Second Love : Aku atau Masa L...

Autorstwa winrhini

7.9K 529 24

[Belum Revisi] [15+] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT Sebuah cerita tentang gadis rapuh yang ingin menemukan kebaha... Więcej

Prolog
01. Cowok Bisu
02. Cowok Dingin
03. Mama Cake
04. Dedaunan
05. Mencoba
06. Sebangku
07. Menolak Lupa
08. Siapa Della?
09. Bertemu
10. Cupcake
11. Salah Tingkah
12. Telephonophobia
13. Danau Senyuman
14. Rindu
15. Tengkar
16. Dari Awal
17. Menghindar
18. Bercerita
19. Cerita tentang Hujan
20. Cari Tahu
21. Atur Jebakan
22. Awkward
23. Menyusup
24. Titik Terang
Cast For Fun
25. Rencana
26. Jebakan
27. Tatap Wajah
28. Ponsel Baru
29. Petunjuk Baru
30. Kembali ke Rumah
31. Hari Terakhir Ujian
33. Berangkat
34. Bahas
35. Truth or Truth
36. Pencuri
37. Bunuh Diri? (a)
38. Bunuh Diri (b)
39. Hilang
40. Suara itu
41. Sia-sia
42. Cegat
43. Babak Baru
44. Terbongkar
45. Luka
46. Sendu
47. Tembak
48. Baik-baik Saja
Epilog
Terima Kasih & Pojok Curhat
SPECIAL PART!

32. Beraksi

61 5 0
Autorstwa winrhini

Jam menunjukkan pukul satu lewat tiga puluh menit dini hari. Aqhela masih terjaga, sedangkan gadis kecil di sebelahnya sudah dari jam sembilan malam tertidur pulas. Dengan langkah hati-hati ia turun dari tempat tidur. Tangannya menggenggam kuat ponsel. Ia membuka dan menutup pintu pelan-pelan.

Ia berjalan menuju tangga lantai dua, sesekali menatap sekeliling jangan sampai ada yang melihatnya berlaku mencurigakan seperti ini. Ia menapaki satu per satu undakan tangga. Tepat saat sampai di sana, ia menggenggam kenop pintu. Hanya diam di sana, merasa ragu.

Aqhela menghembuskan napas, ia harus memberanikan diri. Diputarnya kenop pintu dengan hati-hati. Terbuka! Ternyata tidak terkunci.

Aqhela masuk dengan mengendap-endap. Ia yakin betul pernah melihat benda itu di ruangan ini. Saat ayahnya mengajak ia menemui Bram.

Aqhela mulai beraksi. Membuka laci meja kerja dan mencari barang yang ia inginkan. Nihil, itu tak ada di sana. Ia beralih pada rak-rak buku, tetapi seteliti apapun ia mencari benda itu juga tak ada di sana.

Aqhela beralih pada meja display yang ada di samping pintu. Ia membuka lacinya satu persatu, tepat pada laci ketiga yang ia buka, Aqhela menemukan apa yang ia cari.

Ia mengambil benda yang ditaruh di sebuah kotak itu dengan tangan gemetar, ternyata praduganya tidak meleset. Seluruh tubuhnya lemas mengetahui itu. Ia membuka ponsel yang sedari tadi ia nyalakan blitz-nya untuk menerangi ruangan. Aqhela langsung memoto jam tangan itu. Kepalanya penuh pertanyaan yang mungkin saja hanya waktu yang bisa menjawab. Kepalanya sakit.

Brak!

Kotak jam tangan itu tak sengaja tersenggol oleh tangannya, ia kehilangan fokus. Aqhela menutup mulutnya agar tak ada suara panik yang keluar dari sana.

Hal yang lebih membuatnya panik adalah terdengar langkah kaki dari luar ruangan. Cepat-cepat ia mengambil kotak itu dan memasukkan jam tangan, menaruhnya kembali ke tempat semula.

Ia langsung bersembunyi di belakang pintu.

Langkah kaki masuk ke ruangan. Aqhela menggigit lidahnya dan berusaha menahan napas. Sangat gawat kalau ia sampai ketahuan berada di area pribadi orang lain. Bisa-bisa Om-nya curiga atas apa yang sedang ia lakukan.

"Kok enggak ada orang?"

Aqhela semakin panik. Suara itu adalah suara milik Bram. Om-nya sudah pulang. Astaga, apa yang harus ia lakukan?

"Tikus kali ya."

Suara embusan Bram terdengar. Ia lantas berjalan ke luar ruangan. Menutup pintu ruang kerjanya.

Aqhela bernapas lega, untung saja Bram cepat pergi dari sana. Aqhela berjalan keluar dari ruangan, takut kalau tiba-tiba orang itu kembali. Namun, ada satu hal yang ia lupakan ....

***

Aqhela berpamitan setelah habis makan siang, seharian ia hanya bermain dengan Kia karena memang mereka sama-sama libur semester penaikan kelas. Ia berusaha terlihat bahagia dan baik-baik saja semaksimal mungkin, padahal hatinya teriris dan sangat pedih. Ia tidak tahan sebenarnya, ingin cepat-cepat pulang dari sana.

"Kapan-kapan main ke sini lagi ya?" kata Erika.

Aqhela tersenyum, lalu mengangguk untuk jawaban. Ia mengacak-acak rambut Kia.

"Kakak pulang dulu ya?"

"Dada Kak Qhela." Gadis kecil yang kini memakai kaos berwarna pink itu melambaikan tangan. Lagi-lagi ia tersenyum.

Aqhela beralih pada pamannya itu. Ia sebenarnya begitu muak melihat wajahnya, Aqhela ingin berteriak di depan wajah pamannya itu. Namun, lagi-lagi ia harus menekan semua tindakan brutal itu. Ia menyalami Bram. Lalu cepat-cepat berbalik dan masuk ke taksi sebelum dadanya semakin sesak. Jangan sampai pertahanannya runtuh, ia harus kuat.

Benar saja, saat taksi melaju ia langsung menumpahkan segalanya. Ia tak peduli sopir taksi itu akan menatap aneh penuh tanda tanya atau tidak. Ia tak bisa lagi menahan sesak yang ia rasakan dari semalam. Ia begitu hancur.

***

Aqhela melangkah lunglai memasuki rumah, di ruang tengah ada Hanna yang sedang sibuk dengan kertas-kertasnya. Fokusnya beralih saat melihat Aqhela pulang.

"Eh, anak Bunda udah pulang." Hanna tersenyum, sejurus kemudian keheranan. "Lho, kok kayak habis nangis, ada apa?"

Ditanya seperti itu membuat Aqhela yang sudah payah meredakan tangisnya jadi ingin menjatuhkan bulir-bulir itu lagi. Hanya gelengan yang bisa menjadi jawaban.

"Qhela cuma capek."

Ia langsung berjalan masuk ke kamarnya, mengunci diri. Aqhela merebahkan tubuhnya, ia mengambil ponsel. Menelpon seseorang.

"Hmm?" jawab Andre yang ada di ujung sana.

Aqhela tidak menjawab, ia terdiam cukup lama. Kemudian menangis, isaknya pelan-pelan menjadi keras. Ia tak sanggup berkata-kata.

"Kamu nangis?" Andre terdengar panik. "Coba tenangin diri dulu."

Ucapan Andre malah membuat gadis itu makin menangis, Andre sama sekali tak tahu apa yang salah. Ia tidak bisa menghibur Aqhela. Itu sama sekali bukan keahliannya.

Ia terdiam, membiarkan Aqhela menumpahkan segala yang mengganjal di hatinya. Ia setia mendengarkan tangisan pilu dari Aqhela. Mendengar itu membuat hatinya juga ikut teriris, apa yang sebenarnya mengganjal di pikiran gadis itu? Pasti sangat berat.

Setelah puas menangis. Gadis itu menghela napas untuk menenangkan diri. "Aku enggak tahu apa bakal sanggup buat lanjutin kasus ini, Ndre."

"Kenapa?"

Aqhela terdiam. Tubuhnya lelah untuk sekadar menjelaskan saja. Ia memutuskan panggilan, hatinya belum siap menjelaskan semuanya.

Ia mengambil posisi tengkurap, membenamkan wajahnya ke bantal. Ia benar-benar frustrasi saat ini. Sampai-sampai wajah gadis itu sudah seperti mayat hidup.

Bunyi meongan terdengar, tentu saja itu ulang ponsel Aqhela. Gadis itu meraih ponsel yang ditindih tubuhnya. Melihat nama yang ditampilkan pada layar. Andre.

Aqhela menolak panggilannya. Ia lalu mematikan ponsel itu. Kembali membenamkan wajah ke bantal. Ia lelah, tubuhnya butuh istirahat. Semalam ia terjaga karena mengetahui fakta itu.

***

Aqhela terbangun karena sebuah ketukan, ternyata hari sudah gelap. Ia berjalan ke arah pintu kamar, membukanya. Namun, tak ada siapa-siapa di depan pintu. Lalu, dari mana asal ketukan itu?

Suara ketukan itu terdengar lagi, ternyata dari arah jendela. Aqhela mengernyit, siapa yang mengetuk jendelanya? Apa jangan-jangan hantu?

Ia dengan hati-hati berjalan mendekat, menyibak kain gordennya. Wajah Andre langsung muncul di sana membuat Aqhela terkejut. Gadis itu mengusap wajah tak habis pikir, apa yang dilakukan lelaki itu di sini?

Aqhela membuka jendela. Andre langsung masuk lewat sana tanpa dipersilakan.

"Kamu enggak apa-apa?" Ia memegang kedua pundak Aqhela, wajahnya terlihat cemas. Gadis itu mematung, aneh dengan tingkah Andre. Biasanya lelaki itu tak mempedulikan apapun.

Andre menggoyangkan salah satu tangannya di depan wajah Aqhela. Membuat gadis itu gelagapan karena malah terdiam.

"Eng-nggak apa-apa kok. Kamu ngapain di sini?" Aqhela malah panik kalau-kalau Bundanya tahu Andre masuk ke kamarnya.

"Khawatir."

"Sama aku?" Aqhela memastikan. Ia salah dengar, 'kan?

"Iya."

Darahnya berdesir aneh, jantungnya memacu lebih cepat seolah-olah akan melompat dari tempatnya. Ia merasa wajahnya memanas. Kepalanya spontan menunduk.

Andre mengangkat dagu Aqhela, menatap mata sembab yang ada di hadapannya itu.

"Jangan menangis, sudah saya bilang saya enggak suka lihatnya."

Aqhela sangat tidak percaya kalau yang ada di hadapannya sekarang adalah Andre. Kalau pun ia Andre, mungkin lelaki itu sedang kerasukan.

Perlakuan Andre itu membuat ia kehilangan kata-kata, ada perasaan bahagia yang tak bisa dijelaskan. Ia merasa lebih baik.

Aqhela mengangguk mengiyakan.

"Qhel, Bunda masuk ya?"

Kedua manusia itu matanya membola panik. Andre langsung memanjat jendela. Belum sempat ia melompat keluar pintu kamar telah dibuka oleh Hanna. Aqhela yang panik spontan mendorong Andre tanpa peduli lelaki itu terjungkal hingga menabrak kerasnya tanah. Gadis itu menutup jendela dengan kasar dan langsung berbalik.

Hanna berjalan mendekat dengan membawa segelas susu. "Lagi ngapain, Qhel?" Ia meletakkannya di meja belajar.

"Eh, itu ... Cuma nyari udara segar, Bunda," ucap Aqhela gelagapan.

"Tapi tadi kayak ada suara gitu." Hanna maju untuk memeriksa jendela.

Andre yang masih ada di sana merapatkan tubuh ke tembok rumah, berusaha menyembunyikan dirinya. Gawat kalau sampai ketahuan, bisa-bisa Hanna berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Kenapa pula ia memilih mengendap-endap menemui Aqhela? Padahal ia bisa bertamu dengan sopan.

"Enggak ada apa-apa kok, Bun," sergah Aqhela merentangkan tangannya. "Hmm, Qhela mau video call sama temen-temen buat bahas acara liburannya. Qhela udah telat, enggak enak sama temen-temen."

Ia menuntun Hanna keluar dari kamar, untung Bundanya nurut saja tanpa protes. Aqhela langsung mengunci pintu. Ia menepuk jidatnya kenapa lupa mengunci pintu tadi. Hampir saja.

Ia langsung berlari ke arah jendela, membuka jendela itu. Andre berdiri dari posisinya.

Aqhela terkekeh merasa tak enak. "Hehe, maaf."

Andre memasang wajah datar, baju serta wajahnya penuh dengan tanah. Kacau.


























[Keep Smile 😊]

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

2.7M 131K 39
Ini tentang Azalea yang harus menjalani pernikahan semu bersama Hagantara. Seorang gadis yang masih memendam trauma masa lalu dan harus terjebak dala...
10.9M 79.1K 6
GENRE : ROMANCE /HUMOR [Story 5] PERHATIAN: BUKU INI SUDAH TERBIT, BEBERAPA BAGIAN SUDAH DI UNPUBLISH. APABILA SUDAH TERLANJUR SUKA DENGAN CERITA INI...
4.8M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
Early Autorstwa Kei_naa

Dla nastolatków

448 62 37
bulir air mata ku tak tertahan saat mengetahui semuanya. kau yang selalu menganggap ku berharga yang nyatanya terlihat tidak sama sekali di mata ku. ...