada di atas meja Dikta hadang dengan tubuh kecil Rachel. Rachel merasakan sakit pada punggungnya karena harus bertubrukan dengan barang barang itu. Tubuh Rachel belum dapat mencapai kekuatan untuk berani membalas Dikta. Dikta mengerang puas saat Rachel dengan indah memainkan jari kakinya di antara dua kaki Dikta. Dia membalas lumatan yang Dikta berikan. Oh.. Renandikta menikmati sentuhan yang selalu dia nantikan setiap saat.

"Dikta."

Erang Rachel saat Dikta menyusuri leher pria itu. Dikta masih menyesap kuat leher Rachel sementara Rachel meremas rambut Dikta penuh gairah. Saat Dikta mulai memasuki jari jarinya ke dalam kemeja Rachel, Rachel mengambil kesempatan itu dan sekuat mungkin dia menendang kemaluan Dikta yang menjadi kelemahan bagi setiap laki - laki. Dikta terpental ke belakang dan Rachel langsung melarikan diri.

"Dasar bajingan!" Tutur Rachel terakhir, sebelum dia meninggalkan Dikta yang kesakitan sambil memegangi bagian kemaluannya.

Rachel langsung berlari cepat menuju lift dan keluar dari kantor itu. Dia menangis tertahan, berusaha menyembunyikan air matanya kuat kuat. Sudah setengah perjalanan dia berlari dan berusaha menemukan kendaraan untuk bisa mengantarkannya pulang namun tak satupun ada yang lewat di jam setengah dua belas malam.

Hujan mengguyur tubuhnya, basah, tapi dia harus memikirkan sang kakak. Segala keegoisannya saat ini harus dia pendam dalam dalam, tapi jika harus memilih menghabiskan malamnya bersama Dikta, lebih baik dia menjual tubuhnya kepada lelaki hidung belang yang kaya raya di luaran sana. Tak ada sedikitpun niat untuk mengecewakan Aka tumbuh dalam dirinya. Lebih baik dia menghilang daripada kehilangan hubungan baik persahabatannya bersama Jovanka.

CITTTTTTT!!!!!!!

Jika terlalu telat sedetik lagi, Rachel mungkin kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan kakaknya bahkan dirinya sendiri. Kilat lampu yang menyoroti seluruh pandangannya membuatnya tak bisa melihat apapun di sekitar sana, hanya cahaya lampu mobil yang menyakiti penglihatannya. Rachel berusaha berdiri dan pergi melihat seseorang yang sudah berdiri di samping pintu mobilnya. Dia bergerak dan melihat sebuah payung hitam berjalan ke arahnya. Detik detik saat bayangan payung itu bergeser ke atas dengan tujuan menunjukan sosok yang tengah bergerak ke arahnya, dia perlahan meniti pergerakan sosok asing itu.

"Saya gak mengira bakal secepat ini, Rachel pertemuan kita. This is our second meeting, faster than I Wish"

Saat lampu jalan menyoroti keintiman mereka berdua dari jarak dekat. Lelaki itu, Jaehyun menarik luruh pinggang Rachel dengan sekali tangkapan dan meneduhkan tubuhnya pada satu payung yang sama bersama Jaehyun.

"Kalau lagi sama saya, jangan ingat pulang.

"Dan malam ini, kamu milik saya.










Wanna see the double chapter?

Mau apa nggak nih kira kira??

Continue Reading

You'll Also Like

205K 4.7K 19
Warn: boypussy frontal words 18+ "Mau kuajari caranya masturbasi?"
AZURA By Semesta

Fanfiction

217K 10.5K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
410K 30.4K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
86.6K 9.4K 29
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...